Momen - momen yang menempel
Ada tim yang datang dengan mata berkaca-kaca setelah kalah tipis, namun berhenti di meja pertandingan untuk mengucap terima kasih kepada ofisial dan panitia, dan momen itu membuatku percaya bahwa skor bukan satu-satunya ukuran kemenangan.
Di final, napas tribun bergerak seperti gelombang, dan ketika peluit terakhir berbunyi, tangan - tangan yang tadi bertarung saling merangkul seperti saudara yang akhirnya memahami arti perjuangan yang sama. Penutupan menghadirkan musik dan kehangatan yang merangkum semua letih, seakan berkata bahwa kerja bersama tak pernah sia - sia selama kita bersedia berbagi.
Mengapa ini membentuk karakter
Basket melatih kepekaan pada detik, tetapi kepanitiaan melatih kepekaan pada manusia, karena yang dijaga bukan hanya durasi kuarter, melainkan rasa aman dan adil di hati semua yang hadir. Setiap keputusan kecil seperti mengulang jump ball, memberi time-out teknis, atau meminta klarifikasi adalah latihan keberanian untuk memilih kebenaran yang mungkin tidak menyenangkan. Magis itu sederhana, yakni memilih melakukan yang baik hari ini sedikit lebih baik daripada kemarin, dan CCCUP menyediakan panggung luas untuk mempraktikkannya bersama - sama dengan teman - teman Saya.
Ketidaksempurnaan justru membuka ruang perbaikan yang membuat turnamen terasa hidup dan inilah magis CCCUP tahun ini.
Saat sorak menjadi doa
Kadang di ujung hari, saat tribun sudah kosong, Saya duduk sebentar di bangku cadangan dan mendengar gema sorak yang tadi memenuhi udara, dan kurasakan sorak itu berubah menjadi doa agar semua pulang dengan hati yang lebih ringan. Doa agar pelatih yang tegas tetap dipercaya pemainnya, agar wasit yang teguh dipahami maksudnya, dan agar panitia yang lelah tetap ingat alasan mengapa kami memilih melayani. Jika esok ada yang lebih baik dari hari ini, itu karena kami rela mengakui lemah dan merayakan belajar.
Penutup
Saya datang ke CCCUP XL 2025 untuk memastikan pertandingan basket berjalan tepat waktu, tetapi Saya pulang dengan keyakinan baru bahwa karakter tumbuh dari pilihan-pilihan kecil yang diambil dalam tekanan. Â Akhirnya, yang paling kuingat bukan hanya skor, melainkan pelukan di pinggir lapangan, sapaan kepada petugas kebersihan, dan tawa singkat di ruang kontrol yang mengusir penat. Jika keindahan lahir dari proses yang tak sempurna, maka kami telah menyulam ketidaksempurnaan menjadi kain bersama bernama persaudaraan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI