Hasil uji bisa dibandingkan dengan spesifikasi resmi dari produsen SSD Anda. Jika kecepatan yang dihasilkan jauh di bawah standar, kemungkinan ada masalah pada firmware, koneksi, atau bahkan pada sel memori SSD itu sendiri.
Tes ini sebaiknya dilakukan setiap beberapa bulan agar Anda bisa memantau perubahan performa dari waktu ke waktu.
3. Mengecek Usia dan Total Penulisan SSD
SSD berbeda dari hard disk konvensional. Tidak ada komponen bergerak di dalamnya, namun ada batas jumlah penulisan data yang bisa dilakukan. Setiap kali Anda menyimpan atau menghapus file, sebagian kecil dari umur SSD akan berkurang.
Ada dua istilah penting yang sering digunakan untuk mengukur ketahanan SSD, yaitu TBW (Terabytes Written) dan DWPD (Drive Writes Per Day).
TBW menunjukkan berapa banyak data yang sudah ditulis ke SSD selama masa pemakaian, sementara DWPD menunjukkan berapa kali seluruh kapasitas SSD dapat ditulis ulang setiap hari selama masa garansinya.
Jika nilai TBW sudah mendekati batas maksimum yang ditentukan oleh produsen, artinya SSD mulai menua dan performanya bisa menurun. Pada tahap ini, sangat disarankan untuk segera melakukan pencadangan atau backup data penting.
Beberapa aplikasi monitoring seperti CrystalDiskInfo juga menampilkan informasi TBW secara otomatis, sehingga pengguna dapat dengan mudah mengetahui kondisi SSD mereka tanpa harus memeriksa secara manual ke situs produsen.
4. Memperhatikan Suhu Operasional SSD
Suhu menjadi faktor penting lain dalam menjaga umur SSD. Meskipun SSD tidak memiliki piringan berputar seperti HDD, suhu yang terlalu tinggi bisa mempercepat kerusakan sel memori.
Idealnya, suhu SSD berada di kisaran 30 hingga 50 derajat Celsius. Saat digunakan untuk beban berat seperti bermain game, rendering video, atau memindahkan file besar, suhu bisa meningkat hingga 70 derajat.
Jika suhu SSD terlalu panas dalam jangka waktu lama, performanya bisa menurun karena sistem akan secara otomatis menurunkan kecepatan untuk mencegah kerusakan permanen.