Mohon tunggu...
Dian Alifirdaus
Dian Alifirdaus Mohon Tunggu... Petani - Penulis Pembaca dan Pendengar

Tidak semua yang mengkilap itu emas atau berlian.Tak penting bagaimana bangkainya, namun lihatlah! Apakah ada yang istimewah dalam hatinya💕 Instagram @dian_alifirdaus 💕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kanaya Tersenyumlah

24 Januari 2020   20:47 Diperbarui: 26 Januari 2020   09:14 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jameela menjinjing beberapa wadah ikan dan begitu pun Kanaya turut membantu. Dengan wajah yang lelah serta penat akhirnya  mereka tiba di pasar Keronggo, salah satu pasar tradisional yang ada di desa Keronggo dan dekat dekat daerah pesisir pantai Keronhho, pasar itu dekat pantai itupun tempat para penjual seadanya dari tenda- tenda terpal yang usang, meskipun seadanya aktivitas jual beli di sana cukup ramai  dan harga jual di pasar Keronggo harganya sangat terjangkau . Kanaya nampak senang membantu Jameela dan kedua orang tua Jameela, sesekali Kanaya tersenyum kecil melayani pembeli dilapnya peluh yang mengantung di dahinya. Kanaya menatap hangat para pembeli yang tersenyum girang. Kanaya begitu menikmati sekali menemani Jameela berdagang. Di tengah hiruk pikuk  orang-orang berlalu lalang membeli yang dibutuhkan. Terdengar desir ombak dari pantai Keronggo, deburan ombak yang cantik itu menambah rasa syukur Kanaya pada hari itu, dia melihat bebas orang orang di kampung Jameela. Setelah aktivitas berjualan di pasar, tak lupa Jameela mengajak Kanaya menikmati desanya yang kecil dan terawat. Jameela mengajak Kanaya menikmati pasir putih  pantai Keronggo, melihat bayang bayang para nelayan yang semakin menjauh dari bibir pantai. Anak-anak kecil bermain air di bagian yang dangkal, lengak-lengok nyiur dicumbu angin.

" Sumpah aku senang banget bisa main ke desamu ini Jam, desamu sangat asri dan terawat sekali, dan yang tak kalah penting aku makin girang bisa bantu kamu berjualan di pasar tadi sama orang tuamu", girang Kanaya seketika tanganya mengobok-obok pasir putih tempat di mana dia yang sedang duduk

" Memangnya kamu tidak kumpul gitu sama orang tua di hari minggu ini, kalau aku sih wajib ngumpul sama Bapak dan Ibuku " tanya Jameela pada Kanaya, Kanaya terdiam sesaat mengalihkan pandanganya ke pantai dan menikmati semilir bayu yang menerpa wajahnya. Ada guratan melankolis dari binar matanya. Semacam kesedihan yang tidak bisa dia ucapkan.

" Jujur sebelum Papaku duduk dikursi DRPD gitu, dulu sih selalu kamu kumpul -kumpul. Tapi sekarang sudah tidak pernah. Barusan tadi pagi aku mengajak Papa dan Mamaku buat bersih-bersih, tapi semua perkerjaan itu sudah di ambil alih sama mang Kohar petugas kebersihan di rumah kami, " perjelas Kanaya dengan santai. Jameela mengangguk .

" Tapi enak ya jadi anak pejabat seperti kamu pasti tidak sulit lagi mendapatkan apapun yang kamu inginkan, itu contoh benda yang di tangan kamu smartphone kan," lagi-lagi  Jameela mengutarakan pendapat yang membut Kanaya tidak enak, selalu reaksi Kanaya sangat tidak nyaman dengan pertanyaan itu

" Apa yang kamu katakan benar , cuman tidak semua yang aku dapatkan sekarang itu buat aku tenang, buktinya sekarang aku sudah jarang bercengkrama sama Papa dan Mama aku, mereka seakan malas membahas apa yang aku tanyakan atau mengajak mereka diskusi. Mereka orang tuaku cuma bilang Kanaya rajin - rajin belajar," cerita Kanaya panjang.

Hari sudah sore rasa puas menikmati pantai Keronggo telah membawah curhat Kanaya pada temanya Jameela. Ada banyak banyak yang Kanaya ingin ceritakan pada Jameela, seperti pertengkaran Mama dan Papanya, ya Kanaya ingin sekali memceritakan hal itu pada Jameela  tapi ia simpan rapat rapat. Ia ada begitu banyak konflik yang terjadi di rumah Kanaya mulai dari perselingkuhan Papanya. Mamanya yang ingin mengugat cerai. Dari hati Kanaya yang terdalam sebetulnya Kanaya iri dengan kehidupan dua temanya, iya kedua temanya memang mrmiliki kehidupan yang pas-pasan tapi mereka semua memiliki keluarga yang harmonis. Tidak seperti Kanaya keluarganya berantakan, Papa kanaya yang suka main perempuan dan Mamanya yang borjuis dan hedonis lagi konsumtif itu membuat Kanaya hampa dan tak berarti. dan Kanaya tidak pernah merasakan kebanggaan apapun dari sifat kedua orang tuanya. Kanaya hanya meminta keluarga yang harmonis itu saja. 

" Hati hati ya Kay dijalan, mingu depan main kesini lagi," ucap Jameela.

" Ok Jam, mingu depan aku bakal ajak Ariana main kesini biar lebih rame.  Soalnya masih belum puas banget menikmati pantai Keronggo, Kalau gitu aku pamit ya Jam. Bu, Pak Kanaya pulang ya makasih atas sambutanya," teriak Kanaya sembari menyalakan mesin motor maticnya.

" Hati-hati nak Kanaya dijalan; pelan pelan saja mengendarai motornya ,"  Ucap pria yang tak lain bapak Jameela. Dengan senyuman hangat  Kanaya meningalkan desa Keronggo. 

Jameela dan kedua orang tuanya tersenyum kompak memandang kejauhan potret Kanaya yang mengendarai motor matic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun