Melalui temuan surat-surat tersebut maksud tersembunyi gubernur jenderal yang sebenarnya mendukung kedaulatan Hindia Belanda terungkap dan dapat dikaitkan dengan rentetan kebijakan non-politik yang dikeluarkan Hindia Belanda sepanjang tahun 1936 hingga 1942. Bertolak dari pemikiran ini, pemerintah Indonesia harus memperbaiki pola komunikasi publiknya.Â
Berkembangnya hoaks, disinformasi, dan persepsi yang beraneka ragam di tengah masyarakat tidak lain disebabkan oleh bobroknya pola komunikasi publik tersebut.Â
Lebih jauh, menyalahkan perkembangan persepsi dalam masyarakat sebagai salah masyarakat itu sendiri merupakan suatu tindakan yang bahkan tidak dilakukan oleh pemerintahan kolonial di bawah Tjarda.Â
Bercermin dari hal ini, kita harus menyadari bahwa kegagalan komunikasi publik dari para administrator negara Indonesia harusnya tidak ditimpakan kesalahannya pada publik.
Daftar Sumber
- Abeyasekere, Susan. 1976. One Hand Clapping: Indonesian Nationalists and the Dutch, 1939--1942. Melbourne: Centre of Southeast Asian Studies Monash University.
- Akbar, Allan. 2013. Memata-matai Kaum Pergerakan: Dinas Intelijen Politik Hindia Belanda, 1916--1934. Serpong: Marjin Kiri.
- Bijkerk, J. C. 1988. Vaarwel tot betere tijden [Sampai Jumpa di Saat yang Lebih Baik]. Franeker: T. Wever.
- Koch, D. M. G. 1950. Om de vrijheid: de nationalistischce beweging in Indonesie [Menuju Kemerdekaan: Pergerakan Nasional di Indonesia]. Jakarta: Pembangunan.
- Ong Hok Ham. 1989. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: Gramedia.
- Penders, Chr. L. M. 1977. Indonesia: Selected Documents on Colonialism and Nationalism, 1830--1942. Brisbane: University of Queensland Press.
- Reinhart, Christopher. 2019. "Mempertahankan Sebuah Imperium: Pembuatan Kebijakan Hindia Belanda Masa Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer, 1936--1942" (Naskah Tesis Sarjana Belum Diterbitkan).
- Sjahrazad [Sutan Sjahrir]. 1946. Indonesische overpeinzingen [Renungan Indonesia]. Amsterdam: De Bezige.
Penulis
Christopher Reinhart adalah peneliti bidang sejarah kuno dan sejarah kolonial wilayah Asia Tenggara dan Indonesia. Sejak tahun 2019, menjadi asisten peneliti Prof. Gregor Benton pada School of History, Archaeology, and Religion, Cardiff University. Sejak tahun 2020, menjadi asisten peneliti Prof. Peter Carey.