Rela Lufiana (Mahasiswa PGSD Uiversitas Negeri Semarang), dan Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd. (Dosen Mata Kuliah Pengembangan Seni Budaya SD PGSD Universitas Negeri Semarang)
Seni merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dipelajari oleh peserta didik. Namun keberadaannya saat ini seringkali dianggap kurang penting bagi peserta didik maupun orang tua siswa. Dalam pembelajaran, peserta didik lebih condong ke mata pelajaran yang sifatnya eksak saja, ataupun ilmu pasti seperti matematika dan IPA. Padahal di samping itu, pembelajaran seni di SD memberikan ruang bagi peserta didik dalam menyalurkan ekspresi, emosi, dan juga minat dan bakatnya. Sejauh ini, pemahaman orang-orang mengenai seni di SD hanya dianggap sebagai mata pelajaran pelengkap saja. Sehingga dengan hal ini, peran pendidik sangat diperlukan untuk menumbuhkan pemikiran pentingnya seni dalam diri peserta didik.
Pada dasarnya, seni dapat menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri siswa. Saat siswa mempelajarai berbagai mata pelajaran di SD yang tentunya mengandalkan otak kiri siswa, hal ini peran pembelajaran seni di SD yaitu untuk menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan siswa, yang mana seni itu dominan menggunakan otak kanan dan pembelajaran eksan lain cenderung dominan otak kiri. Dalam menjembatani hal tersebut, kurikulum merdeka di SD sudah memberikan ruang untuk pembelajaran seni di SD. Menurut saya hal ini tentu menjadi salah satu usaha pemerintah dalam menyeimbangkan pembelajaran peserta didik. Melalui hal ini, pembelajaran di SD tidak hanya difokuskan pada pembelajaran eksak saja, namun seni juga memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung karakter peserta didik melalui kreativitas, kecerdasan emosional, dan mengajarkan nilai-nilai kebudayaan yang tentunya hal ini dimuat dalam pembelajaran seni di SD.
Dalam pelaksanaan pembelajaran seni di SD, satuan pendidik harus menyediakan minimal satu jenis seni di antaranya seni musik, seni rupa, seni teater, dan/atau seni tari. Hal ini salah satu langkah dari pemerintah dalam mengupayakan pembelajaran seni di sekolah dasar. Namun yang  disayangkan alokasi yang diberikan dalam pembelajaran seni ini relatif sedikit dibanding dengan mata pelajaran lainnya, yang mana di kelas satu sampai kelas enam hanya 3 JP perminggunya. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah dan tantangan tersendiri untuk pendidik dalam mengoptimalkan pembelajaran seni di sekolah dasar namun dengan alokasi waktu yang terbatas.
Selain terbatasanya alokasi waktu, salah satu hal yang menjadi penghambat pembelajaran seni di sekolah dasar ini yaitu kompetensi pendidik. Pendidik terkadang kesulitan dalam membelajarkan seni kepada siswa, sehingga hal ini berdampak pada pemikiran siswa bahwa seni itu membosankan. Padahal jika dipelajari secara mendalam, seni ini menyenangkan. Terkadang pendidik hanya memberikan tugas-tugas saja kepeda siswanya. Misalnya dalam pembelajaran seni musik, peserta didik diberikan untuk menyanyikan lagu. Permasalahan yang muncul dimulai ketika anak merasa tidak bisa bernyanyi ataupun memiliki suara yang kurang bagus, sehingga hal ini akan menimbulkan pemikiran pada peserta didik bahwa seni itu sulit dan membosankan. Maka dari itu penting bagi seorang pendidik mengetahui, apa minat dan bakat dari peserta didik sehingga dalam melakukan pembelajaran peserta didik merasa gembira tanpa adanya keterpaksaan.
Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang tidak dapat dikesampingkan, karena pada dasarnya seni memberikan ruang bagi peserta didik dalam mengekspresikan dirinya. Melalui seni peserta didik dapat mengeksplor minat dan bakatnya yang mana ini mampu menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan pada peserta didik yang berarrti peserta didik memiliki kemampuan yang lebih baik. Maka dari itu, perlu adanya ruang yang cukup dan pendidik yang kompeten guna untuk mengimplementasikan pembelajaran seni secara baik sehingga esensi dari tujuan pembelajaran seni di sekolah dasar tercapai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI