Mohon tunggu...
Mushlihin Al-Hafizh
Mushlihin Al-Hafizh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sangat Benci dengan Dosa Sosial __\r\nKontributor http://referensimakalah.com dan http://mushlihin.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Diserang, PKS Menyerang; Analisis dengan Pendekatan Janggut

2 April 2012   16:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:07 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Waktu pemilu kemaren, teman saya menuduh “kamu anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kan”?, “maksudnya”, aku tanya balik. “tuh kamu punya janggut”, (emangnya kalau berjanggut itu PKS?), pikirku. “janggut itu terbagi tiga bang, 1) janggut teroriS, kan biasanya yang dituduh teroris itu kebetulan berjanggut... terkesan pemberani gitu lho..2) janggut ustaS, yang kayak ustad-ustad yang bergabung di kelompok tertentu itu, kan kalu berjanggut terkesan alim, ke-arab-an, saleh dll. 3) janggut artiS, kayak Ahmad Dani gitu... nah saya itu berjanggut dari kategori nomor tiga”, jawabku bangga.. J.. “artis dong”?, tanya temanku lebih serius...’kamu yang bilang kan”?...wkkkk

Riwayat pembuka di atas sebenarnya ingin menegaskan bahwa tulisan ini bukan untuk mendukung PKS, atau bahkan mencelanya terlebih terhadap nama yang disebut. Hanya ingin memaknai beberapa kejadian yang membuka pintu pernyataan dan pertanyaan dari posisi PKS akhir-akhir ini.

***

Dalam ingatanku, beberapa kali PKS “menghianati”, lari, atau yang lebih halus tidak sepakat dari apa yang diputuskan dengan partai koalisi. Tidak sepakat dengan paket SBY – boediono, hak angket century, dan terakhir tentang penambahan pasal 7 ayat 6a yang berorientasi pada kenaikan BBM atau tidak. Beberapa media menyoroti bahwa keputusan politik PKS tersebut adalah bentuk pengkhianatan terhadap apa yang telah disepakati partai koalisi. Hal ini tentu merupakan sebuah serangan yang menyakitkan, sebab kata pengkhianat, sangat identik dengan kemunafikan. Jika label itu melekat, maka habislah PKS sebagai partai paling islami hari ini. Hancurlah kesan janggut yang ada.

Sangat menarik jika kita mencoba melihat lebih dalam, bagaimana kegeraman partai berkuasa menyerang dan mencoba mendepak PKS dari koalisi. Dari sisi jabatan, sangat menguntungkan karena kursi kabinet kemungkinan menjadi lahan perebutan ulang. Akan tetapi, itu cuma amarah yang belum pernah terwujud dalam aplikasi. Aku tidak habis pikir, “kalau marah, depak aja langsung” . Sisi lain, kenapa SBY sampai hari ini belum berani mengeluarkan PKS dari koalisi?, jika memang PKS mengkhianat, atau ini merupakan kesukaan baru (suka bersama para pengkhianat)?. Ironis...

Sempat melihat diskusi menarik metro tv malam ini yang menampilkan pak Ruhut (sayang dah tidak berjanggut lagi) dari partai demokrat (PD), Sahibul Iman dari PKS (cambang malah) dan Prof. (aku lupa namanya, tapi sempat lihat ada janggutnya dikit) dari PDIP. Dalam diskusi itu, Sahibul Iman mengatakan “kami koalisi dengan SBY, bukan dengan PD, kami koalisi bukan karena hadiah, silahkan saja kalau memang berani mendepak kami, jangan cuma berkoar-koar dengan kata yang tidak dapat dipertanggungjawabkan”. Dari ungkapan pak Sahibul tersebut, saya justru melihat bahwa PKS punya perjanjian tertentu dengan SBY, yang kemungkinan besar PD tidak tahu. Inilah serangan PKS selama ini yang menambah pundi-pundi kesan SBY tidak berani.

Pak tifatul, menteri dari PKS juga tidak tinggal diam. Serangan PD, dibalas dengan pantun

"Banyak rumput di sekitar dahlia, jangan ribut ini hanya urusan dunia,". Saya ingin menafsirkan pantun ini dengan pendekatan janggut saja. Sangat menarik, kenapa dengan urusan dunia?, apa PD dan SBY hanya sibuk ngurusin dunia, sehingga pencerah akhiratnya adalah ustad dari PKS?. Lumayan banyak yang punya janggut di PD, atau jangan-jangan yang belum punya berarti belum dicerahkan oleh PKS...hehehe.

Tapi sedikit banyaknya, yang dilakukan oleh pak tifatul adalah bertahan. Bertahan dari serangan. Kenapa mesti bertahan?, karena posisi beliau sebagai kader PKS dan seorang menteri di kabinet SBY..

Salam Kompasiana

@atas kasur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun