Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menghadapi Penumpukan Sampah di TPA: Memulai dari Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

25 Juli 2023   16:20 Diperbarui: 30 Agustus 2023   10:57 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : youtube Desa Kemenuh

Sobat Kompasiana, beberapa waktu yang lalu beredar surat edaran dari pemerintah yang menginfokan kalau TPA (Tempat Pembuangan Akhir ) Regional Piyungan Daerah Istimewa Yogyakarta  ditutup sementara waktu dari tanggal 23 Juli sampai dengan 5 September 2023 karena kondisinya yang sudah overload. Hal ini tentunya akan berdampak pada keterlambatan pengambilan sampah.

Permasalahan sampah ini hampir di berbagai daerah menjadi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan. Nampaknya belum ada upaya efektif untuk mengatasinya. Meskipun sebenarnya pemerintah sudah membangun beberapa TPS 3R (Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) di beberapa wilayah dan adanya aplikasi-aplikasi penjemputan sampah (misalnya Rapel), namun nampaknya animo masyarakat masih sangat rendah dan terkendala di SDM yang mau bergerak di bidang pengolahan sampah. 

Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari kota sampai ke desa-desa. Ibun Enok sendiri baru tahu kalau di Provinsi DIY ada 64 TPS3R menurut data yang dilansir situs  jogja.tribunnews.com.  Ibun Enok hanya mengetahui keberadaan bank sampah yang berada di Desa Sukunan di Sleman yang dijadikan desa wisata lingkungan atau Desa Penglipuran di Bali yang terkenal akan kebersihannya. 

Selain itu, nampaknya belum ada kerja sama optimal dengan perusahaan-perusahaan swasta melalui CSR-nya untuk mengatasi permasalahan sampah ini. Karena dalam pengelolaan sampah ini perlu ada kolaborasi banyak pihak, seperti pemerintah, masyarakat, akademisi, dan pengusaha. Tiap daerah dapat mengambil pembelajaran dari daerah lain yang sudah baik dalam pengelolaan sampah, seperti Surabaya, Banyumas, Bangli, Balikpapan, dan Banyuwangi.

TPS 3R Banyumas (Sumber : WAG)
TPS 3R Banyumas (Sumber : WAG)

Dengan adanya penutupan sementara TPA, tidak perlu khawatir mommy, kita sebagai ibu rumah tangga dapat ikut berperan aktif untuk mengurangi penumpukan sampah dengan memulai dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Berikut langkah-langkah mengelola sampah rumah tangga dengan menerapkan prinsip 3R  (Reduce, Reuse, Recycle) yang dapat dilakukan.

1. Memilah sampah sesuai jenisnya 

Mommy dapat mulai memilah-milah sampah organik dan anorganik. Sisa minyak goreng atau disebut minyak jelantah yang termasuk sampah organik sebaiknya dipisah karena minyak dapat mencemari tanah. Biasanya ada pengepul minyak sampah yang akan mengolah menjadi sabun. Sampah anorganik pun dapat dipilah-pilah lagi menjadi sampah kertas, kaca, besi, plastik, kaleng, dan styrofoam.

2. Menggunakan kembali sampah anorganik

Sampah anorganik biasanya laku untuk dijual di bank sampah atau TPS 3R. Apabila terjadi penurunan harga akibat suplai yang menumpuk dari jenis sampah anorganik ini maka upayakan pemakaian kembali (reuse dan recycle). Misalnya botol plastik dan kemasan dapat dipakai kembali seperti untuk pot tanaman, alat permainan edukatif (APE), hiasan bunga, lampion dan sebagainya. Sedapat mungkin hindari sampah dengan cara membatasi pemakaian barang sekali pakai. Mommy dapat berbelanja produk lokal di pasar atau warung tradisional dengan membawa kantong belanja dan wadah sendiri yang ramah lingkungan. Biasanya beberapa supermarket menyediakan atau tas bahan spunbond yang biasanya didapat dari membeli baju atau sepatu. Jangan lupa galakkan juga pertanian organik di lingkungan rumah (urban farming) dengan memanfaatkan pot-pot dari sampah anorganik tadi.

Pot dari Botol Bekas (Sumber : ilmubudidaya.com)
Pot dari Botol Bekas (Sumber : ilmubudidaya.com)

3. Memampatkan sampah anorganik

Lalu bagaimana dengan sampah anorganik yang tidak laku jual misalnya potongan kertas dan plastik-plastik kemasan? Mommy dapat memampatkan volumenya menjadi bagian kecil-kecil dengan pengepresan atau diikat untuk disimpan sementara ke dalam karung terlebih dahulu sambil menunggu TPA buka kembali. Hindari cara-cara pemusnahan sampah yang tidak ramah lingkungan seperti membakar dan membuang ke sungai / saluran air ya moms.

4. Mengolah sampah organik

Sampah dapur dari bekas-bekas makanan apabila tidak punya hewan ternak dapat diolah dengan cara membuat lubang biopori, komposting atau mengolah menjadi pupuk kompos, dan biokonversi. Komposting dapat dilakukan dengan menyediakan plastik compost bag dan cairan pupuk EM4 yang dapat mommy beli di took bahan pertanian.  

Kalau tidak tersedia EM4 dapat diganti dengan cara alami yaitu menambahkan potongan nanas atau tempe diberi larutan gula aren. Ada juga yang menambahkan cairan eco enzyme agar tidak terlalu bau. Sedangkan biokonversi yaitu mengolah sampah dengan bantuan maggot Black Soldier Flies (BSF) atau larva ulat yang dikembangkan untuk mengelola sampah organik.

Compost Bag (Sumber : lakeside.com)
Compost Bag (Sumber : lakeside.com)

Biopori (Sumber: klikhijau.com)
Biopori (Sumber: klikhijau.com)

Yuk, mulai mengurangi sampah, menggunakan kembali dan mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai jual. Kalau tidak dimulai dari sekarang dan dari lingkungan terkecil yaitu rumah tangga kapan lagi? Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun