Mohon tunggu...
Rendytha Khansa Amandha
Rendytha Khansa Amandha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Mahasiswi Hukum

Belajar adalah hal penting, maka dari itu jangan pernah lelah untuk mempelajari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Pelaku dan Korban Tindakan Bullying Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

20 Januari 2021   04:10 Diperbarui: 20 Januari 2021   04:55 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bobo.grid.id, 2017

PENDAHULUAN

Istilah Bullying sudah terasa tidak asing di telinga. Bullying kerap kali terjadi pada dunia nyata. Tak dapat dipungkiri berapa banyak korban yang merasakan dari tindakan bullying tersebut. Dari usia muda hingga dewasa. Bullying dapat terjadi dimana saja, mulai dari teman sebaya, sekolah, hingga pada saat bekerja. Bullying umum terjadi pada dunia pendidikan. Budaya menindas masih ada dalam dunia pendidikan, terutama kakak kelas terhadap adik kelasnya.

Bullying adalah bentuk tindakan kekerasan secara fisik maupun psikologis, dilakukan oleh seorang ataupun sekelompok orang yang mana, tindakan tersebut semata-mata dilakukan untuk memuaskan amarah. Menurut Olweus (Krahe, 2005), bullying adalah tindakan yang bersifat negatif. Sifat negatif dapat muncul pada seseorang atau sekelompok orang karena merasa lebih kuat. Sifat ini dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu serta dapat melukai korban. Korban biasanya tidak mampu untuk melawan, karena biasanya dalam bullying terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban (dalam etheses.uin-malang.ac.id.).

Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mengartikan school bullying sebagai perilaku yang bentuknya agresif. Perilaku agresif ini dapat dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyakiti dan bahkan melukai korban. Pelaku yang merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar daripada siswa lain yang dianggapnya sebagai korban. Pelaku juga biasanya membuat suasana yang tidak menyenangkan bagi korban. Pelaku melakukan tindakan bullying dapat beralasan dan tidak beralasan, serta hanya ingin membuat korban tertekan saja.

Bullying atau biasa dikenal dengan budaya perundungan atas dasar senioritas, masih terjadi dalam dunia pendidikan. Kejadian tersebut berulang kali terjadi dan dalam kasus mereka kebanyakan karena menjadi korban dari kakak kelas mereka di sekolah. Tak jarang pula perilaku- perilaku yang sangat buruk terjadi. Perilaku-perilaku yang dilakukan peserta didik diakibatkan dari kurangnya pemahaman terhadap dampak yang ditimbulkan dari perbuatan negatif tersebut.

Banyak remaja Siswa Menengah Pertama (SMP) yang mengalami bullying. Ancaman fisik atau verbal adalah bentuk dari ancaman tindakan bullying. Terdapat dua perilaku dalam tindakan bullying, yaitu perilaku langsung dan tidak langsung. Dalam perilaku langsung, biasanya dilakukan dengan mengejek, mencela, mengancam, memukul, merampas, menendang, dan melakukan apapun secara langsung. Perilaku tidak langsung biasanya ditandai dengan menjauhi secara diam-diam atau mengisolasi seseorang yang dianggap berbeda (Imas Kurnia, 2017). 

METODE

Metode pendekatan yang digunakan dalam artikel ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan biasanya menggunakan kata-kata tertulis. Data-data yang digunakan berasal dari e-book, jurnal, dan artikel sebagai acuan. Berisikan kata-kata atau tulisan sesuai dengan data yang diambil dalam meneliti tentang perilaku bullying dan korban bullying.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bullying adalah tindakan atau aktivitas yang secara sengaja, bermusuhan, fisik, psikologis atau verbal yang melibatkan ketidaksamaan kekuatan (June Hunt, 2014). Ketidaksamaan kekuatan tersebut bermaksud untuk menyakiti dan menimbulkan rasa takut. Bullying biasanya dilakukan secara terus menerus dengan jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan efek yang buruk.

Efek yang diberikan dari bullying berbeda-beda, mulai dari yang sederhana hingga sangat parah. Efek sederhana biasanya, seperti takut untuk pergi ke sekolah, takut bertemu dengan orang lain, dan ketakutan lainnya. Sedangkan, efek yang sangat parah dari bullying adalah dapat menyebabkan sakit, seperti mual, nyeri sendi, dan bahkan dapat melakukan bunuh diri.

Dalam membahas soal bullying tidak jauh dari kata pelaku dan korban. Pelaku bullying adalah seorang atau sekelompok orang yang melakukan tindakan penindasan. Sedangkan, korban bullying adalah seorang yang terkena dampak dari tindakan tersebut. Terdapat karakteristik dari korban bullying dan pelaku bullying.

A. Pelaku Tindakan Bullying

Pelaku Bullying atau sering diistilahkan dengan bullies, memiliki karakteristik yang mendominasi korban. Mudah tersinggung dan meledak-ledak emosinya juga merupakan karakteristik dari pelaku bullying.  Menurut The National School Savety Center (NSSC) USA, pelaku bullying biasanya secara berlebihan bersikap agresif, destruktif, dan menikmati dominasi mereka atas anak-anak lain (Ela, Sahadi, dan Meilany, 2017). Pelaku bullying cenderung mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan informasi sosial. Mereka menginterpretasikan secara keliru perilaku anak lain sebagai perilaku bermusuhan, bahkan ketika sebenarnya sikap permusuhan itu tidak ditujukan ke anak lain tersebut.

Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), terdapat tipe-tipe dari pelaku bullying, yaitu:

  • Tipe percaya diri, tipe ini biasanya kuat secara fisik, menikmati keagresifitasannya, merasa aman karena merasa bahwa dirinya lebih kuat daripada orang lain dan biasanya tipe ini cenderung populer.
  • Tipe pencemas, pelaku secara akademik lemah. Lemah dalam berkonsentrasi, kurang dalam prestasi. Selain itu, kurang populer dan merasa kurang aman karena sifatnya yang pencemas.
  • Pada situasi tertentu, pelaku bullying juga dapat menjadi korban bullying

Dalam jurnal Puspa Amrina (2017) terdapat ciri-ciri dari pelaku tindakan bullying, yaitu:

  • Mendominasi anak lain
  • Memanfaatkan anak lain untuk mendapat apa yang diinginkan
  • Sulit melihat situasi dari sudut pandang orang lain
  • Hanya peduli terhadap keinginan dan kesenangannya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain
  • Cenderung melukai orang lain, ketika tidak ada yang mengawasi
  • Memandang yang lebih lemah sebagai sasaran empuk untuk di bully
  • Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya
  • Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau cenderung masa bodoh dengan perbuatannya
  • Terkadang haus akan perhatian

Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Dalam jangka waktu panjang maupun jangka waktu pendek, sebelum merasa puas untuk maka akan terus-menerus dilakukan. Tim Field (dalam Rigby, 2002), mengemukakan beberapa karakteristik pelaku bullying yang dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif, dan behavioral dalam diri si pelaku. Karakteristik tersebut, yakni:

  • Kurang dalam memahami apa yang dikatakan orang lain
  • Memiliki praduga yang salah
  • Memiliki memori yang selektif
  • Biasanya memiliki paranoid
  • Kurang dalam hal insight
  • Tipe yang curiga terhadap apapun
  • Terlihat cerdas, namun tidak demikian
  • Tidak kreatif
  • Kesal terhadap perbedaan minor
  • Kebutuhan impulsive untuk mengontrol orang lain
  • Tidak dapat belajar dari pengalaman

Dalam aspek afektif, karakteristik pelaku bullying (Amrina, Puspa. 2017), diantaranya adalah

  • Secara emosional masih kurang matang
  • Kurang mampu untuk menjalin hubungan akrab dengan orang lain
  • Kurangnya rasa peduli, simpati, dan empati terhadap orang lain
  • Tidak konsisten dan cenderung emosi yang mudah berubah-ubah
  • Tidak memiliki rasa bersalah dan menyesal

Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik yang biasanya paling menonjol pada pelaku bullying adalah agresif, impulsif, dan kesulitan untuk memiliki rasa peduli, simpati, maupun empati.

B. Korban Tindakan Bullying

Sumber : ayoyogya.com, 2020
Sumber : ayoyogya.com, 2020
Korban bullying sering diistilahkan juga sebagai victims. Korban bullying biasanya dianggap lemah oleh para pelaku tindakan bullying. Korban diperlakukan semena-mena, baik secara fisik ataupun secara verbal. Tidak memiliki kekuatan untuk melawan, karena terlalu takut untuk menghadapi menjadi penyebab dasar korban bullying.

Menurut Murphy (2009), terdapat karakteristik yang khas pada diri korban bullying. Karakteristik tersebut adalah penampilan yang dianggap berbeda oleh pelaku atau kebiasaan yang juga dianggap berbeda oleh pelaku tindakan bullying. Adapun korban yang "terpilih" karena ukuran mereka yang biasanya lebih kecil dan dianggap lebih lemah, serta dianggap berbeda dari anak-anak yang lain.

Terdapat alasan lain mengapa sebagian anak menjadi korban tindakan bullying. Alasan tersebut adalah berasal dari latar belakang etnik, budaya, atau keyakinan yang berbeda dari lingkungan yang ditinggali. Sebagian lainnya dikarenakan memiliki bakat atau kemampuan yang lebih dan istimewa. Karakteristik khas korban bullying bersifat internal dan eksternal. Karakteristik eksternal misalnya memiliki keterbatasan kemampuan tertentu, seperti kesulitan baca tulis atau kesulitan dalam berhitung. Adapun karakteristik khas korban bullying yang bersifat internal, yaitu anak-anak yang memiliki jenis kepribadian pasif dan submisif. Korban cenderung tidak mampu mempertahankan diri mereka dan hak-hak mereka, walaupun tidak sedang dalam situasi yang buruk (Nurul Hidayati, 2012).

Karakteristik lain dari korban tindakan bullying adalah memiliki kecemasan, kegugupan, dan cenderung merasa tidak aman. Biasanya, mereka merupakan anak-anak yang pemalu dan pendiam. Sifat yang pemalu dan pendiam menyebabkan anak-anak hanya memiliki sedikit teman dan juga self esteem yang rendah merupakan karakteristik korban tindakan bullying. Namun, hal tersebut juga menjadi sasaran empuk bagi pelaku untuk melakukan bullying.

Selain itu, dalam jurnal Puspa Amrina (2017) ada ciri-ciri yang dapat dilihat apakah seorang siswa tersebut dapat dikatakan sebagai korban tindakan bullying atau tidak. Menurut Barbara Colorosa (2006), ciri-ciri dari korban tindakan bullying antara lain:

  • Anak baru di lingkungan tersebut
  • Anak yang usianya paling muda
  • Anak yang paling kecil di sekolah
  • Anak yang sempat mengalami trauma, sehingga sering menghindar karena ketakutan
  • Anak penurut karena cemas atau kurang percaya diri
  • Anak yang melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin dianggap menyenangkan
  • Anak yang memiliki sifat pengganggu
  • Anak yang tidak mau berkelahi
  • Anak yang lebih suka untuk mengalah
  • Anak yang pemalu
  • Anak yang paling miskin atau anak yang paling kaya, karena dianggap berbeda sendiri
  • Anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah oleh banyak orang
  • Anak yang orientasi gender atau seksualnya dianggap rendah
  • Anak yang agamanya dianggap rendah
  • Anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi, berbakat, memiliki kelebihan yang berbeda dengan orang lain
  • Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi dengan norma-norma
  • Anak yang siap mendemonstrasikan emosinya setiap waktu
  • Anak yang ukuran tubuhnya pendek atau tinggi, dan berbadan kurus atau gemuk
  • Anak yang menggunakan kawat gigi atau kacamata
  • Anak yang memiliki masalah dalam kulit wajahnya, seperti jerawat atau bekas luka yang tidak hilang
  • Anak yang memiliki kecacatan secara fisik atau keterbelakangan mental
  • Anak yang berada di tempat keliru pada saat yang salah

Tindakan Bullying, terjadi secara terus-menerus. Paparan terhadap kekerasan yang dirasakan korban secara berkelanjutan memiliki efek yang sangat negatif, seperti gangguan yang mengganggu kesehatan baik fisik maupun mental. Efeknya dalam sekolah, korban mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan penurunan fungsi memori otak, sehingga prestasi dapat turun secara signifikan. Dengan demikian, mengenal bagaimana karakteristik pelaku dan korban bullying dibutuhkan guna mengurangi tindakan tersebut terjadi secara terus-menerus.

PENUTUP

Bullying adalah tindakan kekerasan dimana seseorang atau sekelompok orang merasa lebih berkuasa dan memiliki kekuatan untuk menyakiti dan melukai yang dianggap lebih lemah. Bullying bersifat agresif dan negatif, dapat menyebabkan dampak buruk bagi korbannya.

 Pelaku bullying atau dikenal juga dengan istilah bullies, memiliki karakteristik yang mendominasi korbannya, Pelaku melakukan tindakan tersebut dapat beralasan dan juga tidak beralasan. Sifatnya yang juga mudah tersinggung, menyebabkan pelaku merasa sensitif dan membuat emosinya meledak-ledak, serta dapat melampiaskannya kepada korban.

Korban bullying dikenal juga sebagai victims, biasanya ditandai dengan karakteristiknya yang terlihat lebih lemah, tak berdaya, dan tak mampu untuk melawan atau mempertahankan diri dari pelaku. Keadaan yang tidak memungkinkan untuk melarikan diri menjadi penyebab, serta tindakan yang berulang-ulang terjadi juga menjadi penyebab tidak berdayanya korban.

Mengenali korban dan pelaku bullying sebaiknya sejak dini. Karakteristik dan ciri-ciri yang juga harus diperhatikan. Dengan demikian, dapat mengurangi resiko tindakan tersebut berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Imas Kurnia. Bullying. Publisher: Relasi Inti Media Group. 2017. Sinopsis.

June Hunt, 2014, Bullying. Bully No More, Rose Publishing Inc, hlm 9.

Jurnal:

Amarina, Puspa. Pengaruh Bullying Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VII DI SMPN 31 Samarinda. Samarinda: Universitas 17 Agustus 1945 Samarindah. MOTIVASI Vol 1, No 1 (2013).

Hidayati, Nurul. Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. Gresik: Universitas Muhammadiyah Gresik. INSAN Vol.14 No. 1, April 2012.

Unknown, Pengertian Bullying Menurut Para Ahli, ditinjau dari Dampak Bullying Terhadap Mental Siswa Sekolah, MTsN 2 Kediri. Universitas Islam Negeri Malang. Etheses.uin.malang.ac.id. Hlm 16.

Zain, Ela. Sahadi Humaedi dan Meilany Budiarti Santoso. Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying. Bandung: Universitas Padjajaran. Jurnal Penelitian & PPM, Vol4, No2, Juli 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun