Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Raya Kurban: Momentum Menyisihkan Hati

31 Juli 2020   17:45 Diperbarui: 31 Juli 2020   17:47 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Idul Adha yang kita peringati minggu ini memang merupakan peristiwa yang sangat dalam maknanya terutama bagi kaum muslim. Peristiwa itu menggambarkan bagaimana seorang kekasih Allah yang bernama Ibrahim diminta Allah untuk menjadikan anak yang dicintainya menjadi kurban bakaran bagi Allah.

Ibrahim bukan orang sembarangan dalam sejarah. Dia adalah seorang pemimpin umat yang punya ketaatan luar biasa kepada Allah. Bukan hanya taat ia juga mencintai Allah lebih dari apapun, sehingga Ibrahim AS menjadi salah satu nabi besar dalam sejarah.

Idul Adha atau hari raya kurban sejatinya bukan hanya soal kepasrahan dan ketulusan seorang Ibrahim kepada Allah SWT tapi peristiwa itu memuat soal relasi satu orang terhadap yang lain. Relasi antar manusia itu diperlihatkan melalui moment berbagi kepada sesama.

Kurban yang dipersembahkan kepada Allah itu sejatinya relasi kita dengan Allah yang kita percaya yang artinya juga relasi kita kepada orang lain. Relasi dengan Allah senantiasa kita jaga begitu juga dengan relasi kita dengan orang lain.

Terlebih pada saat pandemic seperti sekarang ini, relasi kita dengan orang lain teraktualisasikan dengan baik. Idul Adha dalam konteks ini adalah bagaimana kita berkorban kepada orang lain. Karena bagi orang yang menerimanya, bantuan kepada dirinya itu mungkin bukan hanya menyelamatkan nyawa dirinya tapi juga keluarganya.

Kita tahu bahwa pandemic Covid-19 kali ini berdampak luar biasa kepada masyarakat dunia. Bukan saja masalah kesehatan yang terganggu, tapi juga korban yang sangat banyak. Hingga saat ini wabah ini telah menyerang lebih dari 7 juta orang di sekitar 190 negara dan tercatat sudah 600 ribu orang tewas. Satu angka yang banyak untuk ukuran modern dimana peralatan medis dan penelitian begitu maju. 

Bukan hanya itu, tapi dampak yang mencolok adalah bagaimana dampak sosial dan ekonomi menerpa masyarakat. Banyak orang menjadi penganggur karena tempat kerjanya tidak beroperasi lagi karena permintaan menurun. Atau pekerja sektor informal yang tidak bisa lagi bekerja seperti pelaku pariwisata (yang belum pulih), beberapa pekerja seni, pedagang kaki lima yang hasil jualannya sangat menurun karena daya beli masyarakat juga menurun.

Coba lihat teman-teman sekeliling kita. Kita tak mungkin punya teman homogen bukan? Ada yang kaya ada yang berkecupan , ada yang kurang ada yang kurang sekali. Atau kita bisa lihat orang sekeliling kita, se RT, seRW, tukang antar air minum, tukang sampah, tukang ojek dan yang lain yang harus bekerja sangat keras untuk menghidupi dirinya dan kelaurganya.

Semangat Idul Kurban seharusnya menjadi roh untuk menyisihkan hati dan perhatian kita terhadap orang-orang yang kurang beruntung ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun