Mohon tunggu...
Ratna Poetry
Ratna Poetry Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta kata

membaca dan menulis melalui sudut pandang.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Kisah yang Tertinggal Bersama Clickompasiana

11 Agustus 2019   23:21 Diperbarui: 11 Agustus 2019   23:27 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta kelas menulis bersama Clickompasiana & PPI

Mestinya semangat Ibu Fanny Jonathan Poyk bisa ditiru oleh setiap penulis pemula, yang tidak mudah menyerah meski berulang kali gagal dirasa menyulitkan. 

Bagi pemula atau jika ingin mengikuti jejak sukses para penulis senior, tentu membutuhkan bekal ilmu serta dukungan saling menguatkan. 

Beruntung, sebab Clickompasiana bekerja sama dengan Perhimpunan Penulis Indonesia (PPI), mengadakan pelatihan menulis pada tanggal 2 - 3 Agustus 2019, bertempat di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah. Dengan nara sumber berkompeten di bidangnya, mengajak para kompasianer, baik blogger maupun vlogger se-DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, untuk lebih aktif berkarya.

Fanny Jonathan Poyk, salah satu nara sumber berbagi banyak pengalaman. Sebagai seorang penulis puisi, cerpen, novel, serta buku-buku motivasi, telah malang melintang di dunia kepenulisan. 

Menurut beliau, menulis merupakan ekspresi jiwa, mencuatkan ide-ide dari beragam kejadian di sekitar kita ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat.


Wanita kelahiran Bima, Nusa Tenggara Timur ini menggeluti dunia jurnalistik sejak tahun 1994. Barangkali jiwa sastranya menurun dari sang ayah, Gerson Poyk. 

Rupanya, masih jelas dalam ingatan ibu Fanny detik terakhir menemani sang ayah, menjalani pengobatan di rumah sakit hingga menghembuskan napas terakhir pada tahun 2017 lalu. Tidak mudah baginya untuk melepas kepergian ayah tercinta, namun perjuangan sang ayah tentu tak boleh dipatahkan.

Kecintaannya terhadap cerita fiksi dibuktikan melalui karyanya yang terus menghiasi media massa lokal, diantaranya : Pelangi di Langit Bali, Sayonara Narkoba, dan Perkawinan Lintas Budaya. Ibu Fanny berpendapat bahwa, "Sastra berarti memandang kehidupan orang lain sebagai bagian dari kehidupan kita sendiri." 

Karya sastra harusnya mengandung nilai humanis, menyertakan metafora dan diksi dalam merangkai kata. Menulis pun sebaiknya disertai dengan hobi membaca, baik membaca buku maupun membaca keadaan. Banyak membaca buku akan memperluas wawasan  dan kosa kata, sedangkan membaca keadaan akan lebih mempertajam intuisi sehingga tulisan yang dibuat terkesan lebih natural dan apa adanya.  

Sebuah tulisan perlu didasari riset terlebih dahulu, apalagi kalau ingin membuat cerpen agar tembus ke media massa. "Butuh sekitar 10 tahun, sampai cerpen saya diterima oleh kompas," kenang Ibu Fanny. Maklum saja, cerpen yang selama ini beredar di koran kompas mayoritas karya para senior yang namanya sudah familiar, seperti Afrizal Malna. Akan tetapi, kegigihan Ibu Fanny dengan terus mencoba dan mempelajari secara mendalam karya-karya mereka, kerja keras pun berbuah manis, membuat cerpennya berhasil dimuat di harian kompas.

Apresiasi kepada peserta dengan pertanyaan terbaik
Apresiasi kepada peserta dengan pertanyaan terbaik

Seorang penulis hendaknya memahami kaidah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), karena tidak jarang ditemukan kesalahan dalam penggunaan kata di- dan ke-. Padahal, PUEBI sebagai acuan dasar dalam pemakaian bahasa tulis yang baik dan benar, sehingga penggunaan bahasa Indonesia harus diperhatikan lebih seksama. Ibu Fanny pun berpesan agar tidak mudah menyerah dan apabila sudah berhasil harus berbagi ilmu dengan yang lain, agar tidak hilang.

Menulis itu Tidak Sulit

Sesi berikutnya dilanjutkan setelah para peserta menikmati coffee break, dengan materi tentang Literasi Digital yang disampaikan oleh Iskandar Zulkarnaen atau dipanggil Mas Isjet. Sebagai Co-founder Kompasiana, sepertinya Mas Isjet amat mengerti kesulitan yang kerap dihadapi para kompasianer dalam membuat konten agar sepadan dengan fee yang didapat.

Bagi pemula, tentu akan merasa kesulitan menetapkan batas minimal fee untuk tiap artikelnya sebab adanya kurang pengalaman, mungkin menjadi pertimbangan. Akan tetapi, menurut Mas Isjet kita harus berani memberikan penawaran sendiri, agar fee yang diperoleh sepadan dengan usaha dan kerja keras kita. Untuk membuktikan bahwa sebuah artikel layak dihargai dengan bayaran tinggi, maka ada beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konten, diantaranya yaitu : 

1. Kuasai tema.

Buat tulisan berdasarkan dengan tema yang telah dikuasai, agar lebih mudah dalam pemaparannya dan terlihat mengalir.

2. Berita aktual

Untuk meyakinkan pembaca, maka tulisan pun harus menyertakan data dan fakta yang terjadi sehingga kebenarannya bisa dipertanggungjawabkan.

3. Fleksibel

Tulisan yang baik adalah yang tidak berbelit-belit dan kaku, sehingga setiap kata atau kalimat yang digunakan jelas dan mudah dipahami.

4. Artikel yang original.

Pada dasarnya, orang lebih menyukai sesuatu yang berbeda dari yang lain, yang membuat penasaran dan tidak biasa. Oleh karena itu, buatlah tulisan dari sudut pandang berbeda, yang original untuk menarik pembaca.

Sesi terakhir dilanjutkan usai kami menikmati makan malam. Materinya tentang menulis bidang ekonomi, yang disampaikan oleh Isson Khaerul, selaku Direktur Program PPI.

Melihat masih jarangnya konten yang diulas dalam bidang ekonomi sebenarnya sangat disayangkan, karena peluangnya masih terbuka lebar. Padahal, sebagai konsumen yang biasa melakukan praktek ekonomi, kita selalu terkait dengan jual beli. Banyak hal dapat dipaparkan menyoal tentang ekonomi, seperti pengalaman melakukan transaksi online atau pembelian secara offline.

Jadi, jangan ragu untuk menulis mengenai ekonomi, sebab bisa jadi pengalaman kita akan bermanfaat bagi orang lain. Tulis berdasarkan pengalaman atau riset di lapangan, jangan melebih-lebihkan atau mengurangi fakta yang ada.

Singgah ke Pantai Maju

Mobil elf mulai bergerak meninggalkan TMII menuju ke Pantai Maju. Cuaca panas sudah terasa sejak pertama menginjakkan kaki di area pulau reklamasi ini. 

Tidak tersedianya tempat berteduh, sulit terhindar dari sengatan matahari. Sejak diresmikan pada tanggal 23  Desember 2018, Pantai Maju yang semula bernama Pulau D, telah mendapat sorotan para netizen. Di sinilah para kompasianer ditantang untuk menyaksikan langsung keadaan di pulau ini.

Deretan bangku kosong
Deretan bangku kosong

Terlihat deretan food court yang masih tutup dan sepi pengunjung, ramainya ketika menjelang petang. Namun kabarnya, tempat makan tersebut belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) alias ilegal. Kedainya yang masih berdiri belum hendak ditertibkan, pasalnya pemerintah akan mengimbau pengelolanya untuk mengurus surat izin. 

Berderet bangunan ruko beserta cluster rumah, akses jalan atau transportasi, tersedia lengkap sebagai kawasan bisnis. Rapi dan elit, begitu kesan pertama. 

Sayangnya, bagai kota mati tiada berpenghuni seakan tiada arti. Hanya lalu lalang beberapa kendaraan roda dua maupun roda empat, ada pula yang sekedar berolah raga. 

Tidak ditemukannya pohon rindang membuat kesan tandus dan gersang semakin kuat. Barangkali jika izin bangunan sudah disetujui, kawasan ini akan lebih hidup dan ramai.

Kawasan Pantai Maju
Kawasan Pantai Maju

Semoga saja keberadaan Pantai Maju tidak sia-sia, sebagaimana awal mula tujuan didirikannya, bisa bemanfaat bagi seluruh warga baik lintas sosial maupun lintas ekonomi.

Mengikuti rangkaian acara bersama Clickompasiana dan PPI merupakan pengalaman yang sangat berkesan, banyak ilmu dan teman baru menyambut ramah. Berharap akan ada lain kali untuk kita kembali menyapa :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun