Mohon tunggu...
retno Kusuma wardani
retno Kusuma wardani Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

apa adanya Blogger at www.lemaripojok.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hidup Lebih Tenang dengan Menabung di Bank

6 Februari 2017   04:31 Diperbarui: 28 April 2017   10:00 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup Lebih Tenang dengan Menabung di Bank || shutterstock

Jujur saja, sejak kecil saya tidak mengenal bank, karena rumah di desa jadi belum ada. Mungkin setelah saya SMP baru ada BPR masuk di desa saya. Karena sejak kecil tidak mengenal bank, maka tidak terpikirkan sekalipun untuk menabung di bank.

Apalagi ibu saya sudah punya kebiasaan menabung di rumah. Yaitu menabung uang koin di celengan dari tanah. Dengan tabungan koin tersebut ibu mampu membeli perhiasan emas. Bahkan beberapa kali perhiasan emas ibu dijual untuk membeli tanah. Jadi nabung di bank sama sekali tidak terbersit di pikiran saya. Toh nabung di rumah juga bisa.

Setelah menikah, saya dibuatkan rekening oleh Pak Suami, tujuannya biar saya bisa mengolah uang belanja sendiri. Karena suami gajian lewat bank, jadi uang gaji bisa langsung ditransfer ke rekening saya. Tinggal saya yang mengolahnya.

Pinginnya sih ada sisa tiap bulan dan jadi tabungan. Tapi kenyataan bicara lain. Waktu awal menikah, Alhamdulillah saya langsung dikaruniai anak. Dalam waktu 4 tahun pernikahan sudah punya tiga anak. tak terbayang repotnya. Apalagi saya tidak bisa naik motor ataupun mengemudikan mobil sendiri. Plus saya dirumah sendiri jauh dari orang tua, jadi kemana-mana harus bawa rombongan sekeluarga. Ribet sendiri kalau mau ke ATM.

Karena ribet itulah, ATM saya serahkan ke Pak Suami. Jadi sewaktu-waktu butuh uang saya tidak usah bingung-bingung keluar cari ATM. Saya bilang ke Pak Suami, nabungnya di rumah saja. Jadi kalau ditinggal kerja tiba-tiba butuh uang mendadak, saya tidak harus ke ATM.

Awal-awal sih nabung di rumah berjalan dengan lancer, tapi setelah ada tetangga yang jual pakaian kok ya mata jadi hijau terus. Maklumlah saya kan emak-emak kurang piknik. Suami kerja kadang tengah malam baru pulang. Butuh hiburan ceritanya.

Pak suami pun tak melarang, kalau saya membeli barang. Apalagi saya bukan tipe yang tega sama anak-anak. jadi kalau saya beli sesuatu anak-anak juga harus dibelikan. Ujung ceritanya mudah ditebak. Ya…saya tidak punya tabungan. Tiap kali akhir bulan selalu was-was, takut kalau tiba-tiba ada acara keluarga. Sedangkan uang pas-pasan.

Sejak mendapat penghasilan sendiri dari ngeblog, saya inisiatif untuk membuka rekening sendiri di Bank yang sering dipakai oleh agency untuk transfer. Sekaligus saya daftarkan e banking. Jadi setiap kali ada uang masuk saya tidak perlu repot-repot ke ATM untuk mengechecknya. Ternyata cara ini cukup ampuh untuk menahan uang saya agar tetap di bank. Sayapun mulai bisa menabung sendiri dan tidak was-was lagi kalau tiba-tiba ada kebutuhan darurat.

Berkaca dari pengalaman waktu kecil yang tidak mengenal bank. Sekarang anak-anak sudah saya kenalkan dengan bank. Beruntung sekolah tempat anak-anak belajar sekarang bekerja sama dengan bank Pemerintah Daerah. Satu Minggu sekali, tiap hari selasa ada petugas bank yang datang ke sekolah. Nabung di bank pun tidak ribet lagi.

Yang namanya anak-anak uang tabungan yang disetorkan pun tak seberapa karena hasil dari menyisihkan uang saku mereka sehari-hari. Walaupun begitu saya tak khawatir karena ternyata meskipun tabungan anak-anak jumlahnya kecil tapi tetap mendapat perlakuan yang sama dengan tabungan yang nominalnya besar. Yaitu dijamin oleh LPS.

LPS adalah lembaga independen pemerintah yang berfungsi menjamin simpanan nasabah bank di Indonesia. LPS langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Jadi ketika bank tempat kita menabung bermasalah dan terancam likuidasi, tabungan kita di bank tetap aman dan setiap rekening mendapat jaminan hingga 2 Milyar rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun