Mohon tunggu...
Regananta Elang Bagaskara
Regananta Elang Bagaskara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiawa Universitas Airlangga

saya merupakan seseorang yang hobi naik gunung dan minat saya adalah isu-isu politik baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pentingnya Epistemologi Ilmu dalam Filsafat Ilmu Terhadap Kesadaran Literasi Digital dan Penerapanny

2 Juni 2023   19:46 Diperbarui: 14 Juni 2023   18:30 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam era digital yang berkembang pesat saat ini, kesadaran literasi menjadi sangat penting ketika berhadapan dengan berbagai hubungan internasional. Filsafat sains, sebagai disiplin yang berkaitan dengan hakikat, metode, dan tujuan sains, dapat memainkan peran penting dalam memperkuat kesadaran literasi ini. Penerapan filsafat ilmu ini terhadap kesadaran literasi digital bisa melalui pilar-pilar seperti yang ada di dalam buku yang berjudul Filsafat Ilmu  karya Dr. Drs. H. Mohammad Adib, MA. Pilar-pilar tersebut antara lain yaitu dari Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Dalam penulisan artikel ini, penulis akan memfokuskan kepada salah satu pendekatan yaitu melalui epistemologi dalam filsafat ilmu terhadap kesadaran literasi digital dan penerapannya dalam Ilmu Hubungan Internasional.

Epistemologi sendiri berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji pengetahuan dan proses memperolehnya. Dalam beberapa kasus, epistemologi juga disebut sebagai teori pengetahuan, yaitu cabang filsafat yang mempertanyakan cara kita memperoleh pengetahuan, esensi pengetahuan itu sendiri, serta sumber-sumber dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, epistemologi merupakan cabang filsafat yang meneliti berbagai metode, teknik, dan prosedur yang digunakan untuk memperoleh ilmu dan keilmuan. Terdapat beberapa cara, teknik, dan prosedur yang digunakan untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, yaitu melalui metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode non-ilmiah merupakan hasil dari penemuan yang bersifat kebetulan, keberuntungan, penggunaan akal sehat, prasangka, mengandalkan otoritas, dan pengalaman biasa. Menurut Adib (2010) mengatakan bahwa Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah dapat dicapai melalui pendekatan deduktif dan induktif. Di sisi lain, metode problem solving adalah sebuah metode untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengatasi masalah melalui tahapan mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisasi, dan menganalisis data tersebut. Tujuan utama dari metode ini adalah menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi, serta hukum-hukum yang relevan dengan masalah yang sedang dihadapi. 

Adib (2010) berpendapat bahwa epistemologi mempelajari konsep-konsep ilmu, variasi ilmu yang relatif dan pasti, serta hubungan yang tepat antara subjek dan objek. Dengan kata lain, epistemologi merupakan cabang filsafat yang menggali asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan proses memperoleh pengetahuan sebagai faktor penting dalam mengajukan pertanyaan tentang apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya. Pendekatan yang disarankan adalah dengan mengajukan pertanyaan secara kritis sebelum mempercayainya. Dalam hal ini, keraguan terhadap keberadaan suatu hal haruslah dipertimbangkan dan terbukti sebelum dapat dijelaskan secara rinci. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemologi merupakan sebuah bagian filsafat yang meneliti asal usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan, serta kita diharuskan untuk berpikir kritis mengenai sesuatu hal sebelum kita yakini bahwa hal tersebut benar adanya. Hal tersebut, secara tidak langsung menyuruh kita untuk membaca terlebih dahulu suatu pengetahuan yang didapat, mulai dari asumsi dasarnya dan asal usulnya sebelum kita percaya bahwa pengetahuan itu memang benar. Dari situ kita dapat sadar bahwa epistemologi ini dapat meningkatkan kesadaran kita terhadap literasi digital.

Tidak hanya itu, namun terdapat beberapa cara lain bagi epistemologi ilmu dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran literasinya antara lain :

  • Pemahaman tentang sifat pengetahuan digital, dengan memahami bahwa pengetahuan digital adalah produk dari proses sosial dan teknologi, kita dapat mengembangkan kritis yang lebih tinggi dalam mengevaluasi informasi yang kita temui secara online.
  • Keterampilan kritis dalam konsumsi digital, epistemologi ilmu dapat membantu dalam mengembangkan keterampilan kritis dalam mengonsumsi informasi digital, Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menghindari informasi yang salah, mengidentifikasi bias, dan mengelola informasi yang berlebihan.
  • Kesadaran tentang keberagaman perspektif, epistemologi ilmu juga dapat meningkatkan kesadaran kita tentang keberagaman perspektif yang ada dalam ruang digital. Dengan mengakui keberagaman ini, kita dapat menjadi lebih terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda dan membangun pemahaman yang lebih komprehensif tentang isu-isu digital.

Epistemologi selain bisa berdampak pada peningkatan kesadaran terhadap literasi digital, melainkan juga terdapat pengaruhnya dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional, karena penerapan epistemologi ilmu dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional melibatkan juga mengenai pemahaman tentang sifat pengetahuan, metode, dan pendekatan yang digunakan dalam menghasilkan pengetahuan dalam bidang tersebut. Dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional, terdapat beberapa pendekatan dan aliran pemikiran yang berbeda yang mencoba menjawab pertanyaan epistemologis. Terdapat beberapa penerapan epistemologi ilmu dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional, antara lain :

  • Positivisme, pendekatan positivisme dalam HI berfokus pada pemahaman objektif dan empiris terhadap fenomena politik internasional, positivisme menganggap bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui observasi, pengukuran, dan analisis data empiris. Hal tersebut sama dengan epistemologi yang menerapkan metode ilmiah untuk memperoleh sebuah ilmu atau keilmuan.
  • Konstruktivisme, pendekatan melalui konstruktivis dalam studi HI memfokuskan pada peran ide, norma, dan konstruksi sosial dalam membentuk hubungan internasional. konstruktivisme berpendapat bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari fakta empiris tetapi juga dari konstruksi sosial dan pemahaman subjektif.
  • Realisme, pendekatan realis dalam studi HI menekankan pada kepentingan nasional, kekuasaan, dan persaingan antara negara-negara. realisme berpendapat bahwa pengetahuan dalam Hubungan Internasional dapat ditemukan melalui pengamatan historis dan pemahaman tentang sifat manusia yang egois dan kecenderungan konflik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa epistemologi dalam filsafat ilmu mempunyai peran yang juga penting terhadap untuk meningkatkan kesadaran diri kepada masyarakat maupun mahasiswa akan pentingnya literasi digital. Selain berperan penting dalam meningkatkan kesadaran literasi, ternyata epistemologi ilmu juga mempunyai kontribusinya dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional yang bisa dilihat dari beberapa perspektif HI yaitu perspektif positivisme, konstruktivisme, dan realisme.

Referensi

Jackson, Robert & Sorensen, Georg, 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 

Adib, Muhammad, 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun