Menurut Ian Ramsay, bahasa religius adalah bahasa mengenai gejala yang berhubungan dengan Allah. Maka kata "Allah" merupakan kata kunci untuk semua pembicaraan tentang Allah, baik dalam iman maupun dalam filsafat dan teologi. Allah tidak dialami secara empiris, sehingga menimbulkan problem bagaimana dapat menjembatani jurang antara manusia dan Allah, antara dunia hidupnya yang empiris dan dunia religius, yang bukan empiris. Menurut Ramsay terdapat pengalaman-pengalaman tentang kenyataan-kenyataan empiris yang tertentu, yang bersifat demikian sehingga mereka itu membuka kebenaran yang lain, yang melampaui kebenaran kenyataan empiris itu. Maka, dalam kenyataan-kenyataan empiris ada lebih daripada yang dapat didapati secara deskriptif.
     Manusia mengalami suatu situasi hidup, akan tetapi sekaligus situasi ini menyatakan suatu dimensi lain juga, yang tidak dapat diobyektivirkan ialah kehadiran Allah. Karena Teologi bertolak dari situasi disclosure, maka dari itu teologi tidak dapat dan tidak boleh berbicara tentang Allah secara deskriptif, seakan Allah merupakan kenyataan empiris dan obyektif. Teologi sejati adalah harus bersifat "evokatif", yakni harus cocok untuk membangkitkan keinsyafan tentang Allah yang transenden terhadap situasi hidup tersebut. Ramsay menjelaskan bahwa situasi disclosure itu hanya dapat tercapai melalui model-model yang tertentu. Model di sini berarti suatu situasi yang dikenal, dan yang dapat digunakan untuk mencapai suatu situasi yang tidak seberapa dikenal.
    Â