Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apakah Cinta Perlu Dipelajari?

27 Juni 2020   08:47 Diperbarui: 28 Juni 2020   02:00 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cinta (Sumber: Fotosearch via femina.co.id)

Kebanyakan orang berpikir cinta selalu berjalan secara alamiah. Banyak yang lebih percaya bahwa cinta hanya cukup dijalani tanpa perlu dipelajari.

Belajar soal relasi cinta dianggap buang-buang waktu, tidak penting dan bukan menjadi sebuah prioritas dalam hidup. 

Sehingga tidak heran, kita seringkali mendapati kasus-kasus memilukan, menyedihkan dan membuat kita geleng-geleng kepala seakan tidak percaya.

Hanya karena putus cinta, banyak orang rela melakukan hal-hal bodoh, melukai diri, bahkan merugikan orang lain hingga berujung di jeruji besi.

Sebagai bukti, saya akan mencoba mengutip secara singkat beberapa berita seputar putus cinta yang pernah viral dan menghebohkan jagat maya.

Sebuah pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat di China setelah seorang wanita yang mabuk memecahkan kaca jendelanya di tengah penerbangan di ketinggian 30.000 kaki (sekira 9.000 meter). Menurut laporan, wanita itu kesal karena baru saja patah hati, mengalami kegagalan hubungan. (Sumber: news.okezone.com)

Seorang pemuda di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggugat mantan pacarnya ke Pengadilan Negeri Maumere, Selasa (30/7) siang. Penyebabnya, ia tidak terima diputuskan secara sepihak. Sebelumnya, mereka sudah menjalin kasih selama tiga tahun. (Sumber: m.kumparan.com)

Tentu ini hanya secuil dari ratusan bahkan ribuan kisah patah hati yang berujung memilukan. Masih ada banyak sekali contoh-contoh kasus nyata yang terjadi dilapangan yang bisa Anda saksikan sendiri.

Belum lagi tren perceraian saat ini masih tinggi dan marak terjadi. Bukan hanya di kalangan selebritis saja, hal ini juga lumrah terjadi di kalangan umum.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), baik angka pernikahan dan perceraian, dari 2015-2017 mengalami peningkatan. Dari data tersebut, bisa ditaksir terjadi satu perceraian dalam setiap lima pernikahan. [1]

Seperti dikutip dari netz.id, Pada tahun 2019, Badan Pengadilan Agama, Mahkamah agung menerima sebanyak 604.997 kasus permohonan perceraian.

Dari data tersebut, sebanyak 79% permohonan telah dikabulkan oleh pengadilan. Artinya lebih dari 479.618 pasangan menikah telah resmi bercerai di tahun 2019.

Kasus perceraian yang diajukan ternyata lebih banyak dilakukan oleh pihak istri (cerai gugat), yakni sebanyak 355.842 kasus. Sedangkan yang dilakukan oleh pihak suami (cerai talak), ada sebanyak 124.776 kasus.

Berdasarkan fakta-fakta ini kita bisa menilai, bahwa minimnya pengetahuan dan kesadaran seseorang dalam mengelola hubungan masih sangat rendah.

Akibatnya, cinta seringkali berujung memilukan, menyebabkan konflik dan pertikaian. Tidak sebahagia dan semulus yang di gembar-gemborkan oleh media lewat sinetron dan perfilman.

Ketika semua orang percaya bahwa cinta amat suci dan berharga, kenapa masih banyak yang meremehkan dan tidak mau belajar dan bertanggung jawab atas kebahagiaan cintanya sendiri?

Kita mudah mengamati perilaku remaja-remaja kita yang bahkan dari segi usia mereka belum pantas dan layak untuk memulai suatu hubungan, akan tetapi karena tergerus oleh budaya dan lingkungan, mereka dengan bangga berprilaku layaknya orang dewasa. 

Anak SD atau SMP misalnya, Masih kecil sudah pacaran dan sayang-sayangan. Panggilannya "Ayah-Bunda" pula.

Hal tersebut sebetulnya normal dan wajar-wajar saja, seiring dengan pertumbuhan usia mereka, rasa tertarik terhadap lawan jenis pasti akan muncul. 

Karena dulu saya pun pernah punya pengalaman demikian. Namun bedanya remaja saat ini cenderung lebih berani dan vulgar mempertontonkan prilaku bucin mereka di publik terutama media sosial.

Ketika masanya hubungan mereka kandas, alias putus cinta, sontak jiwa mereka pun mulai terguncang, galau menjadi lebih sering mereka alami. Ada yang depresi, bahkan ada yang sampai nekat memutuskan untuk gantung diri.

Menurut saya, usia yang paling ideal untuk mulai mengenal dan belajar relasi cinta adalah 17 tahun, atau selepas lulus SMA.

Para remaja harusnya sudah mulai dikenalkan perihal romansa. Kita berikan edukasi soal relasi cinta yang tepat. Berdasarkan studi ahli, bukan belajar berdasarkan apa yang di tonton lewat sinetron atau film-film drama.

Mungkin terbersit pertanyaan dalam benak Anda, "kalau cinta perlu dipelajari, lantas bagian mana yang perlu dipelajari? Bukankah cinta itu abstrak?"

Tentu saja yang dipelajari bukan objeknya, bukan kata "Cinta"nya, karena sampai kapanpun tidak akan ketemu apa itu pengertian cinta. 

Karena tiap orang bisa mendefinisikan dan mengartikan kata cinta, namun belum tentu setiap orang paham tentang makna cinta yang sesungguhnya.

Jadi yang kita pelajari adalah "Pola"nya. Bukan kata "Cinta"nya.

Ya, dengan mempelajari polanya, tentu kita akan lebih berhati-hati, lebih logis, lebih aware pada saat sebelum dan sesudah memulai relasi cinta.

Ketika berbicara mengenai pola, tentu ada aturan mainnya. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, apa saja yang perlu dan tidak perlu dilakukan.

Jadi kalau selama ini Anda hanya mendapatkan kegagalan, merasa lebih banyak dikecewakan, dipermainkan dan tidak kunjung mendapatkan kebahagiaan dalam urusan romansa Anda, itu artinya Anda sedang menjalani dan berada dalam pola yang salah.

Anda perlu mengevaluasi apa saja kesalahan-kesalahan, ketidaktahuan, atau ketidaksengajaan yang Anda perbuat sehingga menyebabkan Anda terus mengalami kegagalan yang berulang-ulang.

Ketika Anda memutuskan merubah polanya, tentu saja realitanya pun akan berubah. Selama Anda mempertahankan pola yang sama, maka pada saat itu dan seterusnya Anda akan terus mendapatkan realita yang serupa.

Saya beri contoh deh, supaya Anda tidak bingung. :D

Pada saat Anda sedang PDKT misalnya, Anda mesti tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan.

Sehingga, kalau Anda mengerti cara mainnya, Anda bisa menghemat waktu, dan bisa menemukan orang yang memang benar-benar tepat untuk Anda.

Misalnya bagaimana penampilan, kepribadian dan komunikasi sangat menentukan tingkat keberhasilan Anda pada saat masa-masa perkenalan.

Yang tidak boleh dilakukan contohnya, jangan terlalu mengumbar perhatian, bersikap kekanak-kanakan, jangan terlalu menghubunginya setiap hari, dsb.

Atau pada saat sedang konflik dengan pasangan, bagaimana cara Anda mengatasinya? Bagaimana pola komunikasi Anda dengan pasangan? Bagaimana meredakan emosi pasangan?

Ketika pada saat putus cinta, apa yang perlu Anda lakukan? Bagaimana agar Anda bisa lebih mudah move on? Bagaimana agar Anda bisa kembali bahagia dengan cepat?.

Jadi, skill dan pola itulah yang perlu kita pelajari. Sehingga kita bisa menjalani dan mempunyai hubungan cinta yang sehat dan berkualitas, kokoh dan tidak rentan pertikaian.

Ketika saya belajar soal relasi cinta, saya tidak menemukan kisah-kisah romantis yang menyenangkan, justru saya lebih banyak menemukan kerumitan dan kompleksitas. Karena harus berurusan dengan neurosains, biologi evolusi, psikologi, sosial bahkan budaya. 

Malah ketika kita belajar soal relasi cinta, justru kita akan semakin bertumbuh dewasa dan semakin cerdas. Kita jadi semakin logis dan bertanggung jawab terhadap kebahagiaan romansa kita sendiri.

Saya tahu, patah hati dan putus cinta itu sangat pahit dan tidak menyenangkan. Karena saya pernah mengalaminya sendiri. Karena itulah yang menyebabkan saya memutuskan untuk belajar dan mendalami bidang ini.

Namun sayang, banyak orang yang meremehkan dan menganggap belajar cinta merupakan hal konyol dan hanya buang-buang waktu. 

Padahal, faktanya kita melihat banyak sekali kasus-kasus yang bikin kita miris, merinding, sedih, sekaligus ingin tepok jidat, mengapa ada banyak orang yang bertingkah irasional dan melakukan hal-hal gila hanya karena cinta.

Terlalu panjang dan rumit untuk menjelaskan soal ini sedetil-detilnya. Yang terpenting sudah ada gambaran dalam benak Anda. Bahwa cinta sebenarnya tidak sesederhana yang Anda pikir.

Karena cinta bisa dipelajari, karena cinta memiliki pola dan formulanya sendiri. 

Jadi gimana? Berminat kah belajar soal Cinta? :)

Sahabat Anda
Reynal Prasetya

Baca Juga : Hindari "The One Syndrome" dalam Masa PDKT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun