Mohon tunggu...
Rena yuliana kusuma
Rena yuliana kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi

Manusia dikenal karyanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berita Hoaks Menjadi Sesat Pikir Covid-19

21 Januari 2021   08:27 Diperbarui: 21 Januari 2021   08:34 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Covid 19 adalah jenis virus yang menyerang saluran pernafasan. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Virus ini disebabkan oleh Virus Severe Acute Respiratory Sydrome Coronavirus 2 (SARS-COV 2). Gejala dari virus ini sulit dikenali karena gejalnya seperti halnya gejala penyakit biasa, seperti pilek, batuk, dan flu. Virus Corona mudah menular ke manusia, sehingga virus ini dengan mudah menyebar ke seluruh dunia mengiggat terjadinya mobilitas masyarakat dengan mudah. Hal tersebut membauat negara-negara di dunia mengeluarkan kebiajkan lockdown dengan tujuan mencegah tersebarnya virus corona. Salah satu negara tersebut adalah Indonesia. Kebijakan lockdown yang di Indonesia dikenal dengan Pembatasan Sosial Berksala Besar (PSBB) memberikan dampak bagi masyarakat. Adanya PSBB ini membuat masyarakat di rumah saja selama pandemi covid 19. Hal tersbut memicu masyarakat berpikir negatif menggenai covid 19. Ada yang menganggap bahwa covid 19 itu hanya konspirasi. Padahal meraka tidak dapat membuktikannya dengan bahwa covid 19 itu hanya konspirasi semata. Padahal yang mereka lakukan hanya sesat pikir.

Pada saat pandemi Covid 19 ini sering terjadi praktik sesat pikir baik yang tidak kita sadari maupun kita sadari. Apalagi saat adanya kebijakan pemerintah yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat pekerjaan yang dilakukan di luar ruangan harus dikerjakan di dalam ruangan atau dari rumah seperti work form home, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat bosen untuk mengatasi hal tersebut masyarakat membaca berita yang tersebar di media sosial yang terkadang berita sesat atau hoax. Hal tersebut juga membuat masyarakat berasumsi neagtif menggenai pandemi.

Sesat Pikir atau Fallcy merupakan penalaran individu yang tidak logis dan menyesatkan orang lain atau tipu muslihat. Penyebab dari sesat pikir yang dilakukan individu karena individu tersebut tidak berpijak pada logika atau argumentasi yang tepat. Selama pandemi Covid 19 sesat pikir sering melanda masyarakat. Sesat pikir yang melanda masyarakat ketika masyarakat membuat argumentasai menggenai covid 19 yang terjadi dan menerima suatu berita yang tidak jelas sumbernya atau berita hoax. Misalnya dijelaskan pada youtobe Nalarkritis yang membahas menggenai fallcy covid 19 pada awal-awal pandemi Covid 19 masyarakat mempercayai bahwa jamu dari rempah dapat menanggkal virus corona, tapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Etnofarmasol jamu bisa menanggkal corona tapi dengan dosis yang tinggi dan tidak dapat dikonsumsi manusia. Hal tersebut merupakan hoax yang dipercayai oleh masyarakat. 

Sesat pikir post hoc ergo adalah sesat pikir yang menyimpulkan suatu peristiwa sebagai sebab dari peristiwa lain yang dimana peristiwa tersebut terjadi pertama kali. Contoh dari post hoc ergo yaitu Bill Gates yang dituding sebagai dalang dari virus Corona. Hal tersebut terdapat di dalam pidatonya yaitu menggenain resiko terbesar dari masyarakat bukanlah perang tetapi virus. Hal tersebut langsung menjadi bahan perbincangan dan konsipirasi. Padahal hal tersebut hayalah sebauah berita bohong hanya konsipirasi semata. Hal tersebut merupakan contoh jelas banyaknya berita hoax yang marak terjadi atau tersebar membuat masyarakat untuk berasumsi atau beragumentasai tidak tepat.

Konspirasi dengan sesat pikir non causa pro causa adalah sesat pikir yang menarik kesimpulan hubungan sebab akibat yang keliru. Suatu sebab peristiwa yang terjadi di tempat sebagai akibat dari peristiwa di tempat lain. Sesat pikir causa pro causa selama covid 19 sering terjadi. Hal teersebut terjadi dalam media sosial twitter yang menghubungkan adanya virus corona dengan pemecatan Dr,Xianggou yang meruapakan seroang peneliti di Laboratorium Mikrobiologi Nasioanal Kanada. Warga twiiter mengklaim Dr.Xianggou sebagai mata-mata yang mengirim potogen ke fasilitas Wuhan. Namun, telivisi CBC Kanada bahwa klaim tersebut tidak berdasar. Selain itu, Masyarakat juga ada yang beraggapan bahwa terjadi pandemi virus Corona karena adanya kebocoran laboratorium yang ada di China. Virus ini diciptakan untuk senjata biologis yang pemusnah massal. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lemabaga Imu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membantah bahwa virus Corona bukan buatan manusia tetapi hasil dari seleksi alam dan berdasarkan penelitian bahwa virus corona ini berasal dari satwa liar yang dijual bebas atau ilegal di pasar Wuhan, China.

 Argumentum ad Hominen 1 adalah kekeliruaan relevansi yang menyerang orang secara lansung dalam sebuah diskusi. Hal ini sering terjadi saat diskusi dilakukan oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Saat pandemi ini sering orang berdiskui dalam sebuah forum grup media sosial dan itu sering terjadi kekeliruan dalam berdiskusi tersebut. Misal : terdapat diskusi yang membahas bahwa virus Corona berasal dari satwa liar yang dijual bebas di Wuhan China. Namun, dalam diskusi tersbut ada salah satu yang membantah bahwa virus Corona hanya permainan elit-elit politik yang ingin mengguasi Global. Hal tersebut termasuk sesat pikir Argumentum ad Hominen, orang yang membantah hal tersebut menyerang langsung argumen bahwa virus corona berasal dari satwa liar, tetapi orang tersebut tidak mempunyai bukti yang akurat menggenai bahwa virus corona hanya permianan elit-elit politik. 

 Argumentum Ad Hominen II adalah sesat pikir yang tergolong di dalam relevansi yang menghubungkan dengan latar belakang suatu masalah. Argumentum Ad Hominen II ini terjadi akhir-akhir ini. Banyak warganet yang beranggap bahwa vaksin virus corona yang disuntikan dapat membuat mengubah menjadi titan. Hal tersebut tersebar luas pada saat pandemi. Orang berasumsi bahwa vaksin yang diproduksi oleh negara China bisa dapat menggubah menjadi titan, hal tersebut dilatar belakangi bahwa vaksin yang dibuat oleh China seakaan-akan membahayakan dan belum ada konfirmasi tingkat keamanan atau keamanan vaksin bagi kesehatan tubuh manusia. Seharusnya masyarakat tidak menyimpulkan begitu saja. Pemerintah tidak gegabah dalam menggambil keputusan dan sebelum disuntikkkan vaksin juga telah diuji keamanan bagi manusia. Jadi kita sebagai masayarakat harus menayaring berita yang beredar. 

 Argumentum ad Ignoratium adalah sesat pikir yang tergolong di dalam sesat pikir kekeliruan relevansi yang sulit dibuktikan kebenanrannya. Argumen ini biasanya menggunakkan pemikiran orang pintar atau paranormal. Saat pendemi covid 19 masayarakat percaya terhadap orang-orang yang ahli pada bidangnya. Misal : terdapat berita beredar bahwa virus corona dapat bertahan di uang kertas selama 28 hari. Orang-orang pada percaya menggenai hal tersebut. Hal tersebut terdapat di jurnal ilmiah. Namun, juga terdapat masyarakat yang percaya begitu saja tanpa membaca jurnal tersebut. Hal tersebut merupakan macam dari sesat pikir kekeliruan relavansi selama pandemi Covid 19.

 Argumentum ad Populum adalah sesat pikir yang terjadi karena kekeliruan yang diterima secara umum atau salah. Sesat pikir ini terjadi saat pandemi ini sering terjadi saat New Normal. Masyarakat beraggapan bahwa New Normal adalah situasi yang sama saat kehidupan Normal. Padahal itu berbeda. New Normal adalah pemulihan kegiatan masyarakat dengan menggunakan protokol kesehatan. Namun, pada saat era New Normal masyarakat kebanyakan tidak memahami hal tersbut. Hal tersebut terlihat salah kaprah memakanai New Normal. Banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan dengan tidak memakai masker. 

 Accent adalah sesat pikir yang terjadi karena pernyataan yang sifatnya menipu pembaca atau pendengar karena perubahan makna. Sesat pikir ini sering terjadi pada elit-elit politik. Banyak elit-elit politik yang berkampanye untuk mematuhi protol kesehatan, tetapi hal tersebut hanya omong kosong. Saat kampanye Pilkada di era pandemi banyak elit politik yang tidak mematuhi protokol kesahatan. Bahkan juga terdapat artis-artis yang tidak mematuhi protokol kesehatan dalam mengadakan acara atau hajatan.

 Komposisi adalah keliruan dalam beraguamen karena kekeliruan penalaran keterangan dari bagian argumen dan kekeliruan penalaran karena atribut sama dianggap sama dengan yang lain. Sesat pikir komposisi yang sering terjadi saat pandemi Covid 19 adalah kekeliruan penalaran masyarakat terdapat atribut sama dianggap sama dengan yang lain. Masyarakat beranggapan bahwa dokter, perawat dan pekerja rumah sakit pasti terjangkit virus Covid 19. Hal tersebut mengakibat masyarakat berstereotip negatif terdapat garda depan. Bahkan masayarakat juga menggucilkan atau tumbuh stereotipe nagatif terdapat keluarga pasien Covid 19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun