Banyak yang bilang Jumat hari yang penuh berkah dan hari terbaik untuk berbagi berkat. Orang Jawa menyebutnya dengan Jemuah Berkah. Rasanya tepat sekali, Jumat kemarin (29/7) Kompasiana Jogja berbagi berkat dengan mengajak anggotanya Dolan Budaya keliling Kraton Jogja.Â
Senang pastinya, karena ini adalah kesempatan pertama saya masuk area Keraton Yogyakarta. Selama tinggal di Jogja, sudah 10 tahun lebih lho, baru kali ini berkesempatan mengunjungi area dalam Keraton.Â
Padahal beberapa kali ke Siti Hinggil, pagelaran dan juga ke Museum Kereta Keraton. Bak kejatuhan  durian runtuh saat admin Kompasiana Jogja mengumumkan event KJOG mengajak untuk mengunjungi Keraton Yogyakarta, saya jadi orang pertama yang ingin ikut dengan penuh semangat.
Tibalah hari yang ditunggu, kami para kompasianer Jogja yang ikut acara langsung berkumpul di depan pintu keraton, karena semangatnya semua peserta datang tepat waktu jam 08.00 WIB sesuai kesepakatan dari admin. Padahal loket baru buka pukul 08.30 WIB.Â
Gak apalah kami bisa ngobrol bersama teman-teman yang sudah lama tak berjumpa. Dan ada waktu untuk menikmati snack yang sudah disediakan oleh pengurus kompasianer Jogja. Pengganjal perut untuk yang belum sarapan, supaya full power saat jalan-jalan.
Tepat pukul 08.30 admin meminta tolong saya untuk  membelikan tiket semua peserta yang hadir (bukan pakai uang saya lho ya). Saya bergegas ke loket penjualan tiket. Harga tiket masuk Rp 8000 rupiah per orang. Sangat terjangkau. Saya juga menanyakan bagaimana kalau kami ingin menggunakan guide.Â
Dengan ramah petugas menjawab dipersilakan. Oh iya untuk guide disini tidak ada patokan biayanya. Siapapun  yang menggunakan jasa guide bisa memberikan tip kepada guide yang menemani selama berkeliling Keraton sepantasnya. Tak ada salahnya berbagi rezeki lebih.
Setelah membeli tiket kami langsung menuju pintu masuk sesuai arahan petugas, sebelumnya kami mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun ditempat yang sudah disediakan. Tetap ikuti prokes ya dan wajib pakai masker. Demi saling menjaga. Rombongan dari kompasianer Jogja dipandu oleh guide senior bernama Ibu Nur.
Dari pintu masuk Bu Nur mulai menjelaskan dengan detail satu persatu tempat, simbol yang ada dan terpasang, juga menjelaskan beberapa pembagian ruang dan fungsinya. Saya pun tertegun begitu memasuki halaman luas dengan berbagai macam jenis dan bentuk bangunan yang sangat artistik dan penuh makna serta mempunyai nilai filosofis dan sejarah.Â
Beberapa abdi dalem juga terlihat bertugas menjaga dan mengawasi kegiatan lalu lalang para wisatawan yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta.Â
Abdi Dalem Keraton berasal dari berbagai kalangan, bahkan banyak juga dari tokoh masyarakat. Mereka mengabdi karena panggilan jiwa. Melihat ketulusan dan pengabdian rakyat kepada raja yang tertanam sampai saat ini, seolah mengingatkan sejarah masa lampau namun masih tetap terpelihara sampai saat ini.Â
Oh sungguh istimewanya Yogyakarta. Beberapa tradisi seperti tradisi minum teh, masih tetap dilaksanakan sampai sekarang.Â
Sayang sekali saya tak sempat melihat penyajian teh, karena masih terlalu pagi. Jika ingin melihat langsung prosesi penyajian teh untuk Raja, datanglah menjelang jam 11.00 WIB.Â
Ada juga mocopat yang dimulai pukul 10.00 WIB. Mocopat adalah nembang (menyanyikan) syair Jawa dengan nada indah, dengan penghayatan dan penuh perasaan. Walau tanpa iringan musik lantunan syair Jawa ini tetap enak didengarkan apalagi jika tahu maknanya.
Tak heran jika wisatawan sangat mengagumi dan selalu menjadikan Keraton menjadi destinasi wisata utama saat mengunjungi Yogyakarta. Banyak cerita yang bisa digali dari Keraton Yogyakarta yang penuh dengan nilai sejarah dan terus berusaha dilestarikan.
Buat kalian yang ingin mengenal lebih dekat dan mencintai sejarah, terlebih bagaimana Keraton Yogyakarta, bisa langsung datang, merasakan suasana Keraton yang sejuk dan asri dipandu langsung oleh guide yang siap melayani dan memberikan informasi seputar Keraton Yogyakarta.