Mohon tunggu...
R. Syarani
R. Syarani Mohon Tunggu... pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nostalgia Kreativitas Mainan Urang Banjar di Masa Kecil

22 Januari 2024   05:40 Diperbarui: 22 Januari 2024   06:51 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan balogo. Sumber gambar: mc.banjarkab.go.id

Entah kenapa sepagi ini ujug-ujug teringat akan mainan-mainan yang kebanyakan dibikin sendiri di masa kecil dulu.  Berbeda dengan anak-anak sekarang yang kebanyakan mainannya kebanyakan serba online dan sudah tersedia di gadget, semaca kecil dulu kebanyakan untuk bermain harus punya usaha untuk membuatnya.

Ada beberapa nama mainan handmade yang sering dimainkan di jaman dulu kala,dan beberapa permainan juga tergantung musim, beberapa masih saya ingat, dan beberapa pula memakai istilah dalam bahasa Banjar.  Berikut daftarnya, dimulai dari yang  paling sederhana.

1. Basuntingan

Mungkin anak-anak di kampung saya saja yang punya mainan sangat sederhana ini.  Dinamakan basuntingan karena cara mainnya adalah dengan cara mengadu benang buatan yang saling memotong saat bertaut dan ditarik keras-keras secara bersamaan (basuntingan).  Benangnya bukanlah benang biasa, tapi dari serat kulit pisang yang digelas  atau disepuh dengan janar alias kunyit.

Benang dari alam yang ujungnya dikasih pemberat, dipegang masing-masing oleh dua anak dan diadu, konsepnya mirip dengan adu benang layangan.  Siapa yang benangnya paling kuat, itu yang menang.  Entah ada fungsinya atau tidak tambahan gelasan kunyit itu kami juga tak begitu tahu, yang jelas kalau benangnya cukup kuat diadu berkali-kali,rasanya bangga saja.

2. Balandangan

Mainan ini juga tak kalah sederhana, biasanya dimainkan saat musim hujan karena di masa itulah sungai kecil yang memanjang di pinggir jalan kampung kami sedang dalam dan jernih-jernihnya.

Balandangan sendiri artinya menenggelamkan dalam-dalam,  yang ditenggelamkan di air sungai yang mengalir itu adalah selembar daun nangka yang cukup tua yang ujungnya diikat dengan benang.  Daun nangka yang bagus dan seimbang, akan pelan-pelan tenggelam ke bawah permukaan air sungai dan stabil melayang di bawah air.

Menyaksikan proses daun nangka yang tenggelam pelan-pelan seperti melihat kapal selam itu rasanya sangat menyenangkan, ditambah melihat air mengalir yang dalam dan sedang jernih-jernihnya, hal yang tak lagi bisa dinikmati sekarang.  Air sungai di kampung saya tak lagi mengalir dan tak jernih lagi.  Menyedihkan memang.

3. Balogo.

Kalau mainan ini sudah umum dimainkan anak-anak di Kalimantan Selatan jaman dulu.  Nama permainannya mengacu pada alat main yang disebut logo.  Aslinya dulu logo terbuat dari tempurung kelapa, tapi di masa saya sudah lebih modern, dimodifikasi menjadi plastik yang dilelehkan dalam cetakan dari kaleng bekas susu kental manis.

Cara mainnya adalah memukul logo dengan stik dari bambu yang biasa disebut campa,  kemudian menjatuhkan target logo lawan yang di pasang dalam jarak beberapa meter. Bisa menjatuhkan dengan telak logo musuh  menimbulkan rasa hebat karena rasanya fokus begitu terasah dengan baik sehingga bidikan bisa tepat sasaran.

4. Bakalayangan

Kalau ini mainan sejuta umat anak-anak se Indonesia, istilah bakalayangan merujuk pada nama mainannya yaitu kalayangan, istilah bahasa Banjar untuk layang-layang.  Berhubung dulu jarang ada yang menjual layang-layang, maka seringkali layangan pun dibikin sendiri.

Bahkan bagi yang suka adu layangan, sampai benang gelasan pun bikin sendiri.  Seringkali melihat kawan membentang benang  antara pohon untuk kemudian disepuh dengan formula gelasan andalan,  biasanya dari tumbukan papaci (bahan gelas) dan dicampur dengan perekat yang bernama ancur,   entah dari bahan apa ancur itu saya tak begitu ingat, yang jelas hasil gelasan sendiri itu kekuatannya tak main-main, jarang kalah saat diadu.

5. Ketekan

Di kampung saya itu adalah istilah untuk katapel.  Mainan yang cukup berbahaya memang,dan sejatinya tak sekedatruntuk bermain-main, tapi biasa digunakan untuk berburu burung di sekitar sawah yang masih banyak dan luas di masa dulu, sekarang persawahan dikampung saya  sudah banyak yang disulap jadi perumahan.

Katapel yang kuat terbuat cabang ranting kayu jambu biji (Psidium guajava), terkecuali susah menemukan ranting yang ideal, barulah beralih  mencari ranting kembang sepatu yang cukup kuat untuk dijadikan katapel. Sedangkan untuk karetnya menggunakan karet berongga yang biasa disebut kalip,  dulu karet jenis itu biasa digunakan untuk klep ban sepeda jengki.

**

Jadi demikianlah beberapa mainan yang digunakan di masa kecil, beberapa mainan mungkin masih bisa dilihat dimainkan walaupun jarang, beberapa lagi sepertinya sudah mulai punah, digantikan oleh mainan berbasis teknologi di jaman sekarang.  Apaboleh buat jaman memang telah berubah, kan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun