Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ulos dan Mangulosi pada Masyarakat Batak Toba (Sebuah telaah Filosofis Kekayaan Kebudayaan Masyarakat)

18 Oktober 2021   09:41 Diperbarui: 18 Oktober 2021   09:47 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberkatan Perkawinan (Dok.Pri)

         Dalam pandangan adat Batak, sumber panas pun ada tiga yaitu, matahari, api dan ulos (sebagian sumber menyatakan empat, ditambah dengan  bambu duri yang ditanam mengelilingi kampung batak) . Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa matahari hanya terdapat pada siang hari. 

Sementara itu api dipandang sebagai sumber panas yang kurang stabil dan dapat melukai dan membawa bahaya. Meski demikian api diakui sungguh sangat berguna juga. Ulos dianggap berbeda dengan kedua sumber panas itu. 

Ulos dipandang  sebagai sumber panas yang paling stabil karena tidak tergantung pada waktu (siang atau malam) juga tidak membawa bahaya dan melukai. Selain itu ulos memberi panas yang menentramkan perasaan (yang dimaksudkan ialah kehangatan)[2]. Panas dari ulos memiliki unsur kebahagiaan, dan tidak pernah meyiksa dan meyakiti. 

          Dalam masyarakat Batak tidak terdapat perbedaan jelas antara panas dan hangat. Dalam bahasa Batak Toba keduanya mengunakan kata 'Las'. Namun arti 'Las' sendiri tidak hanya berkaitan dengan suhu. 'Las' juga berarti senang, bahagia, dan tentram ('Las Roha'). Bagi masyarakat Batak bukan hanya tubuh yang membutuhkan kehangatan. 

Bahkan tondi atau roh/jiwa lebih membutuhkan kehangatan agar dapat hidup sebagai manusia yang penuh. Kehangatan tondi diperoleh melalui relasi yang baik dengan para kerabat, para sahabat dan kenalan[3]. Inilah yang mendasari falsafah kekerabatan masyarakat Batak yang dikenal dengan istilah dalihan na tolu (Tiga tungku/pilar).

          Ulos yang dahulu dikenal sebagai sumber kehangatan, kini telah menjadi salah satu unsur yang sangat fundamental dalam acara adat. Karena itu dapat dikatakan bahwa ulos yang dikenal pada awalnya dan ulos pada jaman sekarang jelas berbeda dengan ulos sekarang. 

Selain itu meskipun ditinjau pada acara-acara adat, ulos jaman sekarang dan ulos terdahulu juga telah banyak mengalami perrubahan. Perubahan pada ulos ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan manusia juga. Kemajuan teknologi, ketersediaan bahan-bahan kimia sintesis tentu sangat mempengaruhi perkembangan ulos jaman kini.

Memberi Makan (Dok.Pri)
Memberi Makan (Dok.Pri)
3 Ulasan Fisik Ulos

         Benang merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat ulos. Benang yang digunakan berasal dari tanaman kapas. Kapas yang telah menjadi benang itu kemudian diberi warna. Pada masa lampau, proses mewarnai benang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alamiah. Contoh bahan alamiah tersebut,  adalah daun nila, akar tumbuhan, atau rumput-rumputan. 

Namun sering dengan perkembangan zaman proses tradisional seperti itu telah langka dan jarang sekali dilakukan. Saat ini proses mewarnai benang secara modern dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan pewarna buatan/ sintetis. 

Penggunaan bahan sintesis ini memberi manfaat seperti pemakaian warna menjadi bervariasi, waktu pembuatannya lebih efektif dan singkat serta daya tahan warna tergolong lebih tahan lama, sekalipun demikian pada dasarnya pewarnaan benang secara tradisional memmiliki kualitas warna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan sintetis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun