Mohon tunggu...
Raya
Raya Mohon Tunggu... Freelancer

Raya Reflections: Life, Love, and Lessons

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Sulawesi Tengah: Empat Kisah, Seribu Luka, Satu Harapan

8 Oktober 2025   12:35 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:56 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film tersebut menyoroti empat sosok luar biasa: Rukmini Paata Toheke, Martince Baleona, Nurlaela "Ela" Lamasitudju, dan Fitrah. Mereka bukan hanya membantu masyarakat bangkit setelah konflik, tapi juga menjaga kearifan lokal yang hampir hilang ditelan waktu.

Kalau Kompasianer ingin menontonnya, film ini sudah dapat diakses melalui kanal YouTube UN Women Asia and the Pacific.


Percayalah, setelah menontonnya, kalian mungkin akan melihat perjuangan dengan cara yang berbeda, bahwa hal besar ternyata sering lahir dari tempat-tempat kecil yang penuh ketulusan.

Selain nonton filmnya, saya juga membaca bukunya yang berjudul New Hope: Stories of Women's Peace Movements in Central Sulawesi, yang berisi kisah delapan perempuan pejuang perdamaian dari berbagai wilayah. Tulisan ini saya ambil dari empat perempuan yang ada dalam film tersebut.

Buku New Hope (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Buku New Hope (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rukmini Paata Toheke: Kebangkitan Tina Ngata di Toro

Rukmini Paata Toheke tampil anggun dengan hiasan kepala manik-manik khas suku Kulawi Moma. Ia menjadi sosok penting dalam kebangkitan budaya di Desa Toro, tempat yang dulu memiliki sosok Tina Ngata, pemimpin perempuan tradisional yang hilang karena pengaruh kolonialisme.

Rukmini Paata Toheke (Sumber: Buku New Hope)
Rukmini Paata Toheke (Sumber: Buku New Hope)

Selama tujuh tahun, Rukmini berdiskusi dengan para tetua adat, menelusuri sejarah, dan menggali nilai-nilai yang hampir punah. Dari proses panjang itu, peran Tina Ngata akhirnya dihidupkan kembali secara resmi. 

Langkah itu bukan hanya terkait melestarikan budaya leluhur, tapi juga untuk memulihkan martabat perempuan agar kembali dihormati di komunitasnya.

Rukmini memperjuangkan hukum waris yang lebih adil, memimpin pembangunan rumah adat, dan mengajarkan nilai-nilai leluhur kepada generasi muda. 

Ia juga aktif di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi, menyesuaikan kearifan lokal dengan tantangan masa kini, mulai dari ketahanan pangan hingga kesiapsiagaan bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun