Mohon tunggu...
Rendy Hidayat
Rendy Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sastra Inggris yang gemar membaca buku Filsafat, Psikologi, Fiksi maupun Non-fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kajian Fenomena Sosial: Sasimo Dalam Manusia Subjek Menuju Manusia Objek (Benda) dan Kerentanan Matinya Harga Diri

26 Desember 2023   13:40 Diperbarui: 27 Desember 2023   11:14 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia punya tendensi untuk tidak bisa mengontrol hasrat mereka sendiri. Karena ketidakbisaan inilah yang menjadikan manusia acapkali kehilangan kendali atas apa yang dia inginkan. Ketika seseorang menginginkan sesuatu, hasrat mereka, harus segera terpenuhi untuk keinginan tersebut. Apapun akan manusia lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam pemenuhan hasrat—mencari pasangan baru setelah putus misalnya.

Saya berpikiran bahwa, manusia yang lemah adalah mereka yang tidak bisa mengontrol sesuatu yang pada dasarnya bisa mereka kontrol. Satu hal yang mendasari pemikiran ini adalah kemalasan seseorang (dalam berpikir dan pengendalian emosi). Berpikir dibutuhkan  agar kita mampu menjadi manusia yang rasional dan kritis. Namun, sayangnya bagi sebagian orang, berpikir adalah hal yang membosankan dan berat sehingga berujung kepada kemalasan dalam berpikir.

Manusia subjek menuju ke-objekan-nya

Secara hakikat, manusia ada atas kesadarannya sendiri; sadar sebagai suatu individu yang rasional, kokoh, dan autentik. Karena manusia tercipta atas dasar dirinya sendiri, bukan orang lain; hanya dia-lah yang bisa menentukan ingin menjadi apa dan bagaimana. Pada zaman sekarang (Pasca-modern) manusia acapkali tidak sadar memproyeksikan dirinya sendiri sebagai objek secara gamblang. Saya ambil contoh kasus seperti perempuan-perempuan yang melakukan joget atau tarian di Tiktok. Dengan pakaian yang ketat ataupun terbuka. Hal ini secara tidak sadar, menimbulkan hasrat seksual pada laki-laki meningkat dan menghadirkan banyaknya komentar-komentar yang mengarah pada pelecehan seksual. Atau laki-laki yang dengan sangat bangga ketika memperlihatkan bahwa dia mempunyai banyak perempuan. Layaknya barang, laki-laki tersebut dapat dengan mudah dimiliki (dijual-belikan) oleh seseorang.

Ketika kita mempelajari dan membaca mengenai gagasan Feminism dalam perlawanan Patriarki, pada gerakan Feminism First Wave hingga Third Wave yang menghasilkan banyak gerakan Feminism lain misalnya Liberal Feminism, Ekofeminism, Marxist Socialist Feminism, Existentialist Feminists, dan lain-lain, ada satu deduksi pada kesamaan dalam gerakan setiap feminism, yaitu kesetaraan sosial; meliputi gender, politik, ekonomi, hak dan hukum. Para pejuang terkenal Feminism secara fundamental hendak menghilangkan konsep "Labeling sebagai Objek" pada perempuan. Karena, menurut mereka perempuan juga manusia seperti halnya laki-laki. Perempuan bukan objek atau hanya sekadar sebagai pemuas nafsu seksual. Perempuan punya hak untuk hidup, untuk bebas, untuk menjadikan dirinya sebagai subjek yang utuh.

Perjuangan ideologi ini seiring jalannya zaman berkembang semakin mengalami kemunduran. Seperti yang saya sebutkan, bahwa manusia mulai mendapatkan labeling ke-objek-annya pelan-pelan secara tidak sadar.

Sasimo (Sana-Sini Mau)

Sasimo adalah sebutan atau sindiran bagi mereka yang mau saja berhubungan dengan siapapun, tanpa terkecuali—meskipun sudah memiliki pasangan. Fenomena sosial ini hadir atas ketidakpuasan hasrat yang ada di dalam diri manusia. Manusia cenderung serakah dan tidak puas atas apa yang sudah ada di hidupnya. Fenomena sasimo mematikan harga diri. Sasimo secara non-eksplisit mengindikasikan ketidakberhargaan diri pada manusia. Dia tidak sadar bahwa manusia secara fundamental merupakan makhluk yang berharga dan tak ternilai. Dengan pelaku sasimo mau-mau saja dengan siapapun, harga diri ini mulai menghilang, tidak ada lagi nilai yang substansial pada dirinya. Sasimo—layaknya lomba lari estafet, di mana setiap anggota harus berlari dan memberikan tongkat yang dibawa pada satu pelari ke pelari-pelari yang lain. Sasimo mudah sekali untuk dijadikan sebuah objek atau barang. Tak heran, aforisme sebagian orang mengatakan bahwa sasimo merupakan piala bergilir yang bisa dipakai dan dimiliki siapa saja. 

Saya rasa, jika Karl Marx masih hidup, dia akan menentang konsep ini. Bahkan bisa saja, Hegel setuju sasimo adalah seorang budak. Budak dari orang lain, dan hasratnya sendiri. Manusia perlu memahami bahwa setiap individu merupakan makhluk yang rasional, independen, dan perasa. Dan juga, bahwa manusia mempunyai nilai yang tinggi pada dirinya sendiri. Harga diri jauh lebih tinggi daripada nafsu birahi.

Sasimo dan Cinta

Sasimo adalah mereka yang kebingungan dengan perasaannya sendiri. Tidak tahu hendak percaya kepada siapa. Sehingga, cinta mereka berujung terpencar kemana-mana. Dia mencintai satu, dan mencintai yang lainnya. Sasimo berangkat dari kebingungan identitas dan rasa percaya diri yang berlebihan. Mereka tidak sadar sudah menjadi objek bagi semua orang, esensinya sebagai manusia perlahan menghilang. Hidupnya selalu menggerutu dan tak pernah merasa bersyukur. Bagi mereka, cinta adalah persoalan lain, yang penting hasrat dan kekosongan di diri mereka terpenuhi. Dari awal, persoalan ini berangkat dari cedera moral.

Mereka tidak sadar bahwa mencintai seseorang tidaklah mudah, karena cinta sangat kompleks. Namun, jangan jadikan alasan kesepian atau kekosongan hati untuk menjadikan diri sendiri atau orang lain sebagai barang (objek). Ketika belum sepenuhnya move on, jangan jadikan orang lain sebagai pelampiasan dengan dalih agar bisa move on dengan cepat. Justru itu akan menjadi masalah baru nantinya. Berpikirlah secara kritis, agar tidak menyakiti perasaan sendiri ataupun orang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun