Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Paradoks Nilai dalam Mengukur Kemiskinan di Tengah Rencana Reduksi Kemiskinan Ekstrem di Indonesia

20 November 2023   10:48 Diperbarui: 20 November 2023   17:23 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengeluaran, Harga Hidup, dan Inflasi: Ketidakpastian dalam Menilai Kemiskinan

Dalam mengukur kemiskinan, sering kali kita terjebak dalam paradoks nilai. Sementara pemerintah dan lembaga internasional mungkin merayakan penurunan tingkat kemiskinan berdasarkan mata uang kertas, pandangan lain muncul ketika kita mengukurnya dengan standar nilai emas. 

Pada pandangan ini, paradoks terungkap: seiring naiknya harga emas, tingkat kemiskinan seolah bertambah.

Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan tren kenaikan harga emas secara signifikan. Bagi sebagian orang, ini mungkin dilihat sebagai indikator kesehatan ekonomi, pertanda stabilitas pasar keuangan global. 

Namun, bagi sebagian lain, khususnya mereka yang berada di lapisan masyarakat dengan penghasilan terbatas, kenaikan harga emas bisa dianggap sebagai ancaman tersembunyi.

Mata uang kertas, meskipun sering dianggap sebagai penanda nilai ekonomi suatu negara, ternyata tidak selalu memberikan gambaran yang akurat. Standar emas, yang melibatkan nilai emas sebagai dasar nilai uang, menciptakan perspektif berbeda. 


Dengan nilai emas yang terus meningkat, bahkan pertumbuhan ekonomi yang positif dalam mata uang kertas bisa tampak kurang memberikan keuntungan riil bagi mereka yang bergantung pada nilai emas.

Kenaikan harga emas bisa menjadi tantangan ekstra bagi tingkat kemiskinan, terutama di negara-negara di mana emas memiliki peran kultural dan ekonomi yang besar. 

Masyarakat yang mengandalkan emas sebagai cadangan nilai atau sebagai bentuk investasi merasakan dampak langsung dari kenaikan harga emas. Sebaliknya, penghasilan mereka dalam mata uang kertas cenderung tidak berkembang seiring dengan kenaikan harga emas.

Satu pertanyaan kritis lagi adalah sejauh mana variabilitas dalam pengeluaran mencerminkan kesejahteraan sebenarnya masyarakat. Apakah pengeluaran harian atau bulanan secara akurat mencerminkan akses mereka terhadap pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum lainnya? Pertanyaan ini membuka diskusi tentang relevansi pengeluaran sebagai indikator tunggal untuk menilai kesejahteraan masyarakat.

Terlebih lagi, kenaikan harga hidup dan inflasi dapat memengaruhi nilai pengeluaran secara signifikan. Oleh karena itu pengeluaran tidak mungkin tetap konstan, memberikan gambaran yang kurang akurat tentang perubahan kesejahteraan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun