Bukan peristiwa yang membentuk hidup kita, tapi cara kita menafsirkannya.
Pernahkah kamu merasa gagal lalu langsung menyalahkan diri sendiri? Atau sebaliknya, kamu tetap tenang dan yakin bisa mencoba lagi besok? Dua cara berpikir ini menggambarkan dua tipe manusia dalam menghadapi kenyataan: optimis dan pesimis.
Menariknya, perbedaan antara keduanya bukan terletak pada apa yang mereka alami, tapi bagaimana mereka menafsirkan sebuah peristiwa. Optimis dan pesimis bisa saja mengalami kegagalan yang sama, tapi respons mereka sangat berbeda.
1. Cara Pikir Pessimis:Â Merasa Gagal Itu Akhir Segalanya
Orang yang pesimis cenderung melihat kegagalan sebagai sesuatu yang permanen dan berasal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya ketika gagal dalam ujian, mereka mungkin berpikir:
"Aku memang bodoh."
"Sepertinya aku tidak akan pernah bisa belajar dengan baik."
Pola pikir seperti ini membuat mereka mudah menyerah. Mereka percaya bahwa kegagalan adalah cerminan siapa diri mereka, bukan sekadar sebuah pengalaman. Tak heran jika akhirnya mereka merasa terjebak dan tidak punya harapan.
2. Cara Pikir Optimis: Gagal Itu Sementara
Berbeda dengan pesimis, orang yang optimis memandang kegagalan sebagai hal sementara. Bagi mereka, kegagalan bukan karena mereka "tidak mampu", tetapi karena ada sesuatu yang belum maksimal hari itu. Ketika menghadapi situasi yang sama, mereka akan berpikir:
"Hari ini aku memang tidak dalam kondisi terbaik, tapi besok aku akan coba lagi."
"Setidaknya aku sudah satu langkah lebih dekat ke tujuan."