Mohon tunggu...
Redaktur PPIJ
Redaktur PPIJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biro Publikasi PPIJ 2021-2022

PPIJ adalah organisasi mahasiswa Indonesia di Jepang. Di laman Kompasiana ini, kami akan merilis seri Jendela Ilmu yang membahas berbagai topik dari beragam bidang keilmuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Bumi: Sebuah Kisah Sejarah (Bagian 5)

3 Februari 2022   12:12 Diperbarui: 3 Februari 2022   12:23 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Shutterstock 

Chokepoint

Seperti sebelumnya sudah dijelaskan, geografi sisi utara Mediterania, terutama di Yunani, sangat menguntungkan untuk aktivitas maritim. Selain itu, banyaknya negara-negara Yunani kuno di sekitar kepulauan Aegea disebabkan oleh topologinya yang berbukit, sehingga suatu negara tidak bisa meraih dominasi total terhadap seluruh kepulauan dan akhirnya negara-negaranya menjadi mandiri dengan caranya sendiri (Marr, 2013). Namun, setiap keuntungan pasti ada kerugian. 

Sebagian besar dataran Yunani tidak cocok untuk agrikultur karena tanah yang tidak subur. Terlebih, topologi dataran yang berbukit di kepulauan Aegea dan banyaknya gunung di dataran utama menyebabkan tanah datar yang diperlukan untuk agrikultur tidak banyak. 

Orang-orang Yunani kuno sadar akan hal ini sehingga jika mereka tidak mencoba mencari dataran baru yang lebih bagus untuk bercocok tanam, mereka akan kelaparan (mereka mengandalkan produksi minyak sawit, bir, dan produk ternak yang cocok dengan iklim dan cuaca di wilayah mereka untuk kemudian ditukar dengan gandum di luar negeri (Reader, 2005)). Oleh karena itu, sekitar 1000 SM, negara-negara Yunani kuno mulai menjelajah daratan baru di sekitarnya, tentunya melalui laut.

Pada dasarnya, Yunani kuno terpecah menjadi dua kubu: kubu Sparta dan sekutu-sekutunya di dataran utama, serta kubu Athena dan sekutu-sekutunya di sekitar Laut Aegea. Kubu Sparta menjelajah ke arah barat. Mereka menemukan Pulau Sisilia yang sangat cocok untuk keperluan agrikultur, terutama di sekitar Gunung Etna, dan akhirnya mendirikan koloni di sana. 

Sementara itu, kubu Athena bergerak ke arah timur laut, menuju Laut Hitam. Untuk sampai kesana dari Laut Mediterania, mereka harus melewati Selat Dardanelles (pada zaman Yunani kuno, selat ini dinamakan Selat Hellespont) yang sangat sempit menuju Laut Marmara, kemudian melewati selat yang bahkan lebih sempit lagi bernama Bosphorus (dengan lebar tidak lebih dari 1 km), untuk kemudian keluar di Laut Hitam. Mereka menemukan dataran yang cocok untuk agrikultur di bagian barat laut laut tersebut, khususnya di sekitar sungai Dnieper dan Bug.

Seiring dengan bertambah banyaknya populasi Yunani kuno, ketegangan antara kedua kubu semakin memanas, salah satunya akibat perebutan hasil impor gandum dari koloni mereka di Sisilia dan Laut Hitam. Alhasil, pada 431 SM, salah satu perang besar Yunani kuno, Perang Peloponnesian, pecah. Perang tersebut berlangsung selama hampir 30 tahun dan pada akhirnya dimenangkan oleh Sparta. Bagaimana mereka menang? Dengan memanfaatkan geografi. 

Sparta sadar bahwa mereka tidak perlu menyerang ibukota Athena secara langsung dan mengorbankan banyak prajurit, melainkan, mereka hanya perlu membuat Athena kelaparan. Bagaimana? Seperti sebelumnya sudah diceritakan, jalur Athena ke Laut Hitam harus melewati dua selat yang sangat sempit, Hellespont dan Bosphorus, sehingga, produk makanan yang dihasilkan oleh koloni mereka di Laut Hitam perlu dikirimkan melalui kedua selat sempit itu. 

Sparta sadar bahwa mereka hanya perlu menguasai salah satu dari chokepoint tersebut untuk memblokir pengiriman makanan ke Athena. Oleh karenanya, pada 405 SM, sebagian besar kapal Sparta dialihkan ke Selat Hellespont. Mereka menunggu hingga saat rombongan terbesar kapal Athena yang membawa makanan impor dari Laut Hitam melewati Hellespont di musim panas tahun itu. Begitu rombongan datang, mereka langsung menyerang. 

Pertarungan Aegospotami pun berlangsung (Graham, 1986). Hasilnya, Sparta menang besar, dengan lebih dari 160 kapal Athena hancur atau disita. Setelah selat dikuasai, Sparta bahkan tidak melancarkan serangan lain lagi ke kota-kota Athena, mereka tahu bahwa mereka hanya perlu menunggu sampai Athena kelaparan dan akhirnya menyerah. Dan, memang itulah yang terjadi. Sebagian besar teritori Athena, termasuk Sisilia, dan militernya akhirnya diserahkan kepada Sparta sehingga peradaban tersebut menjadi yang paling kuat di Yunani kuno saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun