Sabtu, 12 September 2012 lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Krui di Kabupaten Lampung Barat meninjau bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dari Jakarta ke beberapa SMP di wilayah ini. Meskipun sering ke Lampung, tapi baru kali ini saya mampir ke Kabupaten yang terletak di bagian Utara dari Propinsi Lampung ini. Kabupaten yang beberapa tahun lalu sempat terkena gempa besar itu, memiliki pemandangan Alam yang menarik karena dikelilingi oleh pegunungan dan berbagai pantai.
Usai menyelesaikan tugas ini, saya bersama Salman (supir dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lambar), kemudian menghabiskan sisa waktu dengan “berwisata” sejenak ke pantai Jukung yaitu salah satu pantai di kawasan Krui yang tepat berada di tepi Samudera Hindia. Krui yang merupakan kota kecil Kecamatan ini sebenarnya menarik. Alam pantainya indah dan berombak besar sehingga sangat ideal buat para penggemar Selancar. Hampir satu jam kami beristirahat di pantai yang masih asri dan alami ini,menikmati ombak dan angin laut sambil membayangkan betapa luasnya Samudera di depan tempat kami duduk ini, dan betapa kayanya alam Indonesia itu....
[caption id="attachment_254079" align="alignleft" width="592" caption="(Penulis di pantai Jukung sekitar 15 menit dari KRUI. Pantai ini merupakan salah satu pantai-pantai di pesisir Lampung Barat yang berada di tepi Samudera Hindia dengan berbagai ciri khasnya. Meskipun terkesan kurang terawat, pantai ini terlihat asri dan alami, sebagaumana umumnya pantai di kota-kota kecil pulau Sumatera / Photo by: Salman)"][/caption]
Dari Samudera nan luas dan dalam inilah, para nelayan Krui kemudian memperoleh berbagai ikan tangkapan seperti Ikan Layaran, Ikan Tuhuk (Blue Marlin), Cakalang dan Tuna. Ikan-ikan ini, yang merupakan anugerah Alam untuk masyarakat Krui tersebut, kemudian dengan cepat habis terjual ketika sampai di beberapa pasar di sana. Bahkan sebagian Ikan tersebut kemudian dikirim ke daerah lain yang membutuhkannya. Ikan telah memberi kehidupan dan penghidupan kepada masyarakat Krui. Propinsi Lampung memang termasuk propinsi yang kaya dengan berbagai sumber daya alam. Untuk produksi Ikan Laut wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat ini saja, bisa mencapai hampir 9.000 ton pertahun. Luar biasa…!
[caption id="attachment_254088" align="alignleft" width="408" caption="(Patung Ikan Marlin di kota KRUI, Lampung Barat / Sumberphoto: Rendra Trisyanto Surya)"]
Diantara tumpukan ikan para nelayan itulah kemudian terlihat sekumpulan ikan “unik” dengan ciri khas mulutnya bertaji panjang dan badannya yang bersirip-sirip seperti ikan terbang. Orang asing menyebutnya dengan “Sea Bird” atau “Blue Marlin”. Orang Krui menyebutnya dengan Ikan TUHUK.Dikatakan sebagai Ikan Terbang, karena kebiasaan ikan ini melancat ke udara pada lautan Samudera yang luas itu ketika sedang ceria sebagaimana layaknya burung (bird). Ikan Marlin juga terdapat di banyak Negara dan lautan di Indonesia seperti di sekitar Jawa Barat, Sulawesi, Jawa dan NTB. Ya, dia merupakan salah satu Ikan berukuran besar yang terlihat cantik dan perkasa, terlebih-lebih ketika sedang melompat ke udara, sehingga sering dijadikan objek photo dan simbol dan ikon tertentu.
[caption id="attachment_254085" align="alignnone" width="676" caption="(Ikan Blue Marlin ini sering dijadikan sebagai Ikon, karena keindahan bentuk dan warnanya, yang sering bergerak cepat ke sana ke mari tanpa di duga-duga. / Sumberphoto: Fantasydesign.com)"]

[caption id="attachment_254080" align="alignleft" width="621" caption="(Ikan Blue Marlin yang berbobot rata-rata 40 Kilogram ini, gemar meloncat ke udara,sehingga sering disebut juga dengan "SEaBird". Loncatannya di tengah Laitan luas ini seringkali menjadi objek photo yang menarik/ sumberphoto: Seabirdsematan.blogspot.com)"]

Di kota Krui sendiri, ikan ini telah lama menjadi ikon karena merupakan makanan yang paling disukai dan digemari masyarakat setempat, selain juga menjadi penyumbang pendapatan daerah terbesar setelah Udang Karang (Lobster). Itu sebabnya, mereka pun mendirikan patung Ikan Blue Marlin di tengah kota KRUI. Patung itu terlihat sederhana namun menjadi kebanggaan masyarakat yang sekaligus menunjukkan ketergantungan mereka terhadap Ikan ini. “Belum ke Krui namanya, jika tidak mencicipi Ikan Marlin...”, kata Salman mengingatkan ketika kami masih di kota Liw, Ibukota Kabupaten Lampung Barat. Wah, penasaran juga nih, bagaimana ya rasa Ikan Marlin..?
***
Siang itu di pantai Jukung, udara mulai terasa panas dan berangin laut yang semakin kencang. Jam menunjukkan pukul 14:30 membuat perut kami pun mulai terasa lapar. Saya meminta Salman untuk mengantar ke rumah makan yang menjual masakan khas Krui. Salman kemudian menawarkan, “Mengapa kita tidak mencoba Sate Ikan Marlin?”, katanya. “Ah?Apa ada Sate dari Ikan? Khan daging Ikan itu tipis , bagaimana bisa dijadikan sate? “, tanya saya. Akhirnya setengah jam kemudian kami pun tiba di sebuah rumah makan bernama “Pondok Kuring” yang memang khusus menyediakan berbagai masakan khas Krui tersebut.
Lokasi rumah makan ini tidak terlihat istimewa, bahkan bercampur dengan kamar-kamar losmen yang terlihat kosong tak berpenghuni. Namun tempat ini menjadi istimewa karena masakan khas yang disajikannya seperti Steak Ikan Marlin, Sop Ikan Marlin dan Sate Ikan Marlin, yang sudah demikian terkenal di kawasan ini. Saya juga baru kali ini mendengar “Sate Ikan Marlin”, seperti apa ya..? Rasa penasaran ini membuat rasa lapar kemudian semakin menjadi-jadi. Sekitar 15 menit kami menunggu, Sate Ikan Marlin tersebut sudah lengkap terhidang di meja.
Sate ini terdiri dari potongan ikan Marlin dengan dagingnya yang tebal. Saya baru mengerti sekarang, mengapa Ikan ini bisa dijadikan sate, yaitu karena ketebalan dagingnya mirip ketebalan daging Ayam atau Sapi. Hal yang wajar kalau begitu, mengingat ukuran Ikan Marlin itu sendiri memang merupakan Ikan Besar dengan ukuran berat rata-rata sekitar 40 kilogram per-ekornya.
Daging Ikan ini bertekstur lembut, mirip daging kelinci namun lebih padat dengan rasanya yang agak manis. Tanpa terasa, piring pertama itu pun habis tersantap di tengah hari yang gerah itu. Kami memesan sebanyak dua porsi, berikut dua piring nasi putih. Rasa lapar semakin menjadi melihat bumbu sate kacang berwarna coklat di atas sate Ikan tersebut bertabur berbagai bumbu khas yang menyertainya. Rasa bumbu coklat ini mirip dengan bumbu kacang sate yang biasa kita kenal di mana-mana. Namun bumbu kacang ini terasa lebih maknyus karena dikombinasikan dengan berbagai bumbu khas Lampung asli yang terkenal banyak rempah dan agak pedas.
[caption id="attachment_254082" align="alignleft" width="610" caption="(Sate Ikan Marlin yang siap disantap. Bumbu kacang yang disertai dengan bumbu khas KRUI di atasnya tersebut membuat selera makan kita semakin tergoda... / Photo by: Rendra Trisyanto Surya)"]

***
Akhirnya, tanpa terasa semua porsi besar yang kami pesan itu pun ludes. Lalu Salman meminta komentar saya mengenai kuliner khas Krui ini. “ Oh, enak,.. lezat…!”, jawab saya. Kalau skala nilainya dari 1 sampai 10, saya kira nilainya adalah delapan, sahut saya.
Kami pun berderai tawa, sambil merasakan hentakan perut yang kekenyangan tersebut. Sambil menunggu agak longgar, kami menikmati beberapa batang rokok dan mengobrol tentang berbagai masakan khas Ikan Marlin. Ya, sebagaimana dikatakan Salman, bahwa Sate Ikan Marlin ini memangpaling favorit di Krui, karena hampir semua pendatang atau tamu, pasti menanyakan masakan kuliner yang satu ini, katanya.
Hal yang kemudian mengingatkan saya dengan Steak Marlin yang juga rasanya maknyus dijual disekitar Gili Tawangan, Lombok. Bahkan di kota Ciamis di Propinsi Jawa Barat, Ikan Marlin juga merupakan salah satu tangkapan nelayan, yang diantaranya dijadikan abon Ikan Marlin. Ya, ternyata lautan Indonesia ini memang kaya dengan berbagai sumber daya Alam. Meskipun kuliner Ikan Marlin terdapat di beberapa tempat di Indonesia, akan tetapi masing-masing memiliki cirikhasnya tersendiri karena percampuran bahan Ikan dengan bumbu-bumbu khas daerah setempat.
[caption id="attachment_254083" align="alignleft" width="367" caption="(Abon Ikan Blue Marlin dari CIamis / sumberphoto: Ricfish.Itrademarket.com)"]

Ketika waktupun semakin mendekati sore, kami melanjutkan perjalanan kembali ke kota Liwa (Ibukota Kabupaten Lampung Barat), melewati hutan rimba pegunungan Bukit Barisan bagian Selatan dalam perjalanan yang memakan waktu sekitar 2,5 jam. Kesan saya tentang kuliner khas Krui itu, hingga kini masih terbayang. Betapa sang Ikan Marlin nan cantik dan terlihat gagah itu, bisa menjadi masakan yang maknyus ketika dijadikan Sate. Selamat tinggal “Sate Ikan Marlin”….Terima kasih Krui, sampai jumpa..!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI