Pada hari Jum'at, tepatnya tanggal 30 Mei 2025 Mahasiswa Universitas PGRI Kanjuruhan Malang melakukan kuliah terpadu. Perkuliahan ini dilaksanakan selama 3 hari mulai dari 30 Mei - 1 Juni. Dan diikuti oleh mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. Kegiatan ini memang sudah dilakukan sejak tahun 1993 yang dipimpin langsung bapak Dr. Wadji, M.Pd. Itu artinya hampir 32 tahun perkuliahan ini sudah berjalan.
Kuliah terpadu ini bertempat di Desa wisata edukasi Jowaran, tepatnya di Dusun Krajan Desa Jambuwer Kecamatan Kromengan. Bila kita tempuh dari Malang sekitar 32 Km, dengan waktu tempuh 1 jam lebih 5 menit. Salah satu mata kuliah yang kami bawa ke sini adalah Puisi Prosa Indonesia dengan dosen pengampu Bapak Dr. Wadji, M. Pd. Mata kuliah ini ada kaitannya dengan penggalian mitos yang ada di Desa Jambuwer. Salah satunya adalah Punden Ambya'an.
Jambuwer adalah desa yang terletak di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, yang masih kental dengan adat istiadatnya. Desa ini terletak di lereng Gunung Kawi. Desa Jambuwer, memiliki ciri khas tersendiri mengenai budaya adat yang patut kita hargai dan lestarikan. Salah satunya terdapat sebuah Punden Ambya'an. Punden ini berada di Dusun Krajan, Jambuwer, Kecamatan Kromengan.
Punden Ambya'an merupakan sumber mata air yang berdiri bersamaan dengan Desa Jambuwer itu sendiri. Jambuwer sendiri memiliki tiga punden, pertama berada di Dusun Rekesan Cakru'an, yang ke dua di Putuk Miri dan yang ketiga berada di Dusun Krajan yaitu Punden Ambya'an. Punden Ambya'an adalah Punden terbesar atau punden utama yang berada di Jambuwer. Punden Ambya'an sendiri dijaga oleh dua juru kunci yaitu Bapak Triyono dan Bapak Jasanto. Menurut beliau, punden ini sudah lumayan lama berdiri, untuk kurun waktu berdirinya, beliau tidak memberikan lamanya secara spesifik.
Mitosnya, punden dan sumber mata air Ambya'an dijaga oleh dua sosok gaib yaitu sosok perempuan dan laki-laki. Untuk tempat sosok laki-laki ini berada di Punden utama atau Punden besar, sedangkan untuk sosok perempuan berada di sumber mata air waras. Mitosnya, dipercaya siapapun yang memiliki hajat untuk membersihkan diri dari penyakit, air tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya. Untuk penjaga ditempat tersebut terbilang sangat banyak, namun yang paling menonjol adalah sosok harimau dan ular. Pantangan dari tempat tersebut, wanita haid tidak diizinkan memasuki area Punden, namun dipersilahkan ke area mata air.
Pada bulan Selo, diwajibkan kenduri untuk Punden dan sumber mata air Ambya'an. Kenduri ini dilakukan setiap tahun saat ada acara bersih desa. Dampak, ketika tidak melakukan kenduri, akan terjadi malapetaka yang berimbas terhadap ekonomi warga. Biasanya terjadi paceklik seperti kekeringan dan gagal panen. Karena mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai seorang petani.
Tempat tersebut sempat difungsikan sebagai kolam renang dan arung jeram, namun tidak bertahan lama. Konon katanya tempat tersebut tidak diizinkan sebagai tempat wisata umum. Sehingga, banyak pengunjung melihat sosok yang tak kasat mata serta pernah merasa terganggu dengan sosok mistis tersebut.Â
Pak Triyono mengatakan "dulu di sini sempat viral, karena dulu itu ada kejadian ada anak kecil renang di sini ditampaki sama penunggu tempat ini. Nah dari situ, warga setempat heboh dan akhirnya kolam renangnya pun ditutup".
Setelah ditutup, Punden Ambya'an dikembalikan menjadi tempat sakral. Tidak boleh masuk sembarangan, untuk melakukan apapun itu harus minta izin terlebih dahulu. Seperti mengambil gambar dan video, jika ingin melakukannya harus datang bersama juru kunci. Namun, hal itu tetap saja ada yang tidak patuh dengan aturan tersebut.Â
Juru kunci Pak Triyono mengatakan, "Beberapa waktu lalu ada sekelompok anak sekolah, saya gak tau kalo nggak SMP ya SMK. Nah itu di sana mereka mengambil foto dan video tanpa izin dan tidak didampingi oleh siapapun ataupun saya juru kuncinya. Dan disaat mereka pulang terjadilah kecelakaan, jadi sekitar 15-an anak yang kesini."
Rumornya anak-anak tersebut diikuti oleh penunggu Punden, yang tidak terima karena asal mengambil foto dan video tempat tersebut. Oleh karena itu, dimanapun kita berada harus menjunjung tinggi kesopanan atau tepo seliro. Apalagi tempat tersebut dianggap sakral oleh warga setempat. Sumber mata air Ambya'an dan Punden ini ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu. Khususnya malam Jum'at Legi dan Selasa Kliwon.
Pada malam Jum'at Legi, orang yang datang untuk melaksanakan kegiatan Nyadran. Nyadran dalam artian ziarah untuk meminta sesuatu. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara berkelompok, seperti kelompok Jaranan dan pencak silat. Tujuannya ingin terkoneksi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata. Mengingat bahwasanya kelompok Jaranan dan pencak silat tidak jauh dari hal-hal gaib.
Sedangkan orang yang memiliki hajat secara pribadi, entah terkait kesehatan fisik atau bahkan kelancaran finansial. Mereka pasti berkunjung secara khusus pada saat malam Selasa Kliwon. Tidak hanya itu, warga juga percaya jika dahan pohon beringin jatuh, tandanya di pemerintahan desa ada yang lengser dari jabatan.
Umumnya sumber mata air Ambya'an dimanfaatkan untuk aktivitas warga, dialirkan ke rumah-rumah warga. Dan juga dialirkan ke desa Peniwen Kecamatan Kromengan untuk mengairi sawah dan untuk kebutuhan rumah tangga.
Dari penggalian informasi yang kami dapat, kita sebagai manusia patutlah menjunjung tinggi adat istiadat setempat. Dan menghormati peninggalan yang ada dengan cara melestarikan dan juga memberikan kesan positif. Serta tidak melakukan apapun secara semena-mena.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI