Mohon tunggu...
Reinhard RM Tawas
Reinhard RM Tawas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Producer Director, Writer.

Flowers Generation

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengeliling Bumi Pertama Enrique Maluku

21 Mei 2020   12:08 Diperbarui: 21 Mei 2020   12:08 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ferdinand Magellan berangkat dari Sanlucar de Barrameda 20 September bersama 237 pelaut dari berbagai kebangsaan.  Mereka terbagi ke dalam lima kapal yaitu kapal utama "Trinidad" yang membawa Magellan, Pigafetta dan Enrique Maluku,  "San Antonio," "Concepcin," "Victoria," dan "Santiago." Selama lebih dari 400 tahun tidak ada orang yang berpikir tentang kemungkinan bahwa Enrique Maluku ini lah yang pertama kali mengelilingi bumi. 

Tahun 1958 seorang novelis Malaya Harun Aminurrashid mengklaim bahwa Enrique Maluku lah pengeliling dunia yang pertama dan dia adalah orang Malaya (Malaysia baru ada 1963).

 Ia menulis novel pelayaran 'Panglima Awang' gelar yang diberikannya untuk Enrique Maluku.  Ini tentu dengan catatan bahwa setelah ditinggal di Cebu  oleh de Elcano, dia kembali ke kota Malaka. Harun  Aminurrashid mengatakan bahwa Enrique Maluku adalah orang Malaya yang berasal Sumatra. 

Carlos Quirino -- pakar sejarah dan penulis Filipina -- pada tahun 1980 mengklaim bahwa Enrique Maluku ini orang Filipina, hanya dengan argumentasi bahwa dia bisa langsung berkomunikasi dengan penduduk asli ketika sampai di Cebu. Padahal catatan Pigafetta jelas-jelas mengatakan bahwa Enrique Maluku hanya bisa berkomunikasi dengan bahasanya (pastinya Melayu) dengan Raja Humabon, penguasa Cebu. Sebagai seorang raja beliau pasti mendapat akses untuk belajar bahasa Melayu baik secara langsung atau melalui guru. 

Ketika itu bahasa Melayu adalah bahasa internasional yang dipakai secara luas dari Madagascar di Afrika sampai Pulau Easter di Samudra Pasifik. Ia berasumsi bahwa bahwa Enrique Maluku diculik oleh perompak dan dijual sebagai budak ke Sumatra dan dijual lagi ke Malaka. Tahun 2002 penulis Filipina Carla Pacis menulis novel tentang Enrique Maluku dengan judul julukan Spanyolnya -- Enrique el Negro, berdasarkan argumentasi Quirino. Malah ketika itu direncanakan akan dibuat filemnya sekalian. 

Magellan sudah menpersiapkan perjalanan-keliling-dunianya ke arah Barat, ke Maluku dan balik kembali ke Spanyol dengan matang. Ia perlu sorang yang paham betul tentang Nusantara dan terutama Maluku. Yang ia perlukan adalah orang yang paham akan Maluku untuk menjadi asistennya dan itu ada pada diri Enrique Maluku. 


Ada dua versi bagaimana Magellan mendapatkan Enrique Maluku. Versi pertama: Tahun 1511 ketika armada Portugis yang dipimpin Alphonse D'Albuquerque menaklukkan Malaka, dan Magellan adalah salah satu komandannya, mereka mendapatkan 3000 budak dari berbagai suku di Nusantara yang ditinggalkan oleh raja Malaka Sultan Mahmud. Kenapa dia memilih Enrique Maluku yang ketika itu berusia sekitar 18? Bukan hanya karena dia cerdas, bisa berbagai bahasa, tapi juga karena berasal dari Maluku. 

Tempat yang dulu diidam-idamkan oleh orang Eropa yang menyebutnya "Spice Islands". Versi kedua: Magellan mendapatkan Enrique Maluku dari Francisco Serrao di Sumatra sebelum penyerangan ke Malaka.

 Serrao adalah "Resident Officer" Portugis di Maluku yang tugasnya mengumpulkan rempah-rempah untuk dibawa ke Goa di India. Tentang bagaiman Enrique Maluku disebut orang Sumatra, ketika itu "menjadi" orang Sumatra di Malaya bisa mengangkat gengsi. Perlu diketahui bahwa selama berabad-abad Malaya berada di bawah perlindungan Sumatra (Sriwijaya). 

Penulis sejarah Angkatan Laut Martin Fernandiz de Navarette (1765 - 1844) dalam bukunya berjudul "Koleksi Perjalanan dan Penemuan Orang-orang Spanyol Mulai Akhir Abad XV" volume iv, bab xv halaman 85 dengan sub-judul "Del Esclavo de Magellan" (budak Magellan) menyebut Enrique berasal dari Maluku atau Sumatra. Buku ini terbitan Imprenta Nacional, Madrid 1837. Copy aslinya tersimpan di University of Wisconsin -Madison. 

Satu argumentasi lagi yang mendukung teori ini adalah Pigafettta selama perjalanannya menulis sebuah kamus bahasa-bahasa yang dijumpainya selama perjalanan. Dari 460 kata yang ada di kamusnya hanya 160 kata yang bukan bahasa Melayu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun