Mohon tunggu...
Dian Alifirdaus
Dian Alifirdaus Mohon Tunggu... Petani - Penulis Pembaca dan Pendengar

Tidak semua yang mengkilap itu emas atau berlian.Tak penting bagaimana bangkainya, namun lihatlah! Apakah ada yang istimewah dalam hatinya💕 Instagram @dian_alifirdaus 💕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dua Hati

1 Februari 2020   12:48 Diperbarui: 3 Februari 2020   11:56 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutnya kalau setiap mingu bertemu tetangga otomatis obrolan atau pembicaraan mengarah ke gosip atau mengunjing orang lain, dan itu pantang bagi Qais mengunjingkan seseorang.  Prinsip Qais bertetangga dekat iya namun jangan terlalu intim. Karena musuh yang paling dekat adalah tetangga yang paling baik atau sebaliknya. 

Prinsip itulah ia terapkan dalam  bertetangga demi menjaga marwa diri dari gonjang-ganjing.

Bukannya Qais tak mendengar kata-kata yang kasar
Bukannya Qais tak peduli semua caci dan maki yang mengalir dari lidah tetangganya, ia tak ingin kesehatan mental dan hatinya menjadi buruk karena terlalu sering mendengarkan ocehan tetanngga, kesehatan mental dan hati itu mahal bagi Qais . 

Dulu sewaktu berpindah kesini orang di sekitarnya bersikap manis seperti gula pasir yang dituang dalam kopi. Tapi kian hari bergulir rasa manis itu berubah pahit, waktu membuktikan siapa tetangga yang tulus dan siapa tetangga yang tidak tulus. Dulu awal-awal santun ramah tama, tapi sekarang pada kepo dan. 

Menjadi tetangga itu gampang tapi yang sulit membangun cara bertetangga yang sehat dan tidak usil itu yang susah, semoga ya pembaca semua terhindar dari tetangga yang berlidah ular.

Menjadi ibu rumah tanga sekian tahun, ternyata membuat mereka usil. Pernah perempuan yang sebaya Qais mengejek  Alexandra Hutama, katanya kamu punya istri kerjaan di rumah terus apa-apa tingal minta cuma ngangkang doang begitu katanya. Dengan tegas waktu Alexandra Hutama menjawab, bahwa bukan urusan anda  mengomentari status istri saya, mau dia jadi ibu rumah tangga atau apapun tidak masalah.

 Alexandra juga menegaskan memiliki tetangga seperti anda sangat membahayakan akan menciptkan kerukunan yang tidak baik. Menyulut perkara yang bisa membuat pertikain. Saat itu pula wanita itu tidak berkutik terdiam malu. Alexandra menambahkan meski anda wanita yang berkarir tidak bergantung keuangan pada suami anda, sunguh sangat tidak etis anda mengurusi urusan orang lain. 

Dan wanita yang mengomentari Alexandra Hutama itu menjanda, suaminya menceraikanya karir yang bagus ya ia miliki menjadikan ia sebagai istri yang tidak mau patuh. Dengan karirnya yang bagus seolah ia sedang menandingi suaminya sendiri, benar-benar perempuan yang di perdaya karirnya sendiri.

Begitulah cara suami Qais membelanya, Qais mengalami krisis kepercayaan diri. Statusnya sebagai ibu rumah tangga seperti duri dalam daging bagi sebagian orang. Orang-orang di sekitar situ menilai suami Qais itu bodoh, seorang dosen kok bisa cuma mendapatkan istri yang kerjaanya mengurus rumah tangga saja. 

Seakan menjadi ibu rumah tangga itu pejerjaan hina. Ini menurut Ibu kandung Qais nun jauh di kampung tidak ada yang hina menjadi ibu rumah tangga, yang hina itu lidah-lidah mereka yang usil. Dan jangan habiskan telinga mendengarkan ocehan mereka, karena semakin didengarkan tetangga yang nggak bisa mengontrol lidahnya akan membuat emosi.

Qais mengugat suaminya untuk pulang ke kampung, Alex menolak tegas karena pekerjaanya sebagai dosen tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Sang suamipun mencoba memberi semangat istrinya itu untuk mengabaikan omongan-omongan tetangga, awal kali itu mereka mereka mengira Qais seorang ibu rumah tangga yang punya karir yang sesuai pemikiran mereka,lagipula mengapa harus memaksakan sesuatu hal yang sama sekali bukan urusan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun