Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut dua hari raya besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Salah satu tradisi yang paling khas dalam menyambut kedua hari raya ini adalah takbiran, yakni mengumandangkan takbir sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT. Namun, takbiran pada malam Idul Adha memiliki nuansa tersendiri---penuh makna spiritual, sejarah, dan pengingat atas nilai pengorbanan.
Makna Takbir dalam Islam
Secara bahasa, takbir berasal dari kata kabir yang berarti "besar". Dalam konteks ibadah, takbir adalah seruan "Allahu Akbar" yang berarti "Allah Maha Besar". Kalimat ini bukan sekadar ucapan lisan, tapi merupakan ekspresi penghambaan total kepada Allah, pengakuan bahwa tiada daya dan upaya selain dari-Nya.
Pada malam Idul Adha, takbir menjadi simbol penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Takbir yang dikumandangkan bukan hanya seruan kemenangan, melainkan bentuk pengagungan kepada Allah atas segala nikmat, ujian, dan kesempatan untuk berkurban.
Takbiran Idul Adha: Tradisi yang Mengakar
Tradisi takbiran sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam riwayat-riwayat shahih disebutkan bahwa para sahabat Rasulullah biasa mengumandangkan takbir di malam Idul Adha dan sepanjang hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Berbeda dengan malam takbiran Idul Fitri yang hanya dilakukan pada malam 1 Syawal, takbiran Idul Adha dimulai sejak subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah). Ini menandakan bahwa gema takbir dalam Idul Adha berlangsung lebih lama dan memiliki dimensi spiritual yang lebih luas.
Takbir yang dikumandangkan biasanya berbunyi:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd."
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah.)
Takbiran bisa dilakukan secara individu maupun berjamaah, baik di masjid, mushola, rumah, maupun dalam bentuk pawai atau arak-arakan di jalan (dengan tetap menjaga adab dan keselamatan).