Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Privilese Seperti Dua Mata Pisau, Anak Harus Diberi Pemahaman

17 Maret 2023   17:09 Diperbarui: 17 Maret 2023   18:43 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu privilese ?

Privilese adalah hak istimewa yang dimiliki seseorang atau hak seseorang untuk memperoleh perlakuan khusus. Bagi orangtua yang mempunyai anak sangat penting dalam mengenalkan privilese. Bahkan sejak dalam kandungan privilese sudah terbentuk. Di satu sisi,  seseorang bisa dengan mudahnya masuk universitas bergengsi tanpa memikirkan biaya dan tidak perlu bekerja di sela kuliah. Namun di sisi lain ada juga seseorang yang harus bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya sendiri. Bahkan menunggak uang semester. Orangtua yang mempunyai privilese akan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta yang mahal berbeda dengan anak lain yang putus sekolah. 

Itu merupakan sebagian contoh dari beberapa yang sering kita jumpai dalam masyarakat sosial. Bagi anak-anak yang sudah mempunyai privilese, tentu harus diberi pemahaman. Anak mungkin tidak akan suka ketika sudah dilabeli "telah diistimewakan",  namun ketika melihat sisi lain yang berbeda tentu tidak dikatakan "tidak diistimewakan", karena itu dianggap sebagai bahasa yang hanya tersirat saja. Pada kenyataannya, semua orang sudah faham dengan hanya melihat dimana  dia sedang berdiri'. 

Orang dengan privilese cenderung menjadi dominan. Baik ras, pendidikan, agama, penampilan, bahasa dan lain sebagainya. Setiap manusia diciptakan dengan privilese yang beragam. Tergantung bagaimana orangtua mengantarkan anaknya  ke arah privilese yang mana. Contohnya, seorang anak menjadi juara kelas, maka orangtua mengarahkan anaknya untuk menjadikan itu sebagai privilesenya sehingga memudahkan anak tersebut masuk ke perguruan tinggi terbaik. Privilese bisa dilihat tergantung bagaimana cara kita melhat dan menyikapinya. Bisa baik dan juga bisa buruk. Seperti dua mata pisau. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya.

Cara  menumbuhkan dan memberi pemahaman kepada anak untuk menyikapi privilese yang dimiliki :

1. Anak diajarkan mengenal Tuhannya, agar bisa mengenal agamanya, dengan begitu dia bisa mengenal dirinya sendiri. Ini menjadi pokok karena terkadang anak cenderung tidak mengenali dirinya karena loncatan pelajaran hidup yang tidak berurutan. 

2. Anak diberi pemahaman bahwa kemudahan tidak membuatnya menjadi semena-mena.  Tumbuhkan rasa syukur pada diri anak bahwa apa yang dimiliki tidak lepas dari campur tangan Tuhan.  

3. Anak diajarkan cara berempati. Bagaimana dia melihat anak yang berbeda dengan ukuran hati nurani. Anak harus diberi pemahaman bahwa tidak semua anak sama dengannya, ada anak-anak lain yang kurang beruntung yang kesulitan sehingga kerap harus menghadapi rintangan dan berjuang menghadapi hidup seperti orang dewasa. 

4. Anak diberi pemahaman bagaimana dia mendapatkan privilese tersebut. Orangtua menceritakan bagaimana perjuangannya, perjuangan keluarganya, perjuangan kakek neneknya, bahwa semua yang dimiliki diawali dengan perjuangan dan kerja keras. Sehingga anak bisa belajar bagaimana cara mengusahakan sesuatu, bagaimana caranya berjuang dan belajar untuk menghargai.

5. Orangtua harus peka dalam mengenal kemampuan anaknya. Mengajarkan ketekunan dan konsisten. Hal ini bisa membentuk seorang anak dengan privilese yang sesuai dengan apa yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun