Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Hidden Gems Kampung Kemasan Gresik

27 Februari 2024   22:45 Diperbarui: 2 Maret 2024   01:06 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Kemasan Gresik (Sumber gambar: koleksi pribadi)

Sobat Kompasiana, siapa yang suka wisata sejarah dengan mengunjungi kota tua? Banyak sekali kota tua di Indonesia yang terkenal menjadi destinasi wisata sejarah dan banyak dikunjungi wisatawan, di antaranya Kota Tua di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Namun, sudah pernahkah berkunjung ke Kampung Kemasan di Gresik?

Suatu saat Ibun Enok berkunjung ke kota Surabaya karena ada pernikahan teman. Tak lupa Ibun Enok menyiapkan itinerary berkeliling Surabaya, Mojokerto dan Jembatan Suramadu. Tak disangka agenda di Surabaya sudah cukup padat, akhirnya driver menyarankan alternatif wisata ke kota tua di Gresik. 

Akhirnya setelah puas berkeliling di kota masa kecil yaitu Surabaya, Ibun Enok memutuskan untuk berkunjung ke Kampung Kemasan, sebuah destinasi kota tua di Gresik, 20 km jaraknya dari Surabaya. Kampung Kemasan berlokasi di Jalan Nyai Ageng Arem- Arem, Kelurahan Pakelingan, Gresik, Jawa Timur. Kampung Kemasan merupakan sebuah gang sepanjang kurang lebih 200 meter. Wisata Kampung Kemasan dibuka mulai dari Pk. 08.00-20.00 WIB. 

Di Kampung Kemasan banyak objek-objek yang menurut istilah jaman now "instagramable". Wisatawan pun datang ke Kampung Kemasan ini dengan berbagai tujuan, antara lain sekadar berwisata menikmati nuansa kota tua, berswafoto, foto prewedding, dan melakukan penelitian cagar budaya.

Swafoto di Kampung Kemasan (Sumber Gambar: koleksi pribadi)
Swafoto di Kampung Kemasan (Sumber Gambar: koleksi pribadi)

Sampai di Kampung Kemasan, Ibun Enok pun berdecak kagum layaknya menemukan hidden gems, karena melihat dari ujung jalan masuk Kampung Kemasan sudah terlihat deretan bangunan bersejarah yang bersih, terawat dan tertata rapi.

Warga penduduknya pun sangat ramah menyambut wisatawan. Bangunan di Kampung Kemasan ini masih dihuni oleh warga, dan sebagian ada yang memanfaatkan untuk budidaya sarang burung wallet. 

Perpaduan arsitektur Eropa dan Cina Rumah Keturunan H. Oemar (Sumber: koleksi pribadi)
Perpaduan arsitektur Eropa dan Cina Rumah Keturunan H. Oemar (Sumber: koleksi pribadi)

Menurut warga sekitar, sejarah Kampung Kemasan ini diawali dengan dibangunnya sebuah rumah oleh Bak Liong, seorang keturunan etnis Cina. Bak Liong adalah pengrajin emas yang terkenal membuat dan memperbaiki perhiasan emas pada masa itu. Masyarakat pun memberikan nama kampung tersebut dengan nama Kampung Kemasan yang berarti kampung tukang emas.

Lebih lanjut, pada tahun 1855 datanglah Haji Oemar Achmad seorang pengusaha kulit untuk pindah ke Kampung Kemasan. Beliau mendirikan sebuah rumah dan toko kecil disebelah rumahnya yang menjadi tempat usaha kulitnya. 

Kampung Kemasan kian berubah setelah Haji Oemar membangun rumah untuk anak-anaknya yang bergaya arsitektur Eropa dan Cina.

Pada saat itu banyak orang Eropa, Cina dan pengusaha pribumi mapan yang tinggal di desa Pakelingan ini. Dengan demikian terciptalah akulturasi yang terwujud dalam bangunan. Kampung yang tadinya hanya berupa rumah-rumah sederhana menjadi lingkungan mewah. Hampir semua rumah mewah di Kampung Kemasan adalah milik dari keturunan Haji Oemar Achmad.

Bentuk bangunan nampak terlihat bernuansa arsitektur kolonial Belanda dan juga budaya Cina dengan nuansa cat merah sebagai ciri khasnya. Setelah Ibun Enok bertanya pada warga sekitar, ternyata memang benar, bangunan di Kampung Kemasan ini didominasi oleh kebudayaan Belanda dan Cina, sebuah perpaduan yang unik dan menarik. 

Gaya arsitektur kolonial Belanda atau Eropa dapat dilihat dari ciri khas bentuk bangunannya dengan gaya Kerajaan Belanda yang populer sejak abad ke-19, dengan pilar-pilar penyangga atap, jendela dan pintu yang berukuran besar dengan lengkungan di bagian atas, serta ornamen pada dinding. Selain itu, corak Eropa dapat dilihat dari tampilan fasad bangunan yang memiliki susunan anak tangga yang makin mengecil keatas. 

Gaya arsitektur Cina pun terlihat dari bentuk atap, ornamen, warna serba merah yang digunakan untuk pagar maupun bangunannya dan tempat hio di pintu gerbang rumah. 

Pilar Besar Khas Eropa dan Nuansa Merah Khas Cina (Sumber Gambar: koleksi pribadi)
Pilar Besar Khas Eropa dan Nuansa Merah Khas Cina (Sumber Gambar: koleksi pribadi)

Oleh karena usia bangunan yang sangat tua lebih dari 50 tahun, unik, dan historinya, beberapa bangunan di kampung ini berpotensi sebagai bangunan cagar budaya. Namun, karena merupakan bangunan cagar budaya yang masih dihuni, tentunya rentan terhadap kerusakan.

Semoga pemerintah terus melestarikan warisan heritage yang tak ternilai ini dengan upaya restorasi berkelanjutan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun