Mohon tunggu...
Revaputra Sugito
Revaputra Sugito Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

We Love Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Memang Semakin Patut untuk Dikasihani

12 November 2016   01:52 Diperbarui: 12 November 2016   02:30 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Inilah pukulan yang paling hebat yang dirasakan Ahok dalam 4 tahun terakhir. Selama ini Ahok begitu bergantung pada Jokowi. Semua keberanian Ahok bersumber dari kedekatannya pada Jokowi. Ahok tadinya begitu yakin bahwa Hubungan baiknya dengan Jokowi tidak akan mampu diganggu oleh siapapun.

Tapi akhirnya gara-gara mulutnya yang tidak bisa dikendalikan yang membuat Heboh Nasional, akhirnya Jokowi terpaksa mengambil jarak dengannya. Ahok langsung blank memikirkan masa depan politiknya.

Dukungan PDIP, Golkar, Nasdem dan lain-lainnya selama ini sebenarnya berhulu pada kedekatan Ahok dengan Jokowi. PDIP, Nasdem, Golkar dan lainnya tidak akan mungkin dan tidak akan pernah mendukung Ahok bila Ahok itu bukan siapa-siapanya Jokowi.

Kehilangan dukungan Jokowi itu artinya kehilangan dukungan politik dari PDIP, Golkar, Nasdem dan lainnya. Inilah yang membuat Ahok gundah gulana membayangkan masa depannya.

Ketiga, Ahok Mengalami Post Power Syndrome Setelah Terpaksa Mengambil Cuti Kampanye.

Dua tahun lebih menguasai Birokrasi Jakarta sudah membuat Ahok merasa sebagai salah seorang Terpenting di Indonesia. Rasa PeDe nya menjadi sngat besar karena kedudukannya itu.

Menjadi Gubernur DKI memang terbukti membuat banyak kalangan menjadi sangat segan dan sangat hormat dengan dirinya. Dan karena “Kepintarannya” dan “strateginya” yang memang diketahui didukung oleh Konsultan Politiknya, Ahok memang mampu mengendalikan seluruh alur birokrasi Pemprov DKI.

Inilah penyebab Ahok sangat enggan mengambil cuti kampanye. Mengambil cuti kampanye itu artinya menyerahkan sementara Kursi Empuknya pada Plt Gubernur yang ada. Bagaimana kalau Kursi Empuk itu akhirnya tidak kembali lagi untuknya. Inilah yang sejak lama dikuatirkan olehnya.

Faktanya kemudian yang terjadi setelah Ahok terpaksa mengambil Cuti Kampanye adalah Ahok kehilangan kontrolnya pada Birokrasi Pemprov DKI. 14 Proyek terakhirnya dipending oleh Plt Gubernur DKI Sumarsono. Ahok tidak bisa melakukan apa-apa untuk itu.

Semua fasilitas Pemprov DKI secara keseluruhan sudah tidak dikuasai lagi. Inilah yang membuat Ahok sangat tertekan.

Keempat, Elektabilitasnya Semakin Lama Semakin Merosot. Kemenangan Pilgub DKI Semakin Menjauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun