Mohon tunggu...
Raynier Sathya Tabaluyan
Raynier Sathya Tabaluyan Mohon Tunggu... Murid

Bermain Basket dan membaca berita terbaru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Meja Pertandingan, Saya Belajar Arti Magis

9 Oktober 2025   07:37 Diperbarui: 9 Oktober 2025   07:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari dibalik Meja Pertandingan CCCUP XL

Di balik deru tepuk tangan dan dentang buzzer, Saya belajar bahwa yang membuat sebuah turnamen hidup bukan hanya skor di papan melainkan hati yang memilih untuk hadir seutuhnya meski semuanya tak pernah benar - benar berjalan dengan baik. Itulah magis yang kurasakan di CCCUP XL 2025, ketika setiap kekurangan kecil justru membuka ruang untuk saling menanggung dan bertumbuh. Saya datang sebagai koordinator basket tetapi pulang sebagai seseorang yang percaya bahwa keindahan lahir dari proses yang terus diperbaiki bersama.

CCCUP bagi banyak orang adalah pesta olahraga antar sekolah, namun bagiku ia adalah laboratorium karakter remaja yang riuh, rapuh, sekaligus tangguh dalam minggu - minggu yang memadukan latihan, pertandingan, seni, dan persaudaraan. Dari pagi hingga malam, halaman Kolese Kanisius berdenyut oleh langkah panitia dan peserta yang bergerak dalam satu irama: membuat ruang aman, jujur, dan menyenangkan untuk bertanding.

Di balik meja pertandingan

Pagi pertamaku dimulai dengan menyalakan shot clock, mengecek kabel scoreboard, dan menyentuh meja pertandingan seperti menepuk bahu teman lama, sebab dari sinilah ritme satu hari akan ditentukan. Setiap tip-off adalah janji, dan tugasku memastikan janji itu terlaksana adil: verifikasi pemain, pengarahan singkat pada ofisial, dan penyamaan persepsi pada kapten tim agar tensi tinggi tetap berada dalam pagar sportivitas. Ada saat - saat ketika skor harus dikoreksi dan waktu harus diputar balik beberapa detik, dan di sana Saya belajar bahwa keberanian mengakui salah adalah pintu masuk kepercayaan.

Ketidaksempurnaan yang mengajarkan

Tidak semua berjalan mulus, seperti tim yang terjebak hujan dan datang terlambat, atau perangkat yang tiba - tiba meminta jeda karena koneksi goyah di tengah kuarter yang ketat. Di momen begitu, ruangan kontrol terasa menyempit, tetapi justru di situlah tema menjadi nyata: kami tidak menyalahkan, kami menata ulang, kami mengumumkan, kami mengawal agar semua pihak merasa diperlakukan adil. Saya melihat bahwa ketidaksempurnaan bukan batu sandungan, melainkan data yang mengundang kami untuk memperbaiki alur, menambah cadangan kabel, dan menyusun SOP baru untuk CCCUP berikutnya.

Kesalahan diperlakukan sebagai data yang diolah bersama untuk melahirkan standar baru yang lebih tangguh.

Kolaborasi yang tak terlihat penonton

Pertandingan yang rapih sering terlihat seperti kebetulan padahal di baliknya ada tarian kolaborasi: keamanan mengatur arus penonton, kebersihan merapikan tribun, dokumentasi mencari sudut terbaik tanpa mengganggu sirkulasi pemain.
Kami belajar berbicara dengan singkat dan empatik melalui HT, menahan ego saat keputusan harus cepat, dan memberi ruang bagi teman Saya untuk mengambil alih ketika satu orang terlalu lelah untuk jernih.

 

Momen - momen yang menempel

Ada tim yang datang dengan mata berkaca-kaca setelah kalah tipis, namun berhenti di meja pertandingan untuk mengucap terima kasih kepada ofisial dan panitia, dan momen itu membuatku percaya bahwa skor bukan satu-satunya ukuran kemenangan.
Di final, napas tribun bergerak seperti gelombang, dan ketika peluit terakhir berbunyi, tangan - tangan yang tadi bertarung saling merangkul seperti saudara yang akhirnya memahami arti perjuangan yang sama. Penutupan menghadirkan musik dan kehangatan yang merangkum semua letih, seakan berkata bahwa kerja bersama tak pernah sia - sia selama kita bersedia berbagi.

Mengapa ini membentuk karakter

Basket melatih kepekaan pada detik, tetapi kepanitiaan melatih kepekaan pada manusia, karena yang dijaga bukan hanya durasi kuarter, melainkan rasa aman dan adil di hati semua yang hadir. Setiap keputusan kecil seperti mengulang jump ball, memberi time-out teknis, atau meminta klarifikasi adalah latihan keberanian untuk memilih kebenaran yang mungkin tidak menyenangkan. Magis itu sederhana, yakni memilih melakukan yang baik hari ini sedikit lebih baik daripada kemarin, dan CCCUP menyediakan panggung luas untuk mempraktikkannya bersama - sama dengan teman - teman Saya.

Ketidaksempurnaan justru membuka ruang perbaikan yang membuat turnamen terasa hidup dan inilah magis CCCUP tahun ini.

Saat sorak menjadi doa

Kadang di ujung hari, saat tribun sudah kosong, Saya duduk sebentar di bangku cadangan dan mendengar gema sorak yang tadi memenuhi udara, dan kurasakan sorak itu berubah menjadi doa agar semua pulang dengan hati yang lebih ringan. Doa agar pelatih yang tegas tetap dipercaya pemainnya, agar wasit yang teguh dipahami maksudnya, dan agar panitia yang lelah tetap ingat alasan mengapa kami memilih melayani. Jika esok ada yang lebih baik dari hari ini, itu karena kami rela mengakui lemah dan merayakan belajar.

Penutup

Saya datang ke CCCUP XL 2025 untuk memastikan pertandingan basket berjalan tepat waktu, tetapi Saya pulang dengan keyakinan baru bahwa karakter tumbuh dari pilihan-pilihan kecil yang diambil dalam tekanan.  Akhirnya, yang paling kuingat bukan hanya skor, melainkan pelukan di pinggir lapangan, sapaan kepada petugas kebersihan, dan tawa singkat di ruang kontrol yang mengusir penat. Jika keindahan lahir dari proses yang tak sempurna, maka kami telah menyulam ketidaksempurnaan menjadi kain bersama bernama persaudaraan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun