Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

20 Tahun Bersama Mitra Netra Menggapai Asa

13 Juni 2011   12:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:33 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dua puluh tahun dalam kehidupan manusia adalah waktu yang cukup panjang. Biasanya ulang tahun ke dua puluh satu identik dengan gambar kunci, lambang kunci memasuki kehidupan dewasa. Maka, setahun lagi Mitra Netra akan memasuki kedewasaannya. Sejak 14 Mei 1991 Yayasan Mitra Netra sebagai organisasi nirlaba yang memusatkan programnya pada upaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan lapangan kerja memulai kehidupannya. Sabtu, 11 Juni 2011 kemarin Mitra Netra mengadakan perayaan dua puluh tahun saling berbagi dengan masyarakat melalui  syukuran ulang tahun di gedung aula Kantor Kementrian Pendidikan Nasional. Dua puluh tahun adalah perjalanan yang tidak mudah. Sama seperti berlian yang perlu diasah agar menjadi cemerlang demikian pula Mitra Netra membantu mengasah rekan-rekan yang memiliki penglihatan berbeda untuk memunculkan kilau berlian yang mereka miliki. [caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Alunan angklung nan merdu mengawali 'Persembahan untuk Sahabat'"][/caption] Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, ikut hadir dan menyatakan dukungan pemerintah kepada Mitra Netra agar mereka dapat membantu rekan-rekan yang memiliki penglihatan berbeda untuk menemukan sedini mungkin bakat dan potensi mereka. Dengan demikian, mereka mampu untuk mengembangkan diri dan ikut mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Dua orang yang ikut mendirikan Mitra Netra, Bambang Basuki dan Prof.  dr. Sidarta Ilyas Spm. hadir juga dalam acara ini. Bambang Basuki, sebagai pendiri dan Direktur Eksekutif Mitra Netra menjelaskan betapa 1,5% dari rakyat Indonesia merupakan bagian dari mereka yang memiliki penglihatan berbeda atau tunanetra. Ada yang sepenuhnya tidak mampu melihat lagi, ada juga yang termasuk low vision. Berarti Indonesia memiliki kurang lebih 3,6 juta anggota masyarakat yang memiliki penglihatan berbeda. Satu persen dari mereka merupakan orang-orang yang penglihatannya tidak bisa diperbaiki lagi dengan cara apapun.  Yang paling penting adalah memberikan kesempatan bagi tunanetra untuk mampu mengembangkan bakatnya dan memampukan mereka untuk hidup mandiri dengan macam-macam lapangan pekerjaan yang juga terbuka bagi mereka. Prof. dr. Sidarta Ilyas Spm. menekankan pentingnya bagi tunanetra sendiri untuk mengetahui betapa luas kemungkinan yang bisa mereka jelajahi, terlebih dengan kehadiran komputer dan internet yang membukakan cakrawala belajar dan bisa menjadi guru pada masa kini. [caption id="" align="aligncenter" width="387" caption="Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, memberikan penghargaan kepada wakil dari Kick Andy Foundation."][/caption] Tantangan-tantangan dalam pembelajaran bagi mereka yang berpenglihatan berbeda ikut membantu hadirnya penelitian-penelitian dengan kerjasama bersama Perguruan Tinggi, kerjasama dengan berbagai lembaga sebagai sahabat dan rekanan, maupun dengan perorangan yang menjadi sahabat dan relawan bagi Mitra Netra. Dalam acara mengenang para pendiri, dikenangkan Nicoline Sulaiman (alm), Roswita Pamoentjak Singgih (alm),  H. Sulaiman Simitakusuma (alm), dan Lukman Nazir (alm) yang perjuangannya mengantarkan Mitra Netra ke dalam peringatan ulang tahun ke 20 ini. Nicoline Sulaiman yang bagi rekan-rekan Mitra Netra lebih dikenal sebagai Ibu Dina, merupakan sosok ibu yang sangat berarti sehingga Irwan Dwi Kustanto menghadirkan kenangan akan beliau melalui puisinya "Langkah Seribu Bintang" yang hadir dalam buku Antologi Puisi "Angin pun Berbisik". Dalam acara "Persembahan Untuk Sahabat" yang mengusung tema "Dari setara dalam keberagaman menuju masyarakat inklusif" sekali lagi ditekankan pentingnya peran rekanan, sahabat, dan relawan dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pembelajaran di Mitra Netra. Rasa terima kasih itu diungkapkan pula dengan pemberian kenang-kenangan penghargaan kepada para rekanan dan sahabat Mitra Netra. Dalam setahun terakhir terasa sekali betapa kehadiran para sahabat dan rekanan dari dalam negeri sangat membantu tersalenggarakannya kegiatan Mitra Netra yang semakin beragam. Kalau tahun lalu baru ada kegiatan pembelajaran bahasa Inggris, maka tahun ini sudah hadir pula klub belajar bahasa Jepang. Di samping itu, rubik yang tahun lalu menjadi hadiah kenangan ulang tahun Mitra Netra ke 19 bagi rekan-rekan yang berpenglihatan berbeda, tahun ini tampak sangat populer dengan kemampuan memainkannya yang sungguh menakjubkan.  Kehadiran seorang DJ tunanetra wanita juga ikut memeriahkan pertandingan rubik yang diadakan dalam acara ini.  Banyak hal yang dicapai bersama Mitra Netra yang mungkin bisa lebih mudah diikuti dengan adanya penerbitan majalah Diffa. [caption id="" align="aligncenter" width="362" caption="Bambang Basuki (Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra) dan Rudy Gunawan (Pemimpin Redaksi majalah Diffa) bersama kenang-kenangan yang menggambarkan Mitra Netra sebagai lokomotif perkembangan tunanetra Indonesia."][/caption] Setiap langkah menuju ke kedewasaan memang terasa berat, tetapi tampaknya rekan-rekan di Mitra Nitra menikmatinya dengan penuh tawa dan ceria. Melangkah bersama memang senantiasa lebih ringan dalam mengayun langkah. Siapkah kita semua ikut bersama melangkah bersama menyongsong masyarakat yang inklusif?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun