Mohon tunggu...
Ratnaningsih
Ratnaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu rumah tangga dari Kab. Lamongan

Suka membaca dan olah raga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

2 Juni 2022   06:08 Diperbarui: 2 Juni 2022   06:35 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru adalah profesi mulia, karena guru merupakan satu sosok yang perannya sangat penting dalam membawa masa depan anak didiknya. Lahirnya generasi yang cerdas, cakap, dan mampu melaksanakan tugas terhadap diri sendiri, keluarganya, masyarakat maupun negara, merupakan tanggung jawab guru untuk mewujudkannya. 

Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab berat yang diemban oleh guru, maka setelah memilih guru sebagai profesi seorang guru jangan hanya berdiam diri apa adanya. Tetapi guru seyogyanya terus berusaha mengembangkan profesinya, sehingga bisa menjalankan profesinya dengan maksimal. 

Tidak hanya cukup dengan bekal ilmu yang didapat pada saat menempuh pendidikan, tetapi juga memperkaya dengan ilmu-ilmu baru melalui berbagai cara, salah satunya melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). Intinya; 'siapa yang berani menjadi guru, harus berani terus belajar'. Karena setiap insan sejatinya adalah pembelajar sepanjang hayat.

Pada saat mengikuti Program Pendidikan Guru penggerak, salah satu modul yang dipelajari adalah modul 1.1 tentang Refleksi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan tokoh yang mendapat julukan Bapak Pendidikan Nasional, lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. 

Dalam kiprahnya sebagai tokoh Pendidikan pada masa kolonial beliau memiliki filosofi Pendidikan yang bernilai tinggi dan masih sangat  relevan untuk diterapkan dalam dunia Pendidikan di Indonesia saat ini dan masa yang akan datang.

Filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan memang sudah lama ada, namun saya sebagai guru belum betul-betul memahami. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran ternyata saya banyak melakukan 'kekhilafan". Saya terkadang memandang bahwa kelas dan peserta didik adalah  sebagai obyek untuk menransfer ilmu pengetahuan. 

Apa yang saya sampaikan harus bisa dipahami oleh peserta didik, karena saya berasumsi bahwa apa yang ada dalam fikiran dan otak mereka sama dengan apa yang ada dalam fikiran dan otak saya. Metode dan strategi pembelajaran yang saya terapkan memang sudah agak bervariasi, begitu juga dengan media pembelajarannya. 

Tetapi baik metode atau strategi serta media pembelajaran itu saya pilih tanpa memandang kondisi peserta didik terlebih dahulu. Tanpa memikirkan apakah sesuai dengan minat atau keinginan setiap peserta didik. 

Apa yang menurut saya baik dan menarik adalah baik dan menarik juga bagi mereka. Sayapun menganggap mereka adalah sama karena berada dalam jenjang/ level  yang sama berarti segala kemampuan yang mereka miliki juga sama. 

Suatu waktu saya juga pernah memberi hukuman terhadap peserta didik yang melanggar, misalnya  tidak mengerjakan tugas tepat waktu sesuai kesepakatan, terlambat, dll. Dan hal itu sudah berjalan sekian lama. Adakah Bapak/ Ibu guru yang juga melakukan 'kekhilafan' seperti saya?

Kemudian kesadaran saya tergugah  setelah mempelajari dan memahami tentang filosofi pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun