Pikiran di atas muncul saat ingin membuat materi sebuah mata kuliah, walaupun nyatanya para mahasiswa telah mendapatkan materi Filsafat Ilmu di tahun-tahun awal kuliah, tapi seberapa jauh mereka memaknai apa yang mereka pelajari. Padahal bagaimana bisa menjiwai apa yang dipelajari, jika tidak mengerti akan apa sebenarnya hal yang dipelajari tersebut.
Jadi refleksi ke beberapa tahun belakangan, betapa susahnya mempelajari sebuah materi, karena mungkin tidak ada cinta, tidak ada pemahaman mendasar, ditambah tidak ada yang berusaha memberi pencerahan untuk membuat ringan hal yang dipelajari, tambah sial saat tidak ada semangat alias semangat untuk memperdalam apa yang telah diberikan guru ataupun dosen di depan kelas.
Maka dari itu, seminggu terakhir berusaha memberikan pemahaman, walaupun masih tertatih- karena masih susah membangun komunikasi yang efektif dan cara yang terbaik untuk menyampaikan hal tersebut. Â Memang cara paling efektif untuk menyampaikan sebuah materi adalah membandingkan teori yang relatif kaku dengan fakta yang terjadi di dunia nyata.
Memberikan pemahaman bahwa satu kata yang dijadikan judul sebuah materi, bahkan menjadi nama jurusan atau program studi pun, seringkali perlu bertahun-tahun bagi seseorang untuk bisa menjiwainya. Makanya saya pikir kenapa susah mempelajari sesuatu karena tidak ada nyawa yang nyambung, antara pikiran kita dengan materi yang dipelajari.
Filosofi yang sejatinya adalah kumpulan konsep dan kritik terhadap sesuatu, memang haruslah dipahami dan dimaknai, diresapi dan dijiwai kalau memungkinkan, agar apa yang dipelajari bisa merasuk ke dalam pikiran, hingga apapun yang dipelajari bisa mudah dan ringan untuk dijalani.
Seringkali tugas seorang guru lah untuk memberikan pemahaman akan suatu objek, agar lebih mudah dipelajari dan dipahami. Kuncinya adalah memaknai filosofi akan sesuatu itulah.
