Dalam situasi krisis ini, PPP membutuhkan figur pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi berakar dalam tradisi kaderisasi dan mampu menjembatani nilai-nilai Islam dengan tantangan kontemporer. Syaifullah Yusuf adalah contoh nyata---kader yang telah melalui proses struktural, memiliki kapasitas teknokratik dan legitimasi ideologis. Dengan kepemimpinan semacam itu, PPP berpeluang melakukan reboot institusional dan keluar dari jebakan oligarki politik. Pilihannya jelas: menjadi partai warisan yang punah, atau partai masa depan yang bangkit lewat kaderisasi, integritas, dan inovasi digital.
Bahan Bacaan:Â
Duverger, M. (1954). Political Parties: Their Organization and Activity in the Modern State. New York: Wiley.
Kirchheimer, O. (1966). "The Transformation of the Western European Party Systems." In LaPalombara, J. & Weiner, M. (Eds.), Political Parties and Political Development. Princeton University Press.
Hadiz, V. R. (2010). Localising Power in Post-Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia Perspective. Stanford University Press.
Katz, R. S., & Mair, P. (1995). "Changing Models of Party Organization and Party Democracy: The Emergence of the Cartel Party." Party Politics, 1(1), 5--28.
Scarrow, S. (1996). Parties and Their Members: Organizing for Victory in Britain and Germany. Oxford University Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI