Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama FEATURED

Mengkritik "Keajaiban" Sinetron Masa Kini yang Kerap Menghina Akal Sehat

3 November 2020   16:25 Diperbarui: 4 Juni 2021   07:30 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinetron populer 90an seperti Si Doel Anak Sekolahan dan Keluarga Cemara, menjadi saksi bagaimana kualitas alur, logika cerita dan pesan moral yang ada didalamnya. 

Kisah Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil dalam sinetron Keluarga Cemara, adalah bukti bagaimana sebuah rumah produksi bisa memberikan pesan moral yang baik bagi penontonnya. Alur dibuat mendekati realita asli, tanpa dijejali intrik, drama dan konflik yang terlalu dibuat-buat.

Bandingkan dengan kisah-kisah sinetron masa kini, yang ceritanya tidak jauh-jauh dari konflik percintaan, kisruh rumah tangga, yang tidak jelas alur, dan pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Cerita yang dibangun dijejali dengan bumbu-bumbu kehidupan yang jauh dari kenyataan. Paling parah lagi: tidak jelas kapan ceritanya akan berakhir.

Yang terpenting adalah seberapa banyak konflik yang ada dalam cerita tersebut. Yang mana konflik selalu digambarkan dengan pertengkaran, pertikaian atau persaingan antar karakter yang ada dalam cerita tersebut. 

Apakah sinetron masa kini makin banyak digemari karena mungkin masyarakat kita lebih doyan dengan aroma pertengkaran, drama dan persaingan? dibandingkan dengan tontonan yang lain?

Meme sinetron (Sumber: style.tribunnews.com)
Meme sinetron (Sumber: style.tribunnews.com)
Hal ini tidak terlalu berlebihan, karena sejalan dengan pendapat pengamat sinetron, Ade Irwansyah yang mengatakan, "Penggemar sinetron enggak akan pernah habis. Mau apapun genrenya, pokoknya orang Indonesia itu suka sama yang berbau drama. Kalau ada yang disiksa, ada yang sedih, mereka pasti nonton," seperti dikutip dari m.kumparan.com

Jadi kata kuncinya adalah drama dan pertengkaran. Tidak perlu membuat alur cerita yang logis untuk memuaskan para penonton kita, karena buktinya dengan bumbu drama dan pertikaian saja masyarakat kita sudah cukup terhibur dan terpuaskan. Hingga mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka saksikan telah berhasil menghina akal sehat mereka sendiri.

Kenapa penulis sampai berani mengatakan kalau sinetron masa kini lebih banyak menghina akal sehat? 

Coba saja perhatikan bagaimana karakter-karakter yang biasa ada dalam sinetron. Karakter selalu digambarkan dalam dua kutub yang saling bersebrangan. Ada karakter yang digambarkan sepenuhnya baik dan ada karakter yang digambarkan sepenuhnya jahat. Mereka ibarat malaikat dan setan yang sedang beradu akting. Karakter yang tidak benar-benar mencerminkan seorang manusia biasa dengan sifat-sifatnya yang kompleks.

Padahal sinetron zaman dulu masih bisa dicermati oleh akal sehat, semua tokoh tidak digambarkan sebagai manusia sempurna, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya si Doel yang tidak bisa tegas, Sarah yang bersumbu pendek, dan Zaenab yang selalu takut menentukan nasibnya sendiri.

Kadang karakter utama yang digambarkan dalam sinetron masa kini terbilang terlalu sempurna. Memiliki wajah cantik atau tampan, populer, mempunyai kekayaan yang melimpah, punya segalanya, yang akan dengan mudah membuat manusia manapun di dunia ini memandang iri kepadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun