Mohon tunggu...
Kun Prastowo
Kun Prastowo Mohon Tunggu... lainnya -

I Love INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mural bukan Vandal (1)

18 Maret 2015   15:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:28 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tugas sebagai Sekretaris Kelurahan atau Sekel (kalau di desa biasa disebut Carik) di kelurahan sebesar dan seluas Kelurahan Jebres tentu memerlukan kesiapan mental maupun fisik. Rutinitas pekerjaan sebagai pelayan administrasi dan berbagai kegiatan kemasyarakatan benar-benar menyita waktu dan pikiran.

Belum lagi pekerjaan-pekerjaan ‘sampiran’ dari Pemerintah Kota Surakarta yang tidak jarang tanpa mengenal waktu, bahkan tidak jarang sak dek sak nyet alias harus segera dikerjaakan dan dilaporkan.

Siang itu, telpon di Kelurahan Jebres berdering, pegawai dari Kesbangpol mencari Pak Sekel. Operator yang menerimapun segera memberitahukan Pak Sekel yang lagi asyik di depan laptop.

Kesbangpol memerintahkan sekel untuk membuat laporan tentang aksi vandalisme yang terjadi di Kelurahan Jebres dan sore nanti harus segera dilaporkan.

Langkah taktis pun langsung dilakukan Pak Sekel, dipanggilnya salah satu Linmas yang sedang berjaga. Tak lama kemudian hadirlah seorang Linmas senior, namanya WR.

Sekedar diketahui; Linmas satu ini terkenal sebagai Linmas yang blater, senang bergaul, dan grapyak semanak. Dia juga terkenal sebagai Linmas yang enthengan, pokoknya model pengabdi sejati.


Pak Sekelpun langsung memerintahkan kepada Linmas WR untuk berkeliling di jalan-jalan se Kelurahan Jebres untuk mencatat aksi vandalisme yang terjadi sebagaimana perintah Kesbangpol.

“Ngene Pak WR, sampeyan mang ngubengi dalan-dalan sak Kelurahan Jebres, trus mang tonton;pundi mawon sing enten orek-orekan-e. Mengke mang cathet. Kula tunggu mangke jam telu. Sing kemput lho nggih,” perintah Pak Sekel.

“Nggih Pak. Sendika dhawuh. Jam tiga nggih??? Paling mangke jam kalih mpun rampung, Pak,” jawab Linmas WR penuh semangat.

“Lha langkung sae niku. mPun mang mangkat, Nggo niki ngge tumbas wedang. mPun mudheng tenan to?” lanjut Pak Sekel sembari menyerahkan uang dua puluh ribuan.

“Mpun mudheng kula. Mosok prentah ngoten mawon mboten mudheng,” jawabnya.

Tanpa ba-bi-bu, Linmas WR pun bergegas, semrinthil. Pekerjaan mudah yang tidak memerlukan pemikiran berlebih, pikirnya. Apalagi hobby naik sepeda yang memang menjadi kegemarannya akan menjadi pemicu semangatnya kian berlipat. Perintah pekerjaan dari atasan itu pun segera dilakukan.

Jam dua lebih sepuluh menit; Lainmas WR datang dengan magita-gita dan nampak sumringah karena pekerjaan yang diamanahkan telah selesai dilakukan. Keringat masih bercucuran, dia langsung bergegas menemui Pak Sekel.

“Niki Pak, sedaya sampun kula cathet wonten mriku. mPun komplit plit. Sak Jebres mpun kula ubengi kabeh. Cekak-e mpun mboten wonten sing cicir,” lapor Linmas WR bangga.

Catatan diselembar kertas kumal itu pun langsung berpindah tangan dan langsung dibaca Pak Sekel. Setelah membaca bebarapa deret catatan; Pak Sekel mulai menemukan beberapa hal yang kurang sreg. Disitu tertera nama-nama jalan saja.

“Sik, Pak. Iki sing koq tulis koq gur jeneng-jeneng dalan thok? Lha trus sisih ngendi wae kui sing di-orek-orek?” tanya Pak Sekel ingin memperjelas.

“Lha nggih niku, mpun kabeh dalan sing di-orek-orek sampun kula cathet kabeh,” sanggahnya.

“Iki coba terangno; Jalan Kolonel Sutarto depan RS Moewardi; iki sisih ngendi sing diorek-orek?” tanya Pak Sekel mulai penasaran.

“Wah, Pak Carik niku koq malah takon. Nggih niku lhe sing ngajeng rumah sakit nika,” protesnya.

“Iyo, aku yo ngerti ngarep rumah sakit. Ning sisih ngendi sing di-orek-orek?”

“We lha dalah..... Nggih nggen ndalan niku no.... koq malah takon lho,” sergah Linmas WR bernada agak keras.

“Sik to..... kui sisih ngendi sing diorek-orek. Opo kidul ndalan, opo lor ndalan?” tanya Pak Sekel mencoba bersabar.

“Lho lha pripun to??? Nggih nggen tengah dalan niku,” jawabnya singkat.

“Tengah ndalan? Maksudmu?”

“Wau jare kon nyathet dalan sing diorek-orek. Lha nggih kabeh dalan sing dicat putih nggo nyebrang wong, trus garis pedhot-pedhot ten tengah dalan nika; mpun kula cathet sedaya. Nggih niku hasil-e,” terangnya.

“Gusti Allah..... dadi garis jalan, sebra cross ngono kui to sing mbok maksud?” tanya Pak Sekel mulai menahan marah sekaligus geli.

“Lha ngih ngaten. Wau ngendika-ne kapurih nyathet dalan sing diorek-orek?” sergahnya.

Pak Sekel pun tidak bisa manahan tertawanya. Linmas WR pun dlongap dlongop malah bingung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun