Sistem penyimpanan dengan teknologi RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disks) dirancang untuk meningkatkan performa, kapasitas, maupun ketahanan data. Namun, meskipun memiliki tingkat keandalan tinggi, RAID tetap tidak kebal terhadap kegagalan. Dalam praktiknya, pemulihan data dari sistem RAID menjadi salah satu tantangan terbesar dalam dunia data recovery karena melibatkan banyak variabel teknis yang rumit.
Kompleksitas Struktur RAID
RAID memiliki berbagai level, seperti RAID 0, 1, 5, 6, hingga 10, masing-masing dengan skema striping, mirroring, dan parity yang berbeda. Setiap level memiliki algoritme penyimpanan data yang unik. Ketika terjadi kerusakan, teknisi harus memahami struktur asli sistem agar dapat merekonstruksi data dengan benar. Kesalahan dalam menafsirkan urutan strip atau parity dapat menyebabkan data yang dipulihkan menjadi rusak atau tidak konsisten.
Risiko Kegagalan Hardware
RAID menggunakan beberapa drive dalam satu array, sehingga probabilitas kegagalan meningkat seiring jumlah perangkat yang digunakan. Kerusakan bisa terjadi pada salah satu hard disk, kabel, atau bahkan pada controller RAID itu sendiri. Pada kasus tertentu, kerusakan lebih dari satu drive dapat membuat proses recovery jauh lebih sulit, terutama pada level RAID dengan toleransi kesalahan terbatas.
Hilangnya Konfigurasi RAID
Konfigurasi RAID biasanya disimpan pada controller atau metadata khusus di drive. Jika controller rusak atau konfigurasi hilang, teknisi perlu menganalisis pola data secara manual untuk merekonstruksi array. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena setiap vendor RAID dapat menggunakan algoritme dan tata letak metadata yang berbeda, sehingga tidak ada metode tunggal yang berlaku universal.
Kerusakan Logis yang Rumit
Selain masalah fisik, RAID juga bisa menghadapi kerusakan logis seperti partisi terhapus, file system corrupt, atau kesalahan manusia saat mengelola array. Pada sistem striping seperti RAID 0 atau parity seperti RAID 5, kerusakan logis lebih sulit ditangani karena data tersebar di beberapa drive. Proses recovery harus menyatukan potongan data dari berbagai disk sebelum perbaikan logis dapat dilakukan.
Risiko Rebuild yang Gagal