Aku mencintainya.
Aku mengasihinya.
Pada segenap kerapuhan ragaku.
Pada segenap kekuatan jiwaku.
"Bapak sudah pergi...," perempuan itu berbisik sembari bermata sembab. "Ia sudah damai sekarang." Ketegarannya merengkuh dua anak kami yang tak bisa mempertahankan derasnya bening air mata keluar, jatuh di pipi.
"Aku selalu mengasihimu, perempuanku..."
(in memoriam pak prap, 16 Nov 2005)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!