November datang tanpa permisi, membawa serta gulungan gulungan hujan bersamanya. Perempuan itu berdiri mematung di depan jendela yang dibiarkannya terbuka. Tak dipedulikan tempias hujan yang menyentuh anak anak rambutnya ,serupa bintik bintik embun berkilau di gelapnya pagi buta.Â
Mata sendu nya menatap jauh , ke dunia senyap yang tidak pernah dikunjungi siapapun , ke tempat yang tidak ada dalam bayangan siapapun. Dia menghirup seluruh aroma hujan , menjejalkannya ke rongga dada dan menyimpan dengan tergesa di memorinya.Â
Dalam benaknya berkejaran kenangan , saat laki laki biru itu menyentuh rambut panjang nya  dan menyelipkan anak anak rambutnya ke belakang telinga dengan tatap sayang. Rasa hangat dan gemuruh riuh di hati nya masih saja tertinggal sekalipun lelakinya telah lama meninggalkannya.Â
Perempuan itu menunggangi hujan , dia hendak bertanya pada badai , kenapa  dia tidak pernah bisa melupakan laki laki itu. Perempuan itu menantang angin, meminta penjelasan atas perasaannya sendiri , kenapa rindu bertalu itu senantiasa datang meski laki laki itu tak lagi ada.Â
Hujan sore itu meninggalkan lubang kosong di hatinya, menyisakan rasa benci sekaligus kangen yang timbul tenggelam bersilangan tak tentu arah. Sepi , tidak ada jawaban apapun.Â
Lirih dia mendengar gerimis berbisik. Suatu hari nanti setiap orang akan melupakan kepedihan , alasan alasan yang membuat  menangis , dan siapa yang membuat terluka. Pada akhirnya setiap orang akan mengerti,  membiarkan semua berjalan dengan cara dan waktu nya sendiri akan membebaskan perasaan. Ya, suatu hari nanti
For after all the best thing one can do when its raining is let it rain.
( miss u thousand time a day )
Â