(feat. Park Jay of ENHYPEN)
Petikan gitarnya lembut, mengalir perlahan seperti angin yang menenangkan kulitku. Aku duduk diam, tapi hatiku bergerak mengikuti ritme setiap senar. Suara itu bukan sekadar musik, tapi itu napas, itu pelukan, itu kata-kata yang nggak perlu diucapkan.
Setiap nada menembus kesunyian di dalam diriku, mengusir semua rasa lelah, semua kekhawatiran, semua rasa yang aku simpan sendiri. Aku menutup mata sebentar, membiarkan getaran itu menyentuh bagian yang selama ini jarang disentuh.
Rasanya... seperti rumah, tapi rumah yang hanya ada di suara dan ruang kecil ini.
Dia nggak lihat aku. Aku nggak perlu dia lihat. Karena aku tahu, setiap petikan itu mengalir untuk sesuatu yang lebih besar dari ruang ini,
untuk ketenangan yang aku butuhin, untuk rasa aman yang kadang aku lupakan.
Aku bisa merasakan hatiku bernapas seiring jari-jarinya menari di senar.
Nada-nada itu seperti percakapan rahasia,
kata-kata yang nggak bisa diucapkan, tapi tetap terdengar di dalam dada.
Aku tersenyum tipis, menyadari bahwa damai itu datang dari hal-hal kecil. Bahkan dari sentuhan lembut musik, dari kehadiran yang diam, dari momen yang hanya kita rasakan sendiri.