Mohon tunggu...
Raya
Raya Mohon Tunggu... Freelancer

Raya Reflections: Life, Love, and Lessons

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bersuara & Berdaya: Saatnya Perempuan Dianggap Serius di Dunia Kerja

30 Juni 2025   13:38 Diperbarui: 28 Juli 2025   11:10 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena faktanya masih banyak banget tantangan nyata di dunia kerja buat perempuan.

  • Hanya 6 dari 10 perempuan yang bekerja, dibanding 10 dari 10 laki-laki (ILO, 2018)
  • 98,5% dari 200 perempuan yang sedang break karier ingin kembali bekerja, tapi sering bingung mulai dari mana (IBCWE, 2023)

Realita yang Masih Jauh dari Setara

Waktu sesi pemaparan materi  dari Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si., Kepala Pusat Studi Gender UII, rasanya semakin semangat untuk membawa perubahan. Ternyata semua keresahan yang selama ini aku pikir cuma aku yang rasain itu nyata. Itu sistemik. Itu terjadi di mana-mana.

Materi  Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si. (dok. Pribadi)
Materi  Dr. Dra. Trias Setiawati, M.Si. (dok. Pribadi)

Beliau memaparkan data yang jujur aja nggak gampang ditelan:

Perempuan sekarang sudah mendekati 48% dari total tenaga kerja global, tapi,

  • Cuma 33% posisi manajerial yang diisi perempuan
  • Dan hanya 24% yang duduk di kursi kepemimpinan senior
  • 70% pekerjaan paruh waktu dipegang perempuan, bukan karena pilihan, tapi karena sistem belum cukup fleksibel
  • 50% perempuan muda merasa suaranya nggak dianggap dalam rapat
  • 60% mengalami mikroagresi: dari interupsi, hingga komentar seksis yang dibungkus "candaan"

Dan ini bukan cuma bikin frustrasi. Tapi juga mengikis satu hal penting: Kepercayaan diri. Confidence gap is real. Ini bukan tentang "perasaanku aja kali ya?" Ini tentang sistem yang secara struktural dan budaya masih meminggirkan perempuan.

Ketidakadilan Gender Itu Nyata

Ini bukan hanya soal gaji atau jabatan. Tapi soal mindset yang diwariskan turun-temurun. Gender yang katanya "kodrat", sebenarnya hanyalah konstruksi budaya.

Kita diajarkan sejak kecil bahwa:

Anak perempuan harus lembut, emosional, suka masak-masakan, tugas domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun