Mohon tunggu...
Ratri Aulia
Ratri Aulia Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Cerita Tentang Kesuksesan

16 Desember 2017   17:05 Diperbarui: 16 Desember 2017   17:14 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukses, satu kata pencapaian yang sangat ingin dimiliki oleh semua orang. Sangat ingin dirasakan oleh setiap umat-Nya. Sukses, menurut sebagian orang merupakan suatu keberhasilan dengan segala usaha yang mereka lakukan. Sukses menurut sebagian orang mungkin adalah suatu keberhasilan mereka untuk mencapai segala yang diinginkannya, dalam cakupan pengetahuan yang sederhana dapat kita contohkan bahwa seseorang dapat dikatakan sukses apabila sudah mampu mencapai apa yang di cita-citakan. 

Mereka mampu menjadi Dokter, Pilot, Astronot, atau bahkan Presiden. Namun bagiku sukses tidak setinggi itu. Banyak jalan menuju sebutan sebuah kesuksesan. Aku memiliki beberapa kesuksesan sendiri. Yang mungkin bagi kalian ini merupakan hal sepele yang sederhana. Namun bagiku, inilah langkah awalku untuk merangkai sebuah kesuksesan yang besar.

Sukses tidak hanya sesuatu gelar yang bergengsi, saat itu aku pernah berfikir bagaimana aku akan bangga pada diriku apabila sebuah patokan kesuksesanku adalah menjadi seorang Pramugari atau Dokter yang disukai oleh pasiennya. Bagiku, sukses merupakan suatu hal yang kecil yang menjadikan diri kita bangga dan akan terus berusaha mencari kebanggaan pada diri kita sendiri. Sukses adalah hal yang tidak sulit untuk di dapat. Berikanlah apresiasi kepada diri sendiri, katakanlah pada diri sendiri. Bahwa sekecil apapun hal yang kita lakukan, apabila itu membuat diri kita sendiri bangga dan bahagia, maka itulah yang dikatakan sukses. Apa hanya untuk diri kita sendiri? Jelas tidak, sukses pun bisa sangat berdampak positif pada orang lain. Untuk menuju kesuksesan yang besar tentu membutuhkan usaha yang lebih ekstra, untuk itu, mulai lah dengan melakukan suatu hal yang kecil dan berusahalah. Maka lambat laun sukses itu pasti akan menghampiri. Sukses tidak akan memandang darimana lahirnya seorang, namun ia memandang seberapa keras orang itu berusaha.

Saat pertengahan masa remajaku. Aku memiliki pilihan hidup untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Sepenuhnya orang tua mempercayaiku untuk memilih. Saat itu terdapat dua pilihan rumit dalam hidupku. Entah aku akan melanjutkan di salah satu sekolah bergengsi di Yogyakarta atau aku harus melanjutkannya di salah satu sekolah baru di Bekasi. Karena banyaknya pertimbangan yang telah aku fikirkan dengan matang, singkat cerita aku memilih melanjutkannya di sebuah sekolah baru berbasis islam di Bekasi. Ya, bisa dikatakan aku melanjutkan SMA sekeligus menjadi siswi pesantren. 

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, akan bagaimana kedepannya nanti. Singkat cerita, hari demi hari telah aku lalui. Begitu banyak peraturan dan larangan yang diberikan. Merasakan banyak beban dan banyak kebiasaan yang tidak pernah aku lakukan seblumnya. Mulai dari bangun di 1/3 malam, sholat 5 waktu berjama'ah, mengkaji dan mentafsirkan Al-Qur'an dan Al-Hadist di pagi buta dan di malam gelap. Melawan rasa kantuk, melawan hawa nafsu, meminimalisir segala kemajuan zaman yang seharusnya dinikmati oleh remaja pada usiaku. Aku merasa enggan, aku merasa marah pada keputusanku saat itu. Aku lelah menghadapi sejuta peraturan yang sangat membatasiku. Namun, aku selalu kembali mengingat bahwa ini adalah salah satu jalan yang telah ku putuskan saat aku berada di persimpangan. Entah bagaimana, rasa keharusan untuk bertanggung jawab itu selalu ku rasakan di pundakku. 

Melewati 2th pertama yang penuh dengan pertentangan, aku mulai berfikir bahwa semata-mata ini semua adalah caraku mendekatkan diriku pada Sang Pencipta, dan inilah penyelamatku dari dunia yang fana. Aku mulai menikmati setiap detiknya, setiap lelahnya. Aku mulai meraskan kenyamanan tanpa adanya gangguan dari era globalisasi yang terus memanas. Aku merasakan betapa damainya hidup ini. Meskipun butuh berapa puluh bulan lamanya untuk dapat menikmati semua ini. Namun pada saatnya aku merasakan, aku dapat berfikir jernih. Bahwa hal ini lah yang akan menolongku di kemudian hari, selama inilah ternyata aku sedang membangun sebuah pondasi untuk hidupku kelak. Hingga akhirnya 3th berlalu, aku mampu menyelesaikan pendidikan formalku dengan baik, dan aku juga menyelesaikan beberapa persyaratan lulus dari pesantren dengan hasil yang memuaskan.

Mungkin bagi sebagian orang ini merupakan hal yang sepele. Namun bagiku, ini adalah langkah awal di hidupku untuk merajut kesuksesan lainnya. Mulai dari hal sederhana yang membuat aku, hatiku dan orang terdekatku bangga dan senang. Itu sudah aku masukan menjadi kategori suksesku melawan beberapa ketidaksukaanku pada peraturan dan gaya hidup yang berbeda dengan era perkembangan globalisasi. Hingga aku mampu menyelesaikan semua ujian dengan hasil yang tidak mengecewakan. Cukup sederhana bukan? Suatu saat, lewat pengalaman kesuksesanku ini akan ku buat, akan ku rajut beberapa kesuksesan yang lebih indah dan lebih spektakuler. Sabarlah kita, semua ini hanya membutuhkan proses. Siapapun itu yang mau dan senang berproses maka ia akan mendapatkan sebuah kesuksesan.

Sekian, dan terimakasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun