Mohon tunggu...
Sosbud

Di Antara Era Digital dan Kemajuan Ke-"Manusia"-an

2 Desember 2018   16:32 Diperbarui: 2 Desember 2018   16:56 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini pun saya sedang berperang dengan asumsi baru yang dilontarkan oleh teman saya. Dibalik budaya ini pun terselip budaya-budaya lainnya, seperti contohnya tidak toleran terhadap perbedaan dan narsisme yang berlebihan. Mungkin sebagian orang sudah masa bodoh dengan hal ini. Masa bodoh orang mau bilang apa, penting gua enggak kaya gitu. Namun bagi sebagian orang lainnya, hal ini sangat tidak memanusiakan dan mungkin akan menimbulkan luka sendiri di dalam hatinya.

Dari satu kasus itu saja kita dapat melihat satu kunci masalah yang terjadi, yaitu kebebasan. Kebebasan yang tanpa batasan tentu akan membawa dampak yang tidak baik pula. Contoh yang sering saya temui sebagai seorang pelajar Sekolah Menengah Atas adalah dalam masalah penggunaan Hp untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam era digitalisasi ini, sekolah mulai membuat langkah menuju pendidikan digital dengan memanfaatkan media dan aplikasi seperti google classroom atau edmodo. 

Tentu ini membuat pembelajaran dapat lebih efektif, meskipun siswa belajar di rumah sekalipun. Akan tetapi, dengan adanya internet dan mbah google yang mempunyai segala informasi yang kita perlukan, kadang yang sering kali dilakukan oleh teman-teman sebaya saya adalah mencari jawaban dari PR yang diberikan lewat internet sambil berdoa semoga jawabannya langsung ada di suatu web tertentu.

Tidak usah jauh-jauh, pada saat ulangan pun imbas dari kebebasan besar-besaran ini mulai terasa. " Mencontek itu tidak apa-apa asal tidak ketahuan " adalah prinsip yang dianut oleh teman-teman sebaya saya. Prinsip lain yang dianut adalah " peraturan ada untuk dilanggar". Melihat realita di masyarakat saat ini, rasanya itu tidak salah. 

Buktinya walaupun undang-undang mau direvisi sebanyak apapun, tetap saja ada oknum-oknum yang berani bertindak kejahatan. Lalu apakah salah peraturannya? Apa peraturannya yang kurang kuat atau apa? Tidak! Semua itu sebenarnya kembali ke manusianya sendiri. Mau buat UU dengan hukuman seberat apapun tanpa kesadaran dari masyarakat, tentu hal ini akan jadi sia-sia.

Jadi, semua kembali lagi pada diri kita sendiri. Apakah kita mau bersama-sama memanfaatkan gadget yang kita punya untuk memanusiakan manusia atau sebaliknya? Yang jelas, kemajuan era digitalisasi kedepannya sangat bergantung pada tindakan-tindakan kita sebagai generasi penerus tongkat estafet dari perjuangan bangsa kita. Mari wujudkan era gadget positif untuk kebaikan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun