Mohon tunggu...
Reni DwiAnggraini
Reni DwiAnggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan Jurnalis Mahasiswa

Hanya seorang Ibu Rumah Tangga yang masih suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ironi Tani Masa Kini Vs Harapan Jadi Lumbung Pangan Dunia 2045

12 Agustus 2020   21:15 Diperbarui: 13 Agustus 2020   08:43 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lahan sawah (dok. Kementan via KOMPAS.com)

Saat ini pupuk subsidi maupun non-subsidi menjadi barang langka di mana-mana. Harganya pun melambung tinggi, semakin jauh meninggalkan kami yang berpendapatan rendah. 

Bagi yang sudah tergabung di kelompok tani, kebutuhan pupuk memang sudah dijatah. Namun lagi-lagi pupuk hanya untuk mereka yang beruang. Kelompok tani tidak menerima utang, hanya melayani pembelian secara tunai. Akibatnya yang tidak mampu membeli pupuk berhutang dulu kepada para bos-bos pengepul hasil pertanian. 

Nantinya semua hasil panen akan diserahkan ke pengepul dengan harga yang lebih rendah, alasannya sebagai balasan karena sudah memberikan fasilitas utang. Hal ini juga berlaku untuk obat-obatan pertanian. 

Kita tentunya tahu, bahwa hama dan penyakit tanaman semakin tidak terkendali. Jika petani tidak menggunakan pestisida dan hanya mengandalkan bahan organik alamat gagal panen. Bisa ludes dimakan hama dan serangan berbagai macam penyakit tanaman.

Bayangkan saja, kita udah capek-capek merawat tanaman selama hampir 4 bulan, dan hasilnya nihil, ambyar son, ambyar.

Saat musim kemarau tiba, bagi kami yang masih bergantung dengan air hujan sangat membutuhkan tenaga ekstra untuk merawat tanaman. Kebetulan musim kemarau tahun ini bapakku menanam tembakau. 

Kami tanam bibit tembakau di tengah 'telo' begitu kami menyebutnya. Telo adalah rekahan tanah yang terjadi akibat musim kemarau, kondisi tanah sangat kering dan keras. 

Bayangkan saja kamu menanam tanaman di tempat kering tanpa air setetes pun. Harus mengambil air dari sumur kecil yang jaraknya 2 kilo dari lahan pertanian. Menyiram satu demi persatu bongkahan tanah yang sebelumnya sudah disiapkan. 

Masihkah ada generasi muda yang mau melakukan hal ini? Karena frustasi banyak sekali petani yang membiarkan lahannya 'bera'. Bera adalah istilah untuk menyebut lahan yang sengaja tidak ditanami.

dokpri
dokpri
Selain irigasi, upah buruh tani juga semakin tak tergapai. Seringkali penjualan hasil panen tak bisa menutup biaya produksi, minus terus boos. Karena apa?

Ketika musim panen ketersediaan barang melimpah sehingga harga cenderung murah.. Yahhh itulah berbagai permasalahan pelik yang terjadi di dunia pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun