Mohon tunggu...
Resi Angger
Resi Angger Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi traveling dan mengamati sebuah permasalahan pada obyek wisata yang saya kunjungi maka dari itu saya memilih untuk mengambil study di Prodi Destinasi Wisata universitas Airlangga, ada harapan besar agar saya bisa berkontribusi besar didalam dunia pariwisata Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Lingkungan pada Ekowisata di Kampung Adat Cireundeu

21 Juli 2022   22:40 Diperbarui: 21 Juli 2022   22:57 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penerapan Prinsip Ekowisata Sebagai Dampak Lingkungan Wisata di Kampung Adat Cireundeu

Pada dasarnya, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan. 

Ekowisata dapat memberikan banyak manfaat, seperti sumber pendanaan bagi kawasan konservasi, perlindungan kawasan konservasi, alternatif sumber mata pencaharian masyarakat lokal, pilihan untuk mempromosikan konservasi dan dorongan upaya konservasi secara khusus (Asmin, F. 2018). 

Dalam hal ini, Kampung Adat Cireundeu yang berlokasi di wilayah Cimahi turut menerapkan prinsip ekowisata dalam praktiknya. Adapun penerapan prinsip-prinsip tersebut diantaranya: 

A. Nature Based

Sebagai sebuah kawasan yang terletak di lembah Gunung Kunci, Gunung Cimenteng, dan Gunung Gajahlangu, Kampung adat Cirendeu memiliki keindahan alam yang sangat memanjakan mata. Kondisi wilayahnya yang dikelilingi oleh gunung dan hutan membuat udaranya terasa sangat segar. 

Ditambah lagi, masyarakat kampung cirendeu sangat menghargai alam dan percaya bahwa alam dapat memberikan energi baik untuk kehidupan. Hal tersebutlah yang membuat kelestarian dan keindahan alam di Kampung adat Cirendeu tetap terjaga hingga sekarang. 

Disamping menjaga keindahan dan kelestarian alam, Masyarakat Kampung adat Cirendeu juga masih terus memelihara tradisi lama yang diwariskan oleh tetua adat terdahulu. Desa wisata Cirendeu memiliki sebuah hutan yang cukup luas, dan mereka melakukan pembagian area hutan. Secara garis besar terdapat 3 pembagian utama dari hutan tersebut.

1. Hutan larangan atau dalam bahasa sunda leuweung larangan yang digunakan sebagai kawasan konservasi.

2.  hutan reboisasi. Hutan ini boleh ditebang oleh penduduk, tetapi dengan syarat penduduk yang menebang pohon harus menggantinya dengan sebuah pohon baru. Hutan reboisasi ini memiliki luas sekitar 2-3 hektar.

3. hutan pertanian. Hutan pertanian menjadi sumber pangan masyarakat Cirendeu. Hutan tersebut ditanami tanaman seperti jagung, kacang tanah, singkong, dan umbi-umbian lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun