Mohon tunggu...
Retno Permatasari
Retno Permatasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Kecil

seorang yang senang traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bela Negara: Bersetia pada Ajaran Agama yang Benar

19 Desember 2019   22:08 Diperbarui: 19 Desember 2019   22:31 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa kata bijak yang terkait kita dengan negara. Yang paling saya sukai adalah kata bijak yang berbunyi  : Jangan tanyakan apa yang sudah diberikan negara padamu, tapi bertanyalah pada dirimu apa yang sudah kau beri untuk negaramu. Ucapan ini pernah dilontarkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS), John F. Kennedy.

Ucapan itu sebenarnya berasal dari kutipan filsuf Marcus Tullius Cicero seorah orator dan negarawan Romawi Kuno. Saat itu Cicero berusaha membangkitkan dan membakar cinta masyarakat Romawi pada negaranya. 

Saat itu Roma sedang dalam keadaan berperang dengan beberapa negara dan Cicero  berusaha untuk memelihara semangat para prajurit mereka.

Meski kalimat itu berawal dari Roma kemudian dilanjutkan ke AS, sebenarnya kata-kata itu bersifat universal ; untuk semua bangsa di dunia. Semua penduduk harus bersetia pada negaranya. Jika tidak sanggup bersetia, seharusnya dia pindah dari negara itu. 

Kita tentu masih ingat bagaimana perjuangan para pahlawan dan warga Indonesia pada zaman pra kemerdekaan dan masa mempertahankan kemerdekaan. Mereka yang berjuang itu tentu tidak menanyakan apa yang akan mereka terima setelah berjuang tersebut. Apakah rumah ? Tanah? Atau yang lain.

Pertanyaan ini tidak pernah terucap dari pahlawan kita yang sudah berjuang itu. Apalagi sebagian dari mereka gugur dalam membela bangsa. Bersetia pada negara ini tidak saja pada saat negara genting saja seperti perang dll. Tapi juga pada saat negara dalam keadaan tenang atau negaraga punya musuh yang berselimut domba. Ini tentu sangat membutuhkan keterpanggilan jiwa kita untuk tetap setia dan membela bangsa.

Contoh yang paling nyata untuk 'musuh berselimut domba' adalah bahaya radikalisme yang kini bukan saja mengintip bangsa kita tetapi sudah dalam taraf mengganggu. 

Mungkin kita ingat bom yang meledak dan jatuh korban jiwa di beberapa tempat sejak tahun 2001. Makin hari motif dan aksi mereka kian mengkhawatirkan karena carfa mereka tidak konvensional seperti yang dilakukan oleh pengebom Bali pada era tahun 2000-an. 

Pelaku bom kini hanya perlu melihat tayangan di youtube, berbaiat secara online dan kemudian belajar merakit bom dari internet. Meskipun bom yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini tidak persis seperti itu, tapi sebenarnya ini adalah situasi yang membuat kita prihatin.

Karena itu marilah bersama-sama kita review lagi cara pandang kita terhadap agama. Jangan sampai melihatnya dengan sempit dan radikal, sehingga merugikan orang lain. Agama (apapun) sejatinya adalah membawa kabar baik dan kedamaian,sehingga jika kita melihat radikal dalam ajaran itu, maka itu adalah ajaran salah.

Marilah, bersama-sama kita menjadi warga yang membawa damai. Itulah cara kita untuk bersetia pada negara , bangsa dan agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun