Mohon tunggu...
Ni Komang Ratna Sari
Ni Komang Ratna Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Prodi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Nilai-Nilai Tri Hita Karana dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembelajaran di Sekolah

5 Oktober 2025   16:25 Diperbarui: 5 Oktober 2025   16:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mindmap Tri Hita Karana(Sumber: Dokumen Proibadi)

Kearifan lokal merupakan bagian penting dari identitas budaya bangsa yang dapat menjadi dasar pengembangan karakter dan tata kehidupan masyarakat. Salah satu kearifan lokal yang paling dikenal di Bali adalah Tri Hita Karana, yang secara harfiah berarti "tiga penyebab kebahagiaan." Konsep ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara tiga hubungan utama: manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan).Filosofi ini menjadi dasar bagi masyarakat Bali dalam mengatur kehidupan sosial, tata ruang, hingga praktik pendidikan. Lebih dari itu, Tri Hita Karana kini dianggap sebagai nilai universal yang relevan dengan pembangunan berkelanjutan, arsitektur ramah lingkungan, dan pendidikan karakter abad ke-21.

Modernisasi dan globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk tata ruang dan sistem pendidikan. Dalam konteks arsitektur Bali, perubahan pola hidup dan meningkatnya komersialisasi lahan akibat pariwisata menyebabkan bergesernya nilai-nilai tradisional yang semula berlandaskan keseimbangan spiritual dan ekologis. Arsitektur modern yang lebih menonjolkan estetika visual dan fungsi ekonomi sering kali mengabaikan makna filosofis yang terkandung dalam Tri Hita Karana.

Selain itu, di dunia pendidikan, perkembangan digitalisasi membawa kemajuan dalam teknologi pembelajaran, tetapi juga menimbulkan tantangan terhadap pembentukan karakter siswa. Tanpa landasan nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekologis, proses pembelajaran dapat kehilangan makna kemanusiaannya. Oleh karena itu, integrasi nilai-nilai Tri Hita Karana menjadi solusi penting untuk membangun sistem pendidikan dan perencanaan wilayah yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada keseimbangan hidup dan pelestarian lingkungan.

Implementasi Tri Hita Karana dalam Tata Ruang Wilayah

Tri Hita Karana merupakan dasar konseptual dalam tata ruang tradisional Bali yang tercermin dalam beberapa konsep turunan, yaitu Tri Angga, Tri Mandala, dan Sanga Mandala.

  • Konsep Tri Angga menekankan struktur vertikal ruang seperti tubuh manusia: Utama Angga (kepala), Madya Angga (badan), dan Nista Angga (kaki). Dalam arsitektur rumah Bali, area suci seperti sanggah atau merajan ditempatkan di bagian Utama Angga, bangunan utama di bagian Madya Angga, dan area servis seperti kandang atau tempat pembuangan di Nista Angga.
  • Konsep Tri Mandala membagi ruang menjadi tiga zona horizontal, yaitu Utama Mandala (suci), Madya Mandala (peralihan), dan Nista Mandala (profane). Pembagian ini mengatur fungsi ruang secara hierarkis berdasarkan tingkat kesuciannya.
  • Konsep Sanga Mandala memperluas pembagian ruang menjadi sembilan area yang mewakili arah mata angin dan pusat keseimbangan kosmos. Konsep ini juga menggambarkan hubungan spiritual manusia dengan manifestasi Tuhan serta siklus kehidupan.

Implementasi Tri Hita Karana dalam tata ruang meliputi:

  • Parahyangan, dengan penempatan tempat suci seperti pura atau sanggah di arah timur laut (kaja-kangin) yang dianggap paling suci.
  • Pawongan, melalui keberadaan bale banjar atau balai desa sebagai tempat masyarakat berkumpul, berinteraksi, dan bermusyawarah.
  • Palemahan, diwujudkan dalam pengelolaan lingkungan melalui sistem irigasi subak, pekarangan hijau, serta pengaturan pembuangan limbah agar tidak mencemari sumber air.

Namun, pelaksanaan nilai-nilai tersebut menghadapi tantangan seperti:

  1. Arus modernisasi dan gaya arsitektur global;
  2. Tekanan ekonomi dan komersialisasi lahan;
  3. Lemahnya penegakan aturan lokal;
  4. Urbanisasi yang tidak terkendali.

Kondisi ini menegaskan pentingnya revitalisasi nilai-nilai Tri Hita Karana dalam kebijakan pembangunan dan tata ruang berkelanjutan.

Integrasi Tri Hita Karana ke dalam Kurikulum dan Pengajaran

Integrasi Tri Hita Karana dalam pendidikan bertujuan menanamkan nilai spiritual, sosial, dan ekologis kepada siswa melalui proses pembelajaran yang bermakna. Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas pendekatan ini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Budiarta (2023) dalam Blantika: Multidisciplinary Journal menyatakan bahwa penerapan model discovery learning berbasis Tri Hita Karana mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian lain dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran menunjukkan bahwa model guided inquiry learning dengan integrasi Tri Hita Karana meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa.

Selanjutnya, penelitian yang dimuat dalam Thinking Skills and Creativity Journal mengungkap bahwa problem based learning berbasis Tri Hita Karana dapat meningkatkan literasi ilmiah serta kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pendekatan project based learning dengan modul berbasis Tri Hita Karana terbukti mampu mengembangkan sikap sosial siswa (dalam Improving Students Critical Thinking and Social Behaviors in ISAD).

Model group investigation yang diintegrasikan dengan nilai Tri Hita Karana juga terbukti berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar (Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar). Dengan demikian, nilai-nilai Tri Hita Karana dapat diadaptasi dalam berbagai model pembelajaran untuk meningkatkan hasil akademik sekaligus membentuk karakter siswa.

Penerapan Konsep Tri Hita Karana dalam Pembelajaran IPA

Sebagai contoh konkret, penerapan Tri Hita Karana dapat dilakukan pada pembelajaran IPA di jenjang SMP, khususnya pada Bab Ekosistem. Pendekatan ini dapat diterapkan melalui tiga aspek utama:

  • Parahyangan: Guru memulai pembelajaran dengan refleksi dan doa bersama, mengaitkan topik keseimbangan ekosistem dengan ajaran spiritual, serta menanamkan kesadaran bahwa menjaga alam adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan.
  • Pawongan: Melalui kegiatan kolaboratif seperti proyek mini membuat terrarium atau akuarium mini, siswa belajar bekerja sama, berbagi peran, dan berkomunikasi dengan santun.
  • Palemahan: Siswa melakukan observasi langsung terhadap ekosistem di lingkungan sekolah (kebun, taman, atau kolam) dan menuliskan hasil pengamatan tentang interaksi antar komponen biotik dan abiotik.

Integrasi nilai-nilai Tri Hita Karana dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan sains, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan serta memperkuat hubungan spiritual siswa dengan alam semesta.

Tri Hita Karana merupakan filosofi kehidupan yang menekankan keseimbangan antara dimensi spiritual, sosial, dan ekologis. Dalam konteks tata ruang wilayah, penerapan nilai-nilai Tri Hita Karana menghasilkan desain ruang yang selaras dengan alam dan nilai kemanusiaan. Dalam dunia pendidikan, integrasi nilai-nilai ini membantu membentuk peserta didik yang berkarakter, beretika, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan.

Di tengah tantangan modernisasi dan digitalisasi, pelestarian nilai Tri Hita Karana menjadi langkah strategis untuk menjaga keharmonisan kehidupan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Oleh karena itu, pemerintah, pendidik, dan masyarakat perlu bersinergi untuk menginternalisasikan nilai-nilai luhur ini dalam setiap aspek pembangunan dan pendidikan demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan sejati.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarta, I. G. (2023). Model Discovery Learning dengan Konsep Tri Hita Karana Mampu Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Blantika: Multidisciplinary Journal.

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Model Guided Inquiry Learning dengan Tri Hita Karana Mampu Meningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir Kritis Siswa.

Thinking Skills and Creativity Journal. Model Problem Based Learning dengan Tri Hita Karana Mampu Meningkatkan Literasi Ilmiah dan Kemampuan Berpikir Kritis.

Improving Students Critical Thinking and Social Behaviors in ISAD. Model Project Based Learning dengan Modul Berbantuan Tri Hita Karana Mampu Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Sosial.

Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Model Group Investigation dengan Tri Hita Karana Mampu Meningkatkan Hasil Belajar.

Universitas Pendidikan Ganesha. (2024). Implementasi Nilai-Nilai Tri Hita Karana dalam Arsitektur dan Tata Ruang Suatu Wilayah dan Integrasi Tri Hita Karana ke Dalam Kurikulum dan Pengajaran di Sekolah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun