Dari Menghafal Fakta ke Mengasah Nalar: Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah kompleks , menganalisis informasi, dan membedakan mana yang benar dan salah (hoaks) menjadi jauh lebih krusial daripada sekadar menghafal tanggal atau rumus.
Pembelajaran yang Lincah: Ia harus mampu mengintegrasikan isu-isu terkini, proyek-proyek kolaboratif lintas disiplin ilmu, dan memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya secara personal.
Dari Penilaian Berbasis Angka ke Evaluasi yang Holistik:. Kita perlu beralih ke penilaian yang lebih otentik, seperti portofolio proyek, penilaian keterampilan lunak (soft skills), dan rekam jejak kontribusi sosial.
Teknologi (seperti kecerdasan buatan/AI, platform belajar online, dan simulasi virtual) adalah alat yang luar biasa untuk mengakselerasi pembelajaran. Ia dapat mempersonalisasi materi sesuai kecepatan belajar siswa, membuka akses ke sumber ilmu terbaik di dunia, dan membebaskan guru dari tugas-tugas administratif.
Namun, kita harus ingat bahwa teknologi adalah alat, bukan tujuan. Sentuhan manusia, peran guru sebagai mentor, dan interaksi sosial di dunia nyata tidak akan pernah tergantikan. Teknologi harus digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar, bukan untuk mengisolasi siswa dari lingkungannya
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI